Ilmuwan Temukan Bukti Kuat Adanya Kehidupan di Planet Ini

Teleskop James Webb mendeteksi gas DMS dan DMDS di atmosfer planet ini—gas yang di Bumi hanya dihasilkan oleh mikroorganisme laut.

oleh Benedikta Miranti T.V Diperbarui 17 Apr 2025, 19:40 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2025, 19:40 WIB
Ilustrasi UFO
Meskipun tidak ada bukti mengenai kehidupan alien, Kemhan AS terima ratusan laporan terkait UFO. (unsplash.com/Albert Antony)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penemuan potensial yang menandai babak baru dalam pencarian kehidupan di ruang angkasa berhasil dilakukan para ilmuwan lewat pengamatan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Mereka menemukan dua jenis gas di atmosfer planet alien atau planet asing K2-18 b. Gas tersebut di Bumi hanya diproduksi oleh organisme hidup.

Gas tersebut adalah dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida (DMDS), senyawa yang biasanya dihasilkan oleh fitoplankton laut—mikroorganisme yang hidup di perairan, algae. Penemuan ini mengindikasikan bahwa planet tersebut bisa saja dipenuhi kehidupan mikroba.

Namun, para peneliti menekankan bahwa ini bukan bukti keberadaan makhluk hidup, melainkan sebuah biosignature—indikator yang menunjukkan adanya proses biologis.

"Ini adalah momen transformatif dalam pencarian kehidupan di luar Tata Surya," ujar astrofisikawan Nikku Madhusudhan dari University of Cambridge, yang memimpin studi ini, seperti dikutip dari laman NDTV, Kamis (17/4/2025). 

"Kami telah menunjukkan bahwa mendeteksi biosignature di planet yang berpotensi layak huni kini menjadi mungkin."

K2-18 b adalah planet yang berjarak sekitar 124 tahun cahaya dari Bumi di rasi bintang Leo. Planet ini memiliki massa 8,6 kali lebih besar dari Bumi dan diameter 2,6 kali lipatnya. Ia berada di zona layak huni, yakni jarak dari bintang induknya yang memungkinkan adanya air dalam bentuk cair di permukaan planet.

Para ilmuwan menduga planet ini merupakan jenis dunia yang disebut “hycean world”, yaitu planet yang tertutup oleh samudra air dengan atmosfer kaya hidrogen—kondisi yang dinilai ideal untuk kehidupan mikroorganisme. Observasi sebelumnya telah menemukan keberadaan metana dan karbon dioksida di atmosfer K2-18 b, dan kini ditambah DMS dan DMDS.

Gas DMS dan DMDS terdeteksi pada konsentrasi lebih dari 10 bagian per sejuta, ribuan kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di atmosfer Bumi. Menurut Madhusudhan, angka setinggi itu tidak mungkin muncul tanpa adanya aktivitas biologis, berdasarkan pengetahuan ilmiah saat ini.

 

Perlu Ada Studi Lanjutan

Ilustrasi Luar Angkasa
Ilustrasi luar angkasa. (dok. Pixabay.com/Free-Photos)... Selengkapnya

Untuk mengidentifikasi komposisi atmosfer planet, para ilmuwan menggunakan metode transit. Saat planet melintas di depan bintangnya, sebagian kecil cahaya bintang melewati atmosfer planet dan memberikan informasi tentang kandungan gas di dalamnya.

Penemuan DMS dan DMDS dengan tingkat keyakinan 99,7 persen ini berasal dari instrumen berbeda dengan panjang gelombang cahaya yang juga berbeda dari pengamatan sebelumnya. Meski demikian, para ilmuwan tetap berhati-hati.

“Kita harus mengulangi observasi ini dua atau tiga kali lagi untuk memastikan sinyal yang kita lihat benar-benar kuat,” kata Madhusudhan.

Ia juga menekankan perlunya studi teoritis dan eksperimental lanjutan untuk menyingkirkan kemungkinan bahwa gas-gas tersebut bisa terbentuk melalui proses non-biologis.

Sejak ribuan tahun lalu, umat manusia bertanya-tanya, “Apakah kita sendirian di alam semesta?” Kini, kita mungkin hanya tinggal beberapa tahun lagi untuk mendapatkan jawaban awal.

Meski demikian, Madhusudhan mengingatkan bahwa ini masih berupa “kemungkinan besar”, dan bukan klaim pasti.

"Tidak ada yang berkepentingan untuk mengklaim terlalu dini bahwa kita telah menemukan kehidupan," tegasnya.

 

Infografis Sejarah Wanita dalam Misi Luar Angkasa.
Infografis Sejarah Wanita dalam Misi Luar Angkasa. (NASA)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya