Liputan6.com, Gaza - Perang antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza telah menimbulkan tragedi kemanusiaan yang mengerikan. Menurut laporan berbagai sumber berita Hingga Maret 2025, jumlah korban tewas warga Palestina telah melampaui angka 50.000 jiwa.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan pada hari Minggu (23/3/2025) bahwa sedikitnya 50.021 orang telah tewas di wilayah Palestina tersebut sejak perang dengan Israel dimulai pada bulan Oktober 2023.
Baca Juga
"Jumlah korban agresi Israel telah mencapai 50.021 orang martir dan 113.274 orang terluka sejak 7 Oktober 2023," kata pernyataan kementerian, mengacu pada hari ketika Hamas melancarkan serangan terhadap Israel yang memicu perang tersebut seperti dikutip dari AFP, Senin (24/3/2025).
Advertisement
Badan pertahanan sipil wilayah tersebut, mengutip catatannya sendiri, juga mengatakan jumlah korban telah mencapai 50.000 orang tewas.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap angka-angka dari kementerian kesehatan tersebut dapat diandalkan.
Jumlah korban melonjak minggu ini setelah gagalnya gencatan senjata yang sebagian besar telah berlangsung sejak 19 Januari, dengan Israel melancarkan pemboman besar-besaran di Jalur Gaza dan serangan darat baru.
Kementerian Kesehatan melaporkan sedikitnya 39 kematian dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah total orang yang tewas menjadi 673 sejak Israel melanjutkan operasi di wilayah Palestina pada hari Selasa (18/3).
Sebuah studi yang diterbitkan pada awal Januari di jurnal medis Inggris The Lancet memperkirakan bahwa jumlah korban tewas di Gaza akibat permusuhan selama sembilan bulan pertama pertempuran sekitar 40 persen lebih tinggi daripada angka yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan Gaza.
Kementerian Kesehatan mengatakan jumlah korban perang Israel vs Hamas di Gaza terbaru mencakup 233 orang yang sebelumnya dianggap hilang namun kematiannya telah dikonfirmasi.
Menurut angka-angka Israel, perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan yang mengakibatkan 1.218 kematian.
Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan Pemimpin Hamas Salah al-Bardaweel
Sebelumnya, serangan udara Israel di kota selatan Khan Younis di Gaza dilaporkan telah menewaskan pemimpin politik Hamas, Salah al-Bardaweel.
Informasi ini disampaikan oleh seorang pejabat Hamas mengatakan kepada BBC pada Minggu (23/3/2025) pagi.
Penduduk setempat mengatakan, serangan udara itu menewaskan Bardaweel, seorang anggota kantor politik kelompok itu dan istrinya, dikutip dari BBC, Minggu (23/3).
Hingga kini, pejabat Israel belum memberikan komentar.
Militer Israel melanjutkan serangan besar-besaran di Gaza pada Selasa, menyalahkan Hamas, membatalkan perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari dan mengakhiri hampir dua bulan ketenangan.
Hamas menolak tuduhan Israel dan, pada gilirannya, menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani dan ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan AS.
Advertisement
Staf PBB Juga Jadi Korban, Tewas dalam Ledakan di Gedung UNOPS Gaza
Staf PBB juga jadi korban tewas di Gaza. UN Office for Project Services (UNOPS) atau Kantor PBB untuk Layanan Proyek (UNOPS) mengatakan bahwa salah satu pekerjanya tewas pada hari Rabu (19/3), ketika sebuah bahan peledak "dijatuhkan atau ditembakkan" di gedungnya di Jalur Gaza bagian tengah.
Insiden itu terjadi setelah Israel melancarkan pemboman paling gencarnya di Gaza sejak gencatan senjata pada 19 Januari, menewaskan lebih dari 400 orang, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Dalam sebuah pernyataan berjudul "Rekan kerja UNOPS tewas di tempat UNOPS di Gaza" yang dikutip dari AFP, Jumat (21/3/2025), badan tersebut mengatakan: "Sebuah persenjataan peledak dijatuhkan atau ditembakkan ke infrastruktur dan meledak di dalam gedung" di kota Deir el-Balah.
Ditambahkannya bahwa "tidak ada konfirmasi pada tahap ini mengenai sifat insiden", yang juga melukai lima orang, atau jenis persenjataan.
Kementerian luar negeri Bulgaria mengatakan pada hari Rabu (19/3) bahwa salah satu warga negaranya yang bekerja untuk PBB tewas di Gaza, tanpa menyebutkan di mana di wilayah tersebut.
Kepala UNOPS Jorge Moreira da Silva mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia "terkejut dan terpukul" oleh kematian staf tersebut. "Ini bukan kecelakaan," katanya, seraya menambahkan bahwa "serangan terhadap tempat-tempat kemanusiaan merupakan pelanggaran hukum internasional" dan bahwa personel dan tempat-tempat PBB "harus dilindungi oleh semua pihak".
Jorge Moreira da Silva menyerukan dimulainya kembali gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas, untuk "bantuan kemanusiaan tanpa hambatan" ke Gaza, dan untuk pembebasan sandera yang ditawan oleh militan Palestina.
Kementerian kesehatan Gaza sebelumnya mengatakan seorang pekerja asing PBB tewas dan lima lainnya terluka parah dalam serangan Israel terhadap markas mereka di Gaza tengah. Militer Israel membantah telah menyerang gedung PBB.
Rekaman AFPTV dari Deir el-Balah memperlihatkan kendaraan PBB dan ambulans yang mengangkut tiga pria ke rumah sakit Al-Aqsa Martyrs.
Gambar-gambar tersebut memperlihatkan dua pria yang tampaknya mengalami cedera kaki dan yang ketiga dengan perban di kedua lengan dan perut serta bekas darah di dadanya. Dua orang yang terluka mengenakan rompi antipeluru, dan satu orang mengenakan kaus UNMAS, Badan Penanggulangan Ranjau Perserikatan Bangsa-Bangsa, di baliknya.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada AFP bahwa "tidak ada aktivitas operasional IDF" di area kompleks PBB dan bahwa "IDF tidak menyerang" area tersebut.
Awal Israel Luncurkan Serangan Besar-besaran ke Jalur Gaza Sejak Perpanjangan Gencatan Senjata Gagal
Militer Israel mengatakan pihaknya tengah melancarkan "serangan besar-besaran" di Jalur Gaza pada Selasa (18/3).
Seorang juru bicara badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas di Gaza – layanan tanggap darurat utama di jalur tersebut – mengatakan kepada BBC yang dikutip Selasa (18/3/2025) bahwa sedikitnya 34 warga Palestina telah tewas dan 70 lainnya terluka.
Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel/tentara Israel mengatakan pihaknya menargetkan apa yang disebutnya sebagai "target teroris" milik Hamas.
Ini adalah gelombang serangan udara terbesar di Gaza sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari. Pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza gagal mencapai kesepakatan.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah diajak berkonsultasi oleh Israel sebelum melakukan serangan, kata seorang juru bicara Gedung Putih kepada Fox News.
Para negosiator telah mencoba mencari jalan keluar setelah fase pertama gencatan senjata sementara berakhir pada 1 Maret.
AS mengusulkan untuk memperpanjang fase pertama hingga pertengahan April, termasuk pertukaran sandera yang ditahan oleh Hamas dan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Namun seorang pejabat Palestina yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada BBC bahwa Israel dan Hamas tidak setuju atas aspek-aspek utama kesepakatan yang ditetapkan oleh Witkoff pada pembicaraan tidak langsung tersebut.
Perang terbaru antara Israel dan Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel selatan, sebagian besar warga sipil, dengan 251 orang disandera.
Serangan tersebut memicu serangan militer Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.520 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas yang digunakan oleh PBB dan lainnya.
Sebagian besar dari 2,1 juta penduduk Gaza telah mengungsi beberapa kali.
Diperkirakan 70% bangunan telah rusak atau hancur, sistem perawatan kesehatan, air, dan sanitasi telah runtuh dan terjadi kekurangan makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan tempat tinggal.
Advertisement
