8 Aksi Teror yang Gegerkan Dunia Sepanjang 2017

Dalam beberapa bulan terakhir, aksi terorisme mengguncang di dunia. Eropa juga Asia jadi target.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 07 Jun 2017, 02:00 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2017, 02:00 WIB
20170522-Konser Ariana Grande di Inggris Diwarnai Ledakan-AP
Personel darurat berbicara kepada warga di luar Manchester Arena, Inggris, usai ledakan di dalam tempat konser penyanyi Ariana Grande, Senin (22/5). Belum diketahui penyebab ledakan maupun pelaku dalam serangan tersebut. (Peter Byrne/PA via AP)

 

Liputan6.com, Jakarta - Serangan terorisme masih jadi tantangan bagi dunia. Inggris, Turki, Rusia, Swedia, Australia, bahkan Indonesia menjadi target serangan mematikan yang terjadi secara beruntun pada tahun ini. 

Ratusan nyawa manusia direnggut paksa oleh tindakan pengecut dan tanpa ampun para teroris. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas sebagian besar serangan tersebut -- meski tak pernah memperlihatkan bukti. 

Apa yang dilakukan para ekstremis yang tak bertanggung jawab, dikecam warga Bumi. Komunitas internasional dan para pemimpin dunia pun buka suara, mengutuk keras aksi teror.   

Mereka yang punya nurani sepakat, aksi terorisme -- apapun alasannya -- harus segera dihentikan. Karenanya, setiap negara di dunia harus bekerja sama untuk menghadapi musuh bersama: terorisme.

Dirangkum dari beberapa sumber, berikut 8 aksi terorisme yang mengguncang dunia sejak awal 2017 lalu: 

1. Serangan di Klub Malam Istanbul

Tim medis memberi pertolongan kepada korban luka-luka akibat penembakan di kelab malam saat perayaan malam tahun baru di Istanbul, Turki (1/1). (Murat Ergin/Ihlas News Agency via Reuters)

Tahun 2017 dibuka dengan peristiwa berdarah. Tepat di hari pertama tahun yang baru. Pria bersenjata melepaskan tembakan di dalam sebuah klub malam di Istanbul, selama perayaan malam Tahun Baru.

"Sejumlah polisi dan paramedis dikirim ke Reina bar yang terkenal di Distrik Ortaköy," demikian dilaporkan CNN Turk yang dikutip dari The Independent. 

ISIS mengklaim bertanggung jawab atas penembakan yang terjadi di kelab malam tersebut. Peristiwa ini menyebabkan 39 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.

"Sebagai kelanjutan dari operasi terhadap pelindung salib, Turki, seorang anggota ISIS menyerang salah satu kelab malam terkenal di mana orang Kristen merayakan liburan mereka," demikian pernyataan ISIS seperti dikutip dari The Guardian, Senin, (2/1/2017).

Pada 4 Januari 2017, Otoritas Turki mengumumkan telah mengantongi identitas pelaku penembakan. "Identitas orang yang melakukan penyerangan di Ortakoy telah diketahui," ujar Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu

2. Serangan di Jembatan Westminster Inggris

Petugas forensik meneliti lokasi serangan teror Inggris di dekat gedung parlemen di London, Rabu (22/3). Sedikitnya lima orang tewas dalam serangan teror di Jembatan Westminster dan di dekat Gedung Parlemen itu. (Yui Mok/PA via AP)

Pada Rabu, 22 Maret 2017 jelang sore, teror terjadi di Inggris. Seorang pria menabrakkan mobil ke arah para pejalan kaki di Jembatan Westminster, London.

Setelah itu, pria yang sama mengarahkan mobil ke Gedung Parlemen Inggris. Ia menabrak pagar dan menikam seorang anggota polisi.

Sehari setelah insiden teror London polisi menguak identitas pelaku. Mereka menyebut serangan tersebut dilakukan Khalid Masood.

Pria kelahiran Kent itu ditembak mati usai menikam seorang anggota polisi menggunakan pisau panjang.

Pria 52 tahun tersebut diyakini tinggal di daerah West Mindlands.

Kepolisian London mengaku, tak ada data intelijen yang bisa menjelaskan niat Masood melakukan serangan teror.

Meski namanya tak ada dalam daftar penyelidikan aparat belakangan ini, ia punya rekam jejak pelanggaran hukum pada masa lalu, termasuk menyebabkan luka berat, kepemilikan senjata yang ofensif, dan pelanggaran ketertiban umum.

Ia tercatat kali pertama berurusan dengan hukum pada November 1983 terkait kasus perusakan. Sementara, kasus terakhirnya tercatat pada Desember 2003 terkait kepemilikan senjata tajam.

3. Insiden Truk Maut Swedia

Polisi berjaga di sekitar lokasi serangan teror truk maut Swedia. (AP)

Teror truk maut melanda Swedia. Dua orang diduga terkait peristiwa itu pun ditangkap pihak berwenang. Salah satunya yang berasal dari Uzbekistan telah mengaku melakukan "kejahatan terorisme" itu, demikian disampaikan pengacaranya.

"Saat ini posisinya ia sudah mengakui melakukan kejahatan terorisme dan menerima bahwa ia akan ditahan," kata pengacara Johan Eriksson seperti dikutip dari BBC, Selasa (11/4/2017)

Rakhmat Akilov, yang berusia 39 tahun, mengaku bertanggung jawab atas serangan teror truk Swedia itu di sebuah persidangan di pengadilan di ibu kota Swedia, Stockholm.

Sebanyak empat orang tewas ketika sebuah truk menabrak Ahlens department store pada Jumat 7 April 2017. Sekitar 15 orang terluka, termasuk dua orang dalam kondisi kritis.

Polisi Swedia mengatakan Akilov sudah dikenali oleh petugas keamanan sebelumnya. Permohonannya sebagai penduduk di Swedianya ditolak, dan ia bersimpati kepada ISIS.

4. Serangan ke Stasiun Kereta Bawah Tanah Rusia

Seorang wanita melihat tumpukan bunga yang diletakkan di dekat lokasi bom meledak di stasiun kereta bawah tanah St. Petersburg, Rusia, Selasa (4/4). Dikabarkan 10 orang meninggal dalam tragedi tersebut. (AP Photo / Dmitri Lovetsky

Pada 3 April 2017, masyarakat Rusia dikejutkan atas serangan yang dilancarkan di stasiun kereta bawah tanah di Saint Petersburg.

Pelaku serangan teridentifikasi seorang pemuda Kyrgyztan berkewarganegaraan Rusia berusia 20-an tahun.

"GKNB Kyrgyztan dan FSB Rusia bekerja sama. Namun dalam kasus ini, informasi lain akan diberikan dari Moskow, karena Djalilov hanya berkewarganegaraan Rusia," ujar Sulaimanov seperti dikutip dari ABC News, Rabu (5/4/2017). GKNB adalah badan keamanan Kyrgyztan dan FSB adalah badan intelijen dari Rusia.

Sulaimanov mengatakan, ia tak dapat menentukan apakah serangan itu merupakan bom bunuh diri. Namun, otoritas Rusia telah menyatakan itu sebagai bom bunuh diri.

"Meski tersangka tinggal di Rusia dalam beberapa tahun terakhir, ia kemungkinan masih memiliki kerabat di Osh," ujar Sulaimanov, merujuk pada kampung halaman tersangka di Kyrgyztan.

Pihak penyelidik belum merilis banyak detail terkait pengeboman tersebut. Namun juru bicara Kremlin mengatakan kepada kantor berita Rusia, TASS, pihak penyelidik belum mengonfirmasi bahwa serangan itu adalah bom bunuh diri.

Kementerian Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa pengeboman tersebut menunjukkan adanya kebutuhan upaya bersama melawan terorisme global.

"Tragedi di St. Petersburg sekali lagi menunjukkan pentingnya meningkatkan upaya bersama untuk memerangi kejahatan ini," ujar Lavrov, menurut kantor berita Rusia RIA Novosti.

5. Serangan di Konser Ariana Grande

Polisi bersenjata berjaga-jaga di Manchester Arena setelah terdengar ledakan saat konser Ariana Grande tengah berlangsung (Peter Byrne/PA via AP)

Masyarakat internasional dikejutkan oleh berita tragis pada Selasa pagi, 23 Mei 2017 waktu Jakarta. Sebuah bom meledak di lokasi konser penyanyi Ariana Grande di Manchester Arena, Manchester, Senin malam waktu setempat.

Ledakan yang diduga kuat oleh kepolisian didalangi oleh bomber bunuh diri dan berafiliasi dengan kelompok teroris itu dikonfirmasi menewaskan 22 orang dan 59 korban luka.

Sedangkan ribuan peserta konser dibuat trauma, dan masyarakat dunia dibuat geram oleh dalang di balik serangan nahas tersebut.

Lokasi ledakan terjadi di Manchester Arena, sebuah indoor arena di Tepi Sungai Hunts, Manchester. Arena tersebut memiliki daya tampung sebanyak 21.000, terbesar se-Inggris dan kedua terbesar se-Uni Eropa.

Ariana Grande merupakan salah satu talenta olah suara muda nan berbakat di dunia untuk saat ini. Popularitas sang artis pun diakui jempol oleh sebagian besar masyarakat internasional, khususnya dari kalangan remaja dan dewasa muda.

Sehingga, tak heran jika pada setiap konser, sang penyanyi kerap disambangi oleh penggemar berusia muda. Ironisnya, para korban ledakan Manchester Arena didominasi oleh dewasa muda, remaja, dan di antaranya adalah anak-anak.

6. Ledakan di Kampung Melayu

Sejumlah polisi berjaga di sekitar Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (24/5). Polisi dari Polres Jakarta Timur dan Gegana Polda Metro Jaya tengah menyusuri lokasi ledakan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menjelang libur kenaikan Isa Almasih terjadi dua ledakan bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Ledakan itu hanya berselang sekitar lima menit dari ledakan pertama.

Saat itu, lalu lintas Ibu Kota sedang macet parah. Polisi muda yang tengah bertugas mengamankan jalannya pawai obor menyambut bulan suci Ramadan turut menjadi korban. Seketika itu pula, halte transit Transjakarta ditinggalkan penghuninya. Semua mundur di garis batas polisi.

Dari hasil olah TKP, berbagai petunjuk ditemukan, seperti pecahan telepon genggam yang diduga sebagai pemantik ledakan, kabel-kabel, KTP dan fotokopi, serta struk pembelian panci dari sebuah supermarket di Padalarang, Jawa Barat.

Dari sini, pihak kepolisian menyimpulkan, bom Kampung Melayu merupakan bom panci.

Dalam keterangan persnya di RS Polri Jakarta Timur, Jumat 26 Mei 2017, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, bomber berjumlah dua orang dan tewas di lokasi saat bom diledakkan. Kini jenazah keduanya masih berada di Rumah Sakit Polri Kramatjati.

Berdasarkan hasil penyidikan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, kedua bomber masing-masing bernama Iwan Nursalam dan Ahmad Syukri.

"Berdasarkan oleh TKP, dua pelaku sudah teridentifikasi melalui ciri fisik serta DNA yang dilakukan sore ini," kata Kapolri Tito.

Tito mengungkapkan, pelaku pertama positif dikenal sebagai Ichwan Nurul Salam dan pelaku kedua bernama Ahmad Sukri.

"Ichwan Nurul Salam positif setelah dilakukan pembanding putra biologisnya yang bernama Jibril. Sedangkan Ahmad Syukri dilakukan pembanding dengan ibu kandungnya bernama Eti Nurhasanah, hasilnya postif dia saudara Ahmad Sukri," ungkap Tito.

Kedua bomber ini, ujar Tito, positif tergabung dalam sel Mudiriyah Jamaah Anshar Daulah (JAD) Bandung Raya, yang berafiliasi dengan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), di mana penghubungnya adalah Bahrun Naim.

"Ini kesekian kalinya network (jaringan) ISIS Bahrun Naim JAD (Jamaah Anshar Daulah) melakukan aksi. Terakhir mereka melakukan aksi di bom Thamrin," beber Tito.

7. Dua Insiden Berdarah di Hari yang Sama di Inggris

Para tamu hotel Premier Inn Bankside dievakuasi menyusul serangan teror di pusat kota London, Sabtu (3/6). Setelah sebuah van menabrak pejalan kaki di London Bridge, aksi penusukan juga terjadi di kafe tak jauh dari tempat tersebut. (Yui Mok/PA via AP)

Inggris kembali menjadi target serangan. Pusat kota London pada Sabtu malam, 3 Juni 2017, menjadi lokasi serangan sejumlah peristiwa teror. Insiden pertama terjadi ketika sebuah kendaraan van menabrak pejalan kaki di Jembatan London atau terkenal dengan sebutan London Bridge.

Masih segar dalam ingatan insiden bom bunuh diri di konser Ariana Grande di Manchester pada 22 Mei lalu. Tak hanya kota itu, seluruh Inggris berduka atas peristiwa itu.

Kini, Inggris kembali menjadi target serangan. Pusat kota London pada Sabtu malam, 3 Juni 2017, menjadi lokasi serangan sejumlah peristiwa teror. Insiden pertama terjadi ketika sebuah kendaraan van menabrak pejalan kaki di Jembatan London atau terkenal dengan sebutan London Bridge.

Dikutip dari BBC pada Minggu (4/6/2017) tak lama setelah peristiwa penabrakan itu, polisi London mendapat laporan terjadi insiden penusukan di Borough Market, kawasan yang terkenal dengan restoran dan bar.

Salah satu saksi mata Gerard Vowls mengatakan ia melihat seorang perempuan ditusuk oleh tiga pria.

"Saya ingin tahu apakah perempuan itu masih hidup atau tidak, karena aku segera berlari karena saya melihat ada pria lain melempari kaca-kaca kafe dengan kursi. Lalu gerombolan pria lain mencoba menusuk saya dan orang-orang lainnya. Mereka bukan manusia, tapi setan," kata pria berusia 47 tahun.

8. Penyanderaan di Melbourne Australia

Polisi anti-bom dikerahkan dalam teror sekaligus penyanderaan di Melbourne (AAP)

Wilayah Brighton di pinggiran kota Melbourne, Australia dikejutkan insiden penembakan dan penyanderaan yang dilakukan seorang pria pada Senin malam 5 Juni 2017.

Pelaku, yang menurut media Herald Sun bernama Yacqub Khayre adalah seorang pengungsi asal Somalia.

Saat beraksi, ia diduga menghubungi media Channel 7 di Melbourne. Lewat sambungan telepon, ia mengatakan, "Ini untuk ISIS dan ini untuk Al Qaeda."

Pihak Channel 7 mengatakan, terdengar suara teriakan seorang perempuan di latar belakang.

Polisi yang merespons laporan tersebut langsung menuju ke Buckingham Serviced Apartments. Setelah terlibat adu tembak selama dua jam, polisi menembak pelaku hingga tewas.

Petugas juga menemukan pria kedua dalam kondisi tewas di lobi apartemen. Sementara, tiga petugas kepolisian terluka dalam upaya pembebasan sandera.

Dua petugas dibawa ke rumah sakit dengan luka yang tidak mengancam jiwa dan yang lainnya dirawat di tempat kejadian.

Aparat kini masih menyelidiki kemungkinan kaitan insiden tersebut dengan aksi teror.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya