Harga Rokok di Negara Ini Terancam Jadi Rp 400 Ribu/Bungkus

Menurut para ahli, harga tersebut paling mahal di antara tempat-tempat yang serupa di dunia untuk membeli sebungkus rokok.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 23 Agu 2016, 08:31 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2016, 08:31 WIB
Ilustrasi Industri Rokok
Ilustrasi Industri Rokok

Liputan6.com, Jakarta - Harga rokok yang digadang-gadang akan melambung tinggi di Indonesia menuai kontroversi. Ada yang setuju, pun sebaliknya.

Harga yang akan diterapkan mencapai Rp 50 ribu. Tapi tahukah Anda jika banderol tersebut tak seberapa jika dibanding dengan negara yang khas dengan binatang kangurunya itu.

Di Australia, satu bungkus rokok akan dikenakan tarif 40 dolar Australia atau sekitar Rp 400 ribu. Fantastis bukan?

Menurut para ahli, harga tersebut paling mahal di antara tempat-tempat yang serupa di dunia untuk membeli sebungkus rokok.

Warga Australia harus membayar lebih dari sebelumnya untuk merokok pada tahun 2020 setelah perubahan pajak anggaran.

Pembuat rokok kesal dan advokat kesehatan masyarakat merayakan pada malam ketika Bendahara Scott Morrison mengumumkan ia akan menaikkan cukai tembakau sebesar 12,5 persen setiap tahun selama empat tahun ke depan.

"Ini berarti Australia memiliki rezim cukai tertinggi di dunia," klaim Andrew Gregson, kepala urusan hukum dan perusahaan untuk Imperial American Tobacco seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (23/8/2016).

Namun, bagaimana harga rokok Australia bisa jauh melambung tinggi dari negara-negara lain?

Sebuah survei Deutsche Bank 2015 menemukan rokok Marlboro di Melbourne dibanderol 24,58 dolar Australia sekitar Rp 247 ribu, dan di Sydney 22,54 dolar Australia berkisar Rp 227 ribu. Harga itu dua kali lipat harga yang di Paris yang hanya US$ 10,13 atau di Ottawa 11,59 sekitar Rp 133 ribu hingga Rp 153 ribu.

Penelitian Mapping The World's Prices menemukan sebungkus rokok Australia hampir  7 dolar lebih mahal daripada paket serupa di London (17,79 dolar) atau New York (17,32 dolar).

Produk tersebut sangat berbeda dengan yang ditawarkan di Beijing, Tiongkok, (4,34 dolar), di Cape Town, Afrika Selatan ($ 3,74) atau Jakarta, Indonesia ($ 1,80).

Ahli kesehatan masyarakat Simon Chapman, seorang profesor emeritus di Universitas Sydney, mengatakan Australia sudah pasti menjadi salah satu negara yang paling mahal di dunia untuk kemasan rokok.

Ada beberapa negara di dunia yang tercatat memiliki harga mahal untuk sebungkus rokok. Pada 2012, angka penjualan di Tobacco Atlas menempatkan Australia di posisi kedua setelah Norwegia.

Prof. Chapman mengatakan kenaikan pajak 40 dolar Australia mungkin bisa membuat negara itu akan fokus pada upaya pembangunan. 

Pengukuran Tobacco Atlas 2012 lainnya mendaftarkan Australia sebagai negara yang paling mahal keenam ketika pendapatan relatif diperhitungkan seperti Belize, Inggris, Irlandia, Selandia Baru dan Singapura.

Peneliti pengendalian tembakau Universitas Sydney, University Becky Freeman mengatakan, "Keterjangkauan penting untuk dipertimbangkan, umumnya diukur dalam jumlah rata-rata menit Anda bekerja yang diperlukan untuk dapat membeli sebungkus rokok."

Masih ada negara atau yurisdiksi yang berada di atas Australia.

Morrison dan pelobi kesehatan masyarakat bersorak atas ukuran pajak cukai, yang dianggap baik untuk kesehatan Australia.

CEO Dewan Kanker Australia, Profesor Sanchia Aranda, mengatakan hal itu akan menyelamatkan banyak nyawa.

"Kenaikan cukai tembakau saja akan mengurangi puluhan ribu kematian akibat kanker," kata Prof. Aranda.

Prof. Aranda mengklaim peningkatan itu akan menyebabkan hingga 320.000 perokok berhenti, dan 40.000 remaja terhalang dari upaya merokok.

Dalam sebuah pernyataan, pihak Imperial Tobacco Australia mengatakan tak sependapat soal kenaikan pajak itu.

"Pemerintah perlu berhenti memperlakukan tiga juta perokok Australia seperti warga negara kelas dua," kata Andrew Gregson selaku kepala perusahaan Imperial Tobacco Australia urusan hukum dan perusahaan.

Gregson mendesak pemerintah untuk menghormati hak-hak rakyat untuk membeli produk legal dan kebijakan itu akan membuat para perokok geram.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya