Krisis Teluk Tak Akan Berakhir Meski Emir Kuwait Jadi Juru Damai?

Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah berperan aktif menyelesaikan konflik di Teluk.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 08 Jun 2017, 22:00 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2017, 22:00 WIB
Menlu Bahrain
Menlu Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed al-Khalifa (Foto:AFP)

Liputan6.com, Manama - Upaya untuk meredakan situasi di Timur Tengah, terus dilakukan. Kondisi di wilayah tersebut memburuk usai perseteruan antara Qatar dan sembilan negara yang memutuskan hubungan dengannya.

Salah satu pemimpin Timur Tengah yang berperan aktif menyelesaikan krisis adalah Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah.

Dirinya mengunjungi tiga negara. Dimulai Arab Saudi, lalu ke Uni Emirat Arab, dan diakhiri di Qatar.

Ia menemui semua pemimpin negara tersebut. Tujuannya satu, yaitu menyelesaikan krisis diplomatik yang dikhawatirkan bisa melebar ke area lain.

Upaya keras dari Kuwait dipuji oleh Bahrain. Tapi, Kementerian Luar Negeri negara yang sudah tak mau menjalin hubungan dengan Qatar tersebut tidak yakin kerja keras Emir Kuwait berhasil.

Menurut Bahrain opsi normalisasi hubungan terbuka. Sayangnya, Pemerintah Qatar "") enggan memperbaiki krisis tersebut, bahkan cenderung memproteksi beberapa kebijakan kontroversialnya.

Menlu Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed al-Khalifa mengatakan alasan kenapa krisis ini tak bisa selesai karena ada keraguan Qatar bisa berubah.

"Emir Kuwait itu pembawa pesan dari Allah, tapi kebijakan Qatar bisa jadi tidak menjamin upaya (Emir Kuwait) itu berhasil," sebut al-Khalifa, seperti dikutip dari Bussines Insider, Kamis (8/6/2017).

"Kami tidak ragu untuk melindungi kepentingan kami dan jalan sebenarnya terbuka untuk melindungi diri kami dari Qatar," sambung dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya