29-1-1985: Heboh Oxford Tolak Beri Gelar Margareth Thatcher

Total 738 warga kampus menolak pemberian gelar, 319 lainnya mendukung Thatcher mendapat gelar.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 29 Jan 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2017, 06:00 WIB
Margaret Thatcher. (Reuters)
Margaret Thatcher. (Reuters)

Liputan6.com, London - Universitas terkemuka dunia, Oxford University, hari ini, 29 Januari 1985, mengambil keputusan yang mengundang pro dan kontra. Kampus tersebut menolak memberikan gelar kepada Perdana Menteri di negaranya sendiri, Margareth Thatcher.

Keputusan itu diambil lantaran Thatcher mengambil kebijakan pengurangan anggaran pendidikan di negaranya. Demikian seperti dimuat BBC on This Day.

Keputusan Universtias Oxford ini disampaikan setelah melakukan voting yang diikuti oleh civitas akademika. Total 738 warga kampus menolak pemberian gelar, 319 lainnya mendukung Thatcher mendapat gelar.

Ribuan mahasiswa pun bersorak sorai atas hasil voting tersebut.

Thatcher menjadi Perdana Menteri pertama yang ditolak Oxford untuk mendapat gelar kehormatan, kendati wanita yang dijuluki 'the Iron Lady' (Wanita tangan besi) itu merupakan lulusan Fakultas Hukum Oxford.

Namun para pejabat dan akademisi ternama Inggris turun tangan untuk memperdebatkan keputusan Oxford. Ada yang mempertanyakan kenapa sampai harus menolak memberikan gelar kepada Thatcher, yang sebelumnya mendapat gelar kehormatan dari Universitas Somerville.

"Pemberian gelar kehormatan pada masa sebelumnya tidak terkait dengan kebijakan pemerintahan. Jadi kenapa sekarang harus ditolak?" ujar pengamat, Sir Patrick Neill, yang mendukung Thatcher.

Hal senada diutarakan Rektor Universitas Somerville Daphne Park. "Masa hanya karena kalian tidak suka, terus kalian menolak memberikan gelar kehormatan"?.

Sementara Profesor Peter Pulzer yang menjadi motor penolak gelar Thatcher mengatakan, "ini bukan keputusan radikal dari pihak kampus (Oxford). Tapi ini karena bertentangan dengan ideologi kampus kami. Ini bentuk rasa khawatir kami atas kebijakan pemerintah soal pendidikan di negara kita."

"Saya harap Bu Perdana Menteri, pemerintah mencatat hal ini baik-baik," tegas Pulzer.

Thatcher tak sendiri tak memberikan komentar terkait polemik ini. Namun juru bicara Downing Street -- Kantor Perdana Menteri -- mengatakan bahwa Thatcher kecewa.

"Jika memang mereka tak ingin memberikan gelar, maka Bu Thatcher akan menjadi Perdana Menteri terakhir yang mengharapkan gelar ini."

Mungkin tak akan ada lagi kepala pemerintahan yang berharap gelar tersebut.

Sejarah lain mencatat pada 29 Januari 2002, Presiden Amerika Serikat George W. Bush menamai "rezim pendukung teror" sebagai Poros Setan, meliputi Iraq, Iran dan Korea Utara.

Sementara pada 29 Januari 2015, Malaysia secara resmi mengumumkan hilangnya pesawat komersial Malaysia Airlines penerbangan MH370 karena kecelakaan dan seluruh awak dan penumpangnya diduga tewas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya