Ilmuwan Ungkap Pasir Bermuatan Listrik di Bulan Terbesar Saturnus

Eksperimen Georgia Tech menemukan bahwa partikel yang menutupi permukaan Bulan terbesar Saturnus, Titan, bermuatan listrik.

oleh Citra Dewi diperbarui 02 Apr 2017, 20:24 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2017, 20:24 WIB
Titan, bulan Planet Saturnus
Titan, bulan Planet Saturnus (NASA)

Liputan6.com, Atlanta - Eksperimen yang dilakukan di Georgia Institute of Technology menemukan bahwa partikel yang menutupi permukaan bulan terbesar Saturnus, Titan, bermuatan listrik.

"Jika Anda membangun istana pasir di Titan, kemungkinan akan tetap kokoh selama beberapa minggu karena muatan elektrostatis," ujar Profesor dari Georgia Institute of Technology (Georgia Tech), Josef Dufek, yang terlibat dalam penelitian tersebut.

"Setiap pesawat anatriksa yang mendarat di daerah berpasir di Titan, akan sulit untuk tetap bersih," imbuh dia.

Temuan yang telah dipublikasi di jurnal Nature Geoscience tersebut, dapat membantu menjelaskan fenomena aneh yang terjadi di Titan. Di sana, angin kencang berembus dari timur ke barat. Namun bukit berpasir setinggi 91 meter justru terbentuk dalam arah berlawanan.

"Kekuatan elektrostatis meningkatkan ambang gesekan," ujar pemimpin peneliti yang merupakan mahasiswa doktoral geofisika dan teknik elektrik di Georgia Tech, Josh Mendez Harper.

"Ini membuat butiran pasir sangat lengket dan kohesif sehingga hanya angin sangat kencang yang mampu memindahkannya. Angin yang terjadi pada umumnya tak begitu kencang untuk membentuk bukit pasir," imbuh dia.

Untuk menguji partikel dengan kondisi seperti di bulan Saturnus itu, para peneliti membangun alat eksperimen kecil dengan tekanan yang telah dimodifikasi di laboratorium Georgia Tech.

Mereka kemudian memasukkan butiran naftalena dan bifenil--dua senyawa beracun, karbon, dan hidrogen yang diyakini terdapat di permukaan Titan ke dalam sebuah tabung kecil.

Silinder tersebut kemudian diputar selama 20 menit dalam lingkungan nitrogen murni dan kering (atmosfer Titan terdiri dari 98 persen nitrogen). Kemudian, mereka mengukur sifat-sifat listrik dari setiap butir yang keluar dari tabung.

"Semua partikel menjadi bermuatan listrik, dan sekitar 2 sampai 5 persen tidak keluar dari tabung," ujar Mendez Harper.

"Mereka menempel di dalam dan terjebak bersama-sama. Ketika kita melakukan eksperimen yang sama dengan pasir dan abu vulkanik dan dilakukan di lingkungan mirip Bumi, semua butiran keluar dari tabung. Tak ada yang terjebak," jelas dia.

Meski pasir di Bumi bermuatan listrik ketika mengalami gesekan, namun besar muatannya kecil dan menghilang dengan cepat. Namun hal tersebut tak berlaku bagi materi di Titan.

"Materi non silikat ini dapat menjaga muatan elektrostatisnya selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berblan-bulan dalam gravitasi rendah," ujar seorang mahasiswa pascasarjana di School of Earth and Atmospheric Sciences, George McDonald, yang turut menulis artikel ilmiah.

Secara visual, Titan merupakan obyek di Tata Surya yang paling mirip dengan Bumi. Data yang dikumpulkan dari Cassini sejak 2005, telah mengungkap keberadaan cairan dalam jumlah besar di kutubnya, dan juga pegunungan, sungai, dan gunung yang berpotensi berapi.

Namun bukan samudra berisi air yang berada di bulan Saturnus itu, namun metana dan etana yang berasal dari hujan oleh awan berisi hidrokarbon. Jika berada di permukaannya, rasanya sama seperti saat kita berdiri di kedalaman 4,5 meter di bawah permukaan air di Bumi--bertekanan lebih tinggi.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya