Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov, tewas ditembak saat sedang menyampaikan sambutan dalam sebuah acara pameran foto yang disponsori pihak kedutaan pada Senin, 19 Desember 2016.
Sang pelaku yang mengenakan stelan jas perlente, sempat meneriakkan, "Jangan Lupakan Aleppo" sebelum menembakkan peluru ke arah korban. Belakangan ia diidentifikasi sebagai Mevlut Mert Altıntas, anggota polisi antihuru-hara yang sedang tak bertugas.Â
Baca Juga
Penembakan itu dikutuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presien Turki Recep Tayyip Erdogan. Meski kedua negara berbeda sikap soal Suriah, belakangan hubungan antar Moskow dan Antara kian kuat.
Advertisement
Pasca-penembakan, Presiden Putin menginstruksikan pengamanan ketat di sejumlah kantor perwakilannya di seluruh dunia, termasuk Jakarta, Indonesia.Â
Kepergian Andrey Karlov juga menjadi duka Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin.
Dengan raut muka berduka, ia pun menceritakan sejumlah pengalamannya bersama Karlov.
Dubes Galuzin mengatakan, terakhir kali bertemu Andrey pada pertengahan tahun ini. Mereka berjumpa dalam konferensi seluruh Dubes Rusia di seantero dunia di Moskow.
Namun Komunikasi dirinya dengan Andrey terjadi sangat intensif sembilan tahun lalu. Ketika itu, Galuzin masih bertugas di Jepang.
"Saya mengingat kembali Andrey saat dia mengunjungi Tokyo pada 2007. Saya waktu itu menjabat sebagai Wakil Duta Besar Rusia untuk Jepang," paparnya.
Berikut curhat selengkapnya Dubes Rusia Mikhail Galuzin atas koleganya, Andrei Karlov yang ditembak di Turki.
Â