Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Mimpi Basah hingga Menstruasi, Ini 8 Video Pendidikan Seks Lawas

Konsensus umum dari 1930-an hingga 1960-an adalah bahwa orang perlu berpikir secara rasional dan menekan dorongan alamiah.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 13 Feb 2017, 20:40 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2017, 20:40 WIB
Vintage sex ed videos (0)
(Sumber mubi.com)

Liputan6.com, New York - Selama bertahun-tahun telah beredar banyak video pendidikan seks yang bertujuan membantu kaum remaja dan dewasa untuk mengerti tentang pubertas, kehamilan, dan ekspresi seksual yang sepantasnya.

Konsensus umum dari 1930-an hingga 1960-an adalah bahwa orang perlu berpikir secara rasional, menekan dorongan alamiah, dan memandang seks hanya sebagai cara mendapatkan anak.

Namud demikian, seperti dikutip dari listverse.com pada Senin (13/2/2017), media mulai mendorong pembebasan seks pada 1960-an hingga awalh 1970-an.

Berikut ini adalah sejumlah video pendidikan seks yang dimaksud:

1. Membuka Pakaian di Hadapan Suami

(Sumber vimeo.com)

Dibuat pada 1937, film komedi ini merupakan pengumuman layanan publik. Di permulaan film, dituliskan pesan seakan-akan kaum wanita perlu belajar untuk membuka busana secara sensual agar suami tetap tertarik dan mengurangi kebosanan dalam pernikahan.

Contoh dalam film adalah dua wanita dalam dunia nyata yaitu Elaine Barrie Barrymore, seorang aktris Hollywood dan Broadway dan Trixie Friganza, seorang penyanyi opera dan pelawak Mereka dikisahkan baru pulang dari pesta.

Film ciptaan pasutri Hildegarde dan Dwaine Esper itu dianggap sebagai salah satu film pertama tentang eksplorasi seksual. Isinya belum seberapa dibandingkan dengan film dewasa masa kini, tapi fim itu mengalami sensor di beberapa negara bagian Amerika Serikat.

2. Hamil di Luar Nikah

(Sumber Quality Information Publishers)

Video How Much Affection? berkisah tentang Mary dan Jeff adalah pasangan kekasih remaja yang telah menjalin kasih selama beberapa tahun. Suatu saat, dua siswa cerdas itu memarkir mobil dan hampir melakukn hubungan seks, tapi kemudian Mary menolak. Jeff membawa Mary pulang dan meminta maaf.

Mary menyadari bahwa dorongan seks adalah normal, tapi ibunya menasihati bahwa Mary perlu mengendalikan emosi agar tidak menyesal di kemudian hari.

Pasangan itu bertemu dengan teman lama bernama Eileen yang harus berhenti sekolah karena hamil dan kemudian menikahi kekasihnya, Fred. Pria itu pun terpaksa membuang mimpi menjadi pengacara karena harus bekerja dan membesarkan bayi.

Di kemudian hari, Jeff memberikan cincin angkatan kepada Mary. Pemberian seperti itu adalah hal lazim pada 1950-an sebagai “tanda sayang.”

Alat KB dan kondom belum sekalipun menjadi pilihan, sehingga film yang kisahnya ditulis oleh Kristin Luker itu mengajarkan kaum muda agar menahan diri atau mencari cara lain menyatakan cinta tanpa melakukan seks.

Pada 1950-an, penulis film "When Sex Goes to School" itu mengungkapkan adanya pandangan bahwa, jika pendidikan seks gagal, maka kehamilan remaja akan menjadi kebiasaan dan mengakhiri pernikahan tradisional dalam masyarakat.

Tapi, revolusi seksual merebak pada1960-an, dan seks sebelum menikah menjadi hal yang lebih diterima.

3. Menstruasi

(Sumber Quality Information Publishers)

Film Molly Grows Up buatan 1953 ini ditayangkan dalam pelajaran kesehatan siswi sekolah menengah. Molly dikisahkan berusia 13 tahun dan mulai tertarik degan riasan dan pakaian kakak perempuannya. Orang sekitarnya juga melihatnya semakin dewasa. Tak lama kemudian, ia mendapatkan menstruasi pertama, dan, melalui telepon kepada temannya, Molly menyebutkan hal itu sebagai "kutukan."

Juru rawat di sekolah memberi penjelasan dalam kelas Molly tentang segala hal yang harus diketahui tentang pubertas wanita dan kehamilan, termasuk proses kehamilan wanita oleh "sperma pria" tanpa menjelaskan caranya sperma itu masuk.

Dalam tayangan ada poster di dinding yang mengatakan bahwa remaja putri yang sedang mendapatkan menstruasi tidak boleh menunggang kuda, skating, main bola basket, main bola voli, ataupun berdansa barisan. Tapi berenang diperbolehkan sesudah hari ke-3.

4. Pernikahan Dini

(Sumber shoutfactory.com)

Pada 1950-an, seks sebelum menikah merupakan hal yang sangat tabu dan kehamilan remaja menjadi aib bagi seluruh keluarga. Dengan demikian, kaum muda saat itu menikah saat usia yang jauh lebih muda daripada sekarang.

Tokoh utama film pendek Are You Ready For Marriage?, tentang kesiapan menikah itu adalah pasangan Sue (18) dan Larry (19) yang bertunangan setelah berkencan hanya 3 bulan. Larry mencoba mengajak menikah, tapi mereka kemudian sepakat bertemu dengan konselor yang kemudian menjelaskan agar mereka tidak perlu terburu-buru.

Tahap awal cinta mendalam memang mendorong pasangan muda untuk bergegas menikah, tapi, menurutnya, sebaiknya menikah setelah berusia di atas 21 tahun setelah bertunangan 1 hingga 3 tahun agar sempat saling mengenal.

Menurut buku "The Marriage and Family Experience", tahun 1950-an merupakan keajaiban karena angka perceraian menurun, pasangan memiliki lebih banyak anak, dan keluarga tradisional menjadi pusat dalam masyarakat, yang bisa sedikit dikaitkan dengan film nilai hubungan dan keluarga seperti itu. Di masa kini, perceraian terjadi pada sekitar 50 persen pernikahan.

Glenn Stanton dari Witherspoon Institute menerbitkan artikel yang menggunakan kumpulan lain data perceraian aktual pada 2015. Dari pandangan tertentu, angka itu sebenarnya tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan 1950-an. Yang jelas, perceraian merupakan hal yang lebih dapat diterima dalam budaya sekarang ini.

5. Mimpi Basah

(Sumber Quality Information Publishers)

Video berjudul As Boys Grow ini mendapat narasi dari seorang pelatih olah raga sekolah menengah dengan maksud menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang pubertas di kalangan remaja pria.

Film dimulai dengan suasana lazim film-film pelajaran kesehatan di sekolah. Pembahasannya antara lain tentang cukur, kenaikan berat badan, dan penambahan tinggi badan.

Kisahnya mendadak bergeser ke dua remaja sedang berbincang tentang mimpi basah yang dialami. Salah satu remaja menyebut sperma sebagai "cairan lengket putih yang menjadi permulaan bayi." Berbeda dibandingkan dengan kisah Molly sebelum ini, video "As Boys Grow" menjelaskan secara gamblang caranya melakukan hubungan seks.

Guru olah raga itu menganjurkan agar para remaja pria mulai mengencani wanita kapanpun mereka mau. Bagi remaja pria, pubertas digambarkan sebagai hal yang hebat. Sebaliknya, dalam film "Molly Grows Up", pubertas dijelaskan sebagai kutukan yang harus dijalani remaja putri, bukan sesuatu yang harus dirayakan.

Film itu terlihat usang, tapi pembicaraan tentang organ kelamin merupakan hal terlarang pada masa itu. Pada 1950-an itulah orang baru menyadaro pentingnya pendidikan seks dalam sekolah selama hal itu dikaitkan dengan cinta, keluarga, dan mendapatkan anak.

6. Para Gadis, Berhati-Hatilah...

(Sumber Val734TV4)

Film kewaspadaan remaja putri berjudul Girls Beware ini dimaksudkan agar mereka waspada sejumlah bahaya oleh kaum lelaki yang ingin memanfaatkan mereka. Ada beberapa suasana ketika remaja-remaja putri tak sadar berada dalam situasi diculik atau diperkosa. Film itu mengajurkan agar remaja putri tetap sopan kepada para pria tak dikenal, tapi menolak rayuan mereka.

Ada kisah yang mencritakan perbedaan peraturan masa itu dengan masa sekarang. Seorang remaja putri datang ke rumah kilen untuk mejagai bayi kliennya, tapi pria yang memanggilnya memberi nomor telepon palsu terkait ibu bayi itu.

Remaja putri itu jelas diculik, tapi kebijakan polisi saat itu adalah menunggu hingga anak itu pulang ke rumah karena bisa saja ia sekedar kabur dari rumah. Remaja putri itu ditemukan seminggu kemudian dalam keadaan telah diperkosa dan dibunuh.

Dalam film itu, tanggungjawab keamanan anak ada pada orangtua, tidak langsung di penegak hukum. Pada 1996, pemerintah AS menciptakan Amber Alert yang mengacu kepada Amber Hagerman (9).

Sistem peringatan itu merupakan sistem siaran darurat yang memberitahu publik ketika ada anak yang hilang. Sejak diciptakan 20 tahun lalu, Amber Alerts telah menyelamatkan 800 anak.

7. Awas, Predator!

(Sumber Live and Learn Videos)

Film pendidikan 1960-an berjudul Boys Beware ini memperingatkan remaja pria tentang potensi hubungan seksual dengan kaum pria yang lebih tua. Para remaja pria ini dibujuk ke dalam situasi berbahaya ketika menerima tumpangan pulang dari latihan olah raga atau dijanjikan uang atau hadiah dari orang tidak dikenal.

Narator menyebutkan homoseksual sebagai "sakit." Problem sesungguhnya adalah bahwa kaum pria dewasa dalam film adalah paedofil dan pemangsa seksual. Niat pembuatan film ini adalah agar anak-anak aman karena tidak menerima tumpangan dari orang asing.

Namun demikian, sejak ditayangkan di sekolah-sekolah, ada keraguan bahwa film ini menanamkan homofobia dalam diri para pelajar karena mengajarkan bahwa, pada dasarnya, semua pria gay adalah kriminal.

Di lain pihak, Sex Ed Library menganjurkan program Seattle King County untuk mendidik anak sekolah dasar tentang eksloitasi seksual. Dalam pelajaran itu, anak-anak diajarkan bedanya sentuhan yang pantas maupun tidak pantas oleh orang dewasa.

Film itu juga menjelaskan kepada anak-anak untuk mendapatkan pertolongan jika mengalami penyesahan. Pelajaran itu tidak melakukan diskriminasi berdasarkan orientasi seksual ataupun gender.

8. Pendidikan Seks untuk Difabel

(Sumber nightflight.com)

The ABC Of Sex Education For Trainables, dilm pendidikan seks ciptaan 1975 itu menjadi sumber meme internet, "It felt good, didn’t it, Ricky?"

Film aslinya memiliki durasi 20 menit. Isinya memadukan kisah yang diperankan aktor dengan penjelasan ahli psikologi sungguhan tentang seks yang ditujukan kepada orang yang cacat secara mental, atau dalam film disebut "trainables."

Kisah Ricky itu menjadi contoh tentang apa yang bisa terjadi ketika membesarkan anak cacat mental. Kalimat yang beredar menjadi meme itu adalah anjuran kepada orangtua ketika mendapati anak cacat mereka sedang melakukan masturbasi.

Namun demikian, aktor pemeran Ricky jelas-jelas tidak terbelakang secara mental. Ketika keseluruhan film ditarik keluar dari konteksnya, maka filmnya terasa konyol.

Tujuan film "ABC of Sex Education for Trainables" adalah untuk membantu para orangtua dan pengasuh untuk melatih orang cacat mental agar berhenti melakukan masturbasi di tempat umum, hamil tak terduga, atau tertular penyakit menular seksual.

Banyak nasehat dalam film ini masih relevan hingga sekarang, tapi Advocates for Youth sekarang ini telah memiliki panduan bagi orangtua dan pendidik untuk berbicara tentang seks dengan anak-anak cacat mental.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya