Ini Arti di Balik 'Bisikan' Anak Paus Bungkuk

Selian dapat bernyanyi dengan nyaring dan menyeramkan, paus bungkuk juga dapat berbisik. Apa makna di balik bisikan itu?

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Apr 2017, 16:04 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2017, 16:04 WIB
Paus Bungkuk
Paus Bungkuk (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Aarhus - Paus bungkuk dikenal akan nyanyiannya yang nyaring dan menyeramkan. Namun penelitian baru mengungkap, mamalia laut itu ternyata juga dapat 'berbisik'.

Ilmuwan menemukan bahwa bayi paus bungkuk menghindari predator saat berkomunikasi dengan ibunya dengan mengeluarkan dengkuran dan decitan.

Suara lirih tersebut memungkinkan paus bungkuk muda melacak orang tua mereka saat bermigrasi, tanpa harus didengar oleh paus pembunuh dan paus bungkuk jantan yang mencari kesempatan untuk kawin.

Para peneliti mengumpulkan data terobosan itu dengan menempelkan mikrofon ke paus yang berenang di dekat Australia.

"Kami mendengar banyak suara gosokan, seperti dua balon yang digosok bersama, yang menurut kami adalah bayi yang menyenggol ibunya ketika ia ingin menyusui," ujar pemimpin penelitian di Teluk Exmouth dari University Aarhus di Denmark, Dr Simone Videsen, seperti dikutip dari The Telegraph, Rabu (26/4/2017).

Data menunjukkan bahwa suara lirih biasanya muncul saat paus berenang. Hal itu menunjukkan bahwa suara tersebut membantu ibu dan anaknya tetap bersama di perairan yang gelap.

Paus bungkuk menghabiskan musim panasnya di perairan kaya makanan di Antartika atau Arktik. Saat musim dingin, mereka berenang ke perairan tropis untuk berkembang biak.

Saat berada di perairan tropis, anak paus bungkuk harus mendapatkan bobot sebanyak mungkin untuk memulai migrasi panjang pertama mereka.

"Migrasi ini sangat berat bagi anak paus," ujar Dr Videsen.

"Mereka menempuh 5.000 mil melintasi perairan terbuka di lautan yang keras dengan angin kencang."

"Mengetahui lebih banyak tentang kebiasaan menyusu mereka akan membantu kita memahami apa yang bisa mengganggu perilaku kritis ini, jadi kita bisa menargetkan upaya konservasi secara lebih efektif," jelas dia.

Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Functional Ecology.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya