Menenggok Toleransi Umat Beragama di Armenia

Dubes RI untuk Ukraina merangkap Armenia, melakukan kunjungan ke masjid Armenia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 24 Jun 2017, 17:08 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2017, 17:08 WIB
Dubes Yuddy Chrisnandi Melakukan Lawatan ke Masjid Armenia
Dubes Yuddy Chrisnandi Melakukan Lawatan ke Masjid Armenia (Foto:KBRI Kiev)

Liputan6.com, Yerevan - Duta Besar Indonesia untuk Ukraina merangkap Georgia dan Armenia, Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi dalam rangka penyerahan surat kepercayaan kepada Presiden Armenia, melakukan lawatan ke Masjdi Biru atau Gok jami.

Masjid tersebut adalah tempat ibadah umat Islam yang berdiri megah di Ibukota, Armenia Yerevan dan punya nilai sejarah. Bangunan itu berada di atas lahan seluas 70.000m2 ini menjadi satu-satunya masjid yang masih bertahan di Yerevan.

Dalam kunjungannya ke Masjid Biru, Dubes Yuddy bersilaturahmi dengan komunitas islam di Yerevan termasuk dengan imam dan ketua Masjid Syeikh Shaijan.

Dalam pertemuan itu, Syeikh Shaijan menjelaskan mempunyai hubungan yang harmonis dengan Kristen Ortodoks yang merupakan agama mayoritas di Armenia.

Shaijan menyebut, pembangunan Masjid Biru dilakukan ketika Yerevan masih dihuni sekitar 20.000 penduduk, dan saat itu Yerevan merupakan kota lintas agama yang hidup secara damai dan guyub.

"Setelah penguasaan Kerajaan Ottoman Turki 1453-1829 dan Rusia-Persia 1827-1828 hubungan antar umat beragama, khususnya islam dan Kristen ortodoks berjalan baik dan saling menghargai satu sama lain," ucap Shaijan.

Hal itu terbangun karena komunitas Islam dan Kristen ortodoks mempunyai ulama dan pendeta yang tawadhu, toleran dan mempunyai sikap welas asih.

Ketika rezim Uni Soviet berkuasa di Armenia, seluruh tempat ibadah dihancurkan atau ditutup sama sekali sekitar 1931.

Kala itu, seorang penyair ternama Armenia beragama Kristern ortodoks bernama Y. Charents menyelamatkan Masjid Biru ini dari kehancurannya dengan mengupayakan menjadi museum tanpa merubah atau meruntuhkan struktur bangunan.

Gelora umat untuk beribadah tidak lekang oleh waktu dan penindasan. Ketika Soviet runtuh pada 1991 maka Masjid Biru kembali ke khitahnya menjadi tempat ibadah.

"Dan sekali lagi rakyat Armenia menerima dengan tangan terbuka menjadi satu-satunya masjid yang masih survive dari ujian zaman hingga saat ini," papar Shajian.

Dia mengatakan, Islam di Armenia dapat diterima dengan baik dan berkontribusi pada kemajuan bangsa Armenia. Saat ini diperkirakan 0,1 persen dari 3 juta jumlah penduduk Armenia adalah Muslim.

Dalam pertemuan dengan Yuddy dengan pengurus masjid, Shaijan mengutarakan ide "sister mosque" antara Armenia dengan Indonesia. Dubes Yuddy menyambut baik usulan dan segera merealisasikan hal ini.

Selain itu, imam masjid ini memberi tahu Yuddy, segala kegiatan selama Ramadan di Armenia terpusat di Masjdi Biru. Kegiatan itu antara lain,penyelenggaraan shalat tarawih, iftar, pesantren kilat bagi anak-anak dan orang dewasa, tilawatil Quran, hafalan Alquran, dan itikaf di masjid.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya