Liputan6.com, Tokyo - Bagi para penikmat makanan khas Jepang, tentu familiar dengan wasabi. Ternyata, aslinya, bahan cocolan makan sushi itu tak berbentuk pasta atau bubuk seperti yang dikira.Â
Wasabi berasal dari tanaman umbi. Seperti apa detail pengelolaannya?
Liputan6.com berkesempatan mengunjungi salah satu lahan pertanian wasabi tertua di Jepang, Diao Farm.
Advertisement
Daio Farm merupakan satu dari banyak pertanian wasabi yang terdapat di Tokyo, Jepang. Berada di kota Azumino, perfektur Nagano, ladang seluas 15 hektar ini menyuplai sepuluh persen dari total produksi wasabi Jepang.
Saat memandu rombongan pada 30 Januari 2017, Wasabi Master, Hama Shigetoshi berbagai informasi menarik seputar wasabi dan pengelolaannya bisa didapati.
Diao Wasabi Farm diketahui sudah beroperasi sejak 1917.
Hama menjelaskan, setiap tahun pertanian yang dikelolanya mampu menghasilkan 130 ton atau 10 persen dari total produksi wasabi Jepang.
"Wasabi sulit dibudidayakan di negara-negara tropis. Tapi kalau mau belajar menanam wasabi bisa panggil saya," kata Hama.
Menurutnya, ada dua syarat utama yang wajib dipenuhi dalam menanam wasabi; air yang bersih dan suhu yang dingin. "Suhu air yang cocok untuk wasabi antara 10-15 derajat Celcius. Di sini suhu air rata-rata 13 derajat per tahunnya,"Â papar Hama.
Air yang mengalir ke pertanian Daio Wasabi Farm berasal dari es yang mencair di pegunungan Alps Jepang. Airnya kemudian masuk ke dalam tanah sebelum kembali ke permukaan.
"Jadi airnya bersih dan sejuk. Itu sebabnya, sudah tugas kami untuk tetap menjaga alam."
Wasabi sendiri tidak ditanam di tanah, melainkan di atas batu kerikil. Ada dua hama yang jadi ancaman, cacing dan udang kecil. "Kalau sampai dimakan hama udang kecil, maka warnanya akan berubah kuning."
Untuk melengkapi penjelasannya tentang wasabi, Hama turun ke ladang dan mencabut salah satu wasabi yang ada di sana.
Wasabi ternyata tidak hanya bermanfaat pada bagian akarnya. Bagian lain seperti batang, bunga, hingga daun bisa diolah jadi berbagai jenis makanan. Bahkan, wasabi kini sudah ada yang dijadikan es krim.
Liputan6.com sempat mencicipi bagian batang bawah yang baru dipetik Hama. Rasanya pedas dan aromanya menusuk hidung. "Kalau makan bagian ini sampai 5 gram, lidah Anda bisa mati rasa," jelas Hama.
Saat ini ladang Daio sudah berusia 100 tahun dan menjadi salah satu pertanian wasabi terbesar di Jepang. Selain menjadi penghasil wasabi, Daio Farm juga kini menjadi tempat wisata favorit di perfektur Nagano.
Pemandangan yang tersaji di pertanian itu pun sangat menakjubkan, dengan latar belakang Japan Alps.
Bagi pengunjung yang telah puas melihat-lihat kebun wasabi, pengelola juga menyediakan supermarket dan gerai yang menjual es krim wasabi. Selain itu juga terdapat toko souvenir yang menyediakan berbagai barang buatan tangan.