Para Perempuan Hebat yang Hidup Berdampingan Bersama Singa

Singa betina menjadi inpsirasi gerakan perempuan Samburu.

oleh Irma Anzia diperbarui 06 Agu 2016, 06:10 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2016, 06:10 WIB
Para Perempuan Hebat yang Hidup Berdamping Bersama Singa
Para Perempuan Hebat yang Hidup Berdamping Bersama Singa (BBC)

Liputan6.com, Samburu - Singa tak mengenal diskriminasi gender. Betina memiliki kekuasaan yang besar dalam kelompoknya. Bersama para pejantan mereka saling bekerja sama untuk berburu mangsa, dan mengasuh bayi-bayi mereka.

Perilaku yang kooperatif tersebut berdampak positif, menghasilkan ketersediaan makanan dalam jumlah banyak, serta memastikan bahwa anak-anak singa dapat bertahan hidup hingga dewasa.

Namun, kesetaraan dalam dunia singa kontradiktif dengan kondisi kelompok manusia yang hidup berdampingan dengan mereka di Suaka Nasional Samburu, Kenya.

Budaya yang didominasi kaum Adam membuat wanita-wanita Samburu jarang menjadi pihak penentu, salah satunya dalam pengambilan keputusan untuk menghadapi Raja Hutan. Namun sebuah program berusaha mengubah hal itu -- yang mengambil inspirasi dari para singa.

Para Perempuan Hebat yang Hidup Berdamping Bersama Singa (BBC)

Jadi, apa yang akan terjadi manusia memetik pelajaran dari kehidupan singa dan mulai memberi kesempatan bagi para wanita untuk lebih banyak terlibat dalam pembuatan keputusan?

Dilansir dari BBC, Sabtu (6/8/2016), sebuah organisasi perlindungan singa di Kenya, bernama Ewaso Lion, berusaha menemukan jawabannya.

Ewaso Lions membantu komunitas lokal agar dapat hidup berdampingan dengan hewan liar. Hal ini penting, karena salah satu ancaman terbesar bagi singa adalah manusia yang membunuh mereka.

Karena sebagian singa di Samburu hidup di luar wilayah suaka yang resmi, mereka sering memburu hewan ternak milik warga Samburu. Sebagai balas dendam untuk ternak yang dibunuh singa, warga Samburu kadang memburu para singa.

Proyek Mama Simba dimulai saat wanita-wanita setempat mengunjungi Ewaso Lions untuk mendapatkan edukasi. Mama Simba bermakna "Ibu Para Singa" dalam bahasa setempat , yaitu bahasa Maa.

"Para wanita ini telah menyaksikan para prajurit di komunitas mereka yang turut terlibat dalam upaya konservasi melalui proyek Ewaso Lion yang lain," ungkap Heather Gurd, manajer konservasi di Ewaso Lions.

Para Perempuan Hebat yang Hidup Berdamping Bersama Singa (BBC)

"Mereka bersikeras bahwa jika diberi kesempatan, maka mereka akan dapat melakukan tugas sama baiknya seperti para prajurit," lanjut Gurd. 

Wanita-wanita Samburu sebenarnya banyak menghabiskan waktu di alam bebas sementara mereka mengumpulkan kayu bakar, mengambil air minum, dan mengawasi hewan ternak. Ini artinya, mereka sering bertemu dengan hewan-hewan liar.

Namun, sebelum adanya proyek ini, wanita jarang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan konservasi.

Ewaso Lions mengedukasi wanita Samburu dalam hal pelajaran membaca huruf dan angka tingkat dasar, serta konservasi hewan liar. Mereka juga dilatih membuat kerajinan manik-manik, sehingga akan mampu memperbanyak jenis penghasilan dan tidak tergantung hanya pada hewan ternak.

Sejak proyek Mama Simba dimulai pada tahun 2013, lebih dari 300 wanita Samburu telah berpartisipasi dalam program ini. Terdapat grup inti yang terdiri dari 19 orang sebagai penyebar berita.

"Pemberdayaan berarti memberi kesempatan pada wanita untuk memimpin, seperti halnya laki-laki," ujar Ntomuson Lelengeju, seorang peserta Mama Simba.

"Kini wanita dan pria mendapat kesempatan yang setara dalam hal berbagi sumber daya," tegas Noldonyo Letabare, yang juga ikut berpartisipasi.

Selain menguntungkan para wanita, proyek ini juga membantu para singa. Untuk mencapai hal ini, para wanita dilatih untuk melindungi peternakan mereka dari predator.

Mereka juga belajar mengindentifikasi jejak karnivora, dan memberitahu Ewaso Lions jika melihat singa dan apabila timbul konflik.

Masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah proyek baru ini telah menguntungkan populasi singa. Namun terdapat bukti bahwa sikap manusia terhadap singa menjadi lebih positif.

"Saya telah berubah karena program Mama Simba," ungkap Ntomuson. "Kini saya tak dapat menerima bila manusia membunuh singa."

"Sejak mengikuti program ini, saya belajar untuk mencintai singa, tidak seperti sebelumnya," tambah Noldonyo.

"Kami telah melihat perubahan nyata berupa kepercayaan diri dan antusiasme dari wanita-wanita ini," demikian dijelaskan Shivani Bhalla, direktur eksekutif Ewaso Lions.

"Mereka tadinya sangat pemalu dan pendiam, serta tidak urun suara dalam rapat warga, atau berbicara tentang hewan liar. Kini, mereka vokal saat berbicara tentang konservasi."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya