Liputan6.com, Bamako - Dalam hitungan beberapa bulan terakhir, diperkirakan lebih dari 100 orang tentara penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tewas dalam serangan di Mali.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Sabtu (10/6/2017) dilaporkan tiga orang tim pasukan perdamaian tewas terbunuh dalam sebuah serangan markas PBB di kawasan Mali Utara.
Pemerintah Guinea mengatakan, ketiga perwira pasukan perdamaian PBB yang berasal dari Guinea tersebut tewas pada Kamis 8 Juni 2017. Namun pihaknya belum mengetahui identitas pelaku yang mengakibatkan tiga perwiranya tewas.
Advertisement
Baca Juga
Saat kejadian, tentara PBB berada di bawah tekanan melalui tembakan mortir berat yang dilakukan oleh sekelompok penyerang. Tak hanya menewaskan tiga orang perwira, lima orang penjaga perdamaian lainnya juga dikabarkan mengalami luka serius.
Pasukan penjaga perdamaian PBB kerap kali mendapat serangan dari pejuang gurun yang kembali bergabung melakukan upaya penyerangan sejak operasi militer Prancis pada 2013. Operasi militer Prancis dilakukan guna mengusir kelompok pemberontak dari sejumlah kota di Mali bagian utara.
Meskipun serangan udara Prancis telah berlangsung di tempat persembunyian mereka, sekelompok pejuang termasuk kader Al Qaeda telah melakukan serangkaian serangan tahun ini. Termasuk sebuah bom bunuh diri di pangkalan militer pada Januari 2017 yang menewaskan 77 orang.
Beberapa tentara Prancis juga mengalami luka parah pada bulan lalu. Sehingga menjadikan operasi ini sebagai misi paling mematikan yang dilakukan oleh PBB sejauh ini.
Setidaknya pemerintah Prancis telah mengirim sekitar 4.000 tentara ke wilayah tersebut. Sekitar 11.000 pasukan perdamaian PBB pun juga telah diterjunkan untuk memastikan Mali dalam kondisi aman.
Namun, pasukan PBB tidak memiliki jumlah peralatan dan sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan permasalahan politik antara pemerintah dan pemberontak Tuareg yang kian memanas.
Negara yang terletak di benua Afrika ini kian bermasalah dengan masuk dalam kategori negara termiskin di dunia. Jumlah pengangguran kian merajalela dan banyak orang yang harus bertahan hidup dalam kondisi konflik seperti ini.
Saksikan juga video menarik berikut ini: