Liputan6.com, Mosul - ISIS meluncurkan drone peluncur bom terbarunya. Kelompok militan itu memamerkan senjata baru tersebut melalui sebuah video yang memperlihatkan senjata itu melayang di langit Mosul, Irak.
Video tersebut pun memperlihatkan seorang militan mempersiapkan bom mobil. Selain itu diperlihatkan juga sejumlah teroris yang menembakkan senjatanya ke angkasa dan meledakkan sebuah bangunan.
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (24/1/2017), drone tersebut tampaknya meniru pesawat tanpa awak American MQ-9 Reaper yang telah digunakan Amerika Serikat dalam pertempuran sejak 2007.
Advertisement
Militan ISIS sebenarnya telah menggunakan drone yang telah dimodifikasi untuk menjatuhkan bom dalam sejumlah serangan. Namun ini baru kali pertama alat tersebut ditampilkan dalam video propagandanya.
"Selama dua bulan terakhir, pasukan koalisi telah mengamati sekitar satu drone musuh setiap harinya di sekitar Mosul," ujar seorang pejabat komando pusat AS pada pekan lalu.
"Koalisi telah menyerang sejumlah benda yang kita yakini sebagai fasilitas kendaraan tak berawak di Mosul."
"Kami menghabiskan waktu yang cukup untuk meneliti dan mengembangkan daftar target untuk memastikan efek maksimal terhadap ISIS," imbuh dia.
Video tersebut dirilis setelah terdapat klaim bahwa pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, terluka parah dalam sebuah serangan udara di Irak utara. Namun, hal itu bukan kali pertama sejumlah klaim menyebut bahwa al-Baghdadi telah terluka atau terbunuh.
Selama ini Baghdadi jarang muncul dalam media propaganda ISIS. Tapi pada bulan lalu, ISIS merilis pesan audio yang mendesak para pendukungnya untuk mempertahankan Mosul, benteng terakhir organisasi teror itu di Irak utara.
Dari pesan tersebut tidak jelas apakah dia berada di kota itu. Di Mosul, ia menyatakan kepemimpinannya pada tahun 2014 setelah ISIS merebut wilayah yang banyak mencakup Suriah timur dan Irak utara.
"Kami berpikir Baghdadi masih hidup dan memimpin ISIS, dan kami jelas melakukan segala hal yang kami bisa untuk melacak pergerakannya," ujar juru bicara Pentagon, Peter Cook, kepada CNN.
Pada pertengahan Desember 2016, Amerika Serikat melipatgandakan hadiah bagi mereka yang dapat memberi tahu informasi keberadaan pemimpin ISIS, yakni menjadi US$ 25 juta atau sekitar Rp 333 miliar.