21-7-1969: Khayalan Manusia ke Bulan Jadi Kenyataan

Mimpi besar itu diwujudkan dua orang astronot asal Amerika Serikat (AS), Neil Armstrong dan Edwin 'Buzz' Aldrin.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 21 Jul 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2017, 06:00 WIB
20-7-1969: Momen Perdana Manusia Injakkan Kaki di Bulan
Neil Armstrong di Bulan. (Nasa.gov)

Liputan6.com, Houston - Pada 21 Juli 1969 salah satu khalayan terbesar di dunia yang dulu sama sekali tidak pernah pernah terbayangkan, akhirnya terwujud.

Mimpi besar itu diwujudkan dua orang astronot asal Amerika Serikat (AS), Neil Armstrong dan Edwin 'Buzz' Aldrin.

"Satu langkah kecil bagi manusia, satu lompatan raksasa bagi umat manusia," sebut Armstrong saat pertama kali menginjakkan kaki di Bulan, seperti dikutip dari BBC History, Kamis (20/7/2017).

Armstrong dan Aldrin berangkat menggapai mimpi dengan menumpang pesawat ulang-alik legendaris Apollo 11.

Saat tiba di satelit alami bumi, Armstorng langsung melapor ke markas badan antriksa AS (NASA) bahwa mereka telah mendarat di Bulan.

Ia lalu, menjelaskan bagaimana struktur Bulan. Dijelaskannya, dataran di sana layaknya bubuk arang.

Lokasi pendaratan mereka telah berubah menjadi kawah yang dalam sekira 30 sentimeter.

Usai melapor ke markas NASA di Houston AS, dua astronot melakukan beberapa percobaan. Seperti melompat di bulan yang punya gravitasi lebih kecil dibanding planet Bumi.

Selain itu, mereka menancapkan bendera AS di bulan dan memasang plakat yang ditandatangani Presiden Nixon.

"Di sini manusia dari planet Bumi yang menginjakkan kaki pertama kali di Bulan pada Juli 1969. Kami datang bagi perdamaian seluruh umat manusia," demikian tulisan yang tertera pada plakat itu.

Pendaratan bersejarah orang pertama di Bulan disiarkan di seluruh AS. Gambaranya berasal dari kamera yang dipasang di pesawat yang mengantarkan mereka.

Masyarakat AS pun bergembira dan bersukacita atas keberhasilan duo astronot itu. Sama seperti Presiden Nixon mereka merasa bangga karena menjadi bangsa pertama yang berhasil ke Bulan -- di tengah persaingan sengit eksplorasi angkasa luar melawan Uni Soviet. 

"Ini merupakan momen paling bersejarah yang pernah terjadi," ujar Nixon di Gedung Putih.

Insiden Maut yang Membuat Manusia ke Bulan

Sebelum, Armstrong dan Aldrin, kisah upaya pendaratan manusia di bulan diawali dari kisah Gus Grissom, Ed White, dan Roger Chafee.

Tapi kisah mereka berujung tragis. Astronot tersebut tewas saat roket Apollo 1 meledak dalam simulasi peluncuran pada 27 Januari 1967.

Hubungan pendek arus listrik menimbulkan loncatan bunga api dan menyambar oksigen murni yang menjadi salah satu pendorong roket.

"Kebakaran, aku mencium kebakaran," kata salah satu astronot pada pukul 18.31 di hari nahas itu, seperti dikutip dari BBC History, Kamis (26/1/2017).

Dua detik kemudian, astronot lain, mungkin Ed White berkata, "Kebakaran di kokpit."

Kebakaran menyebar dengan cepat ke kabin. Komunikasi terakhir dengan para kru terdengar hanya 17 detik kemudian.

Atmosfer bertekanan di dalam kapsul berarti para astronot tak punya waktu untuk keluar.

Dalam kondisi ideal, proses membuka kapsul dari dalam membutuhkan waktu 90 detik-- dengan membuka ventilasi kabin untuk meringankan tekanan interior. Tekanan itu membuat pintu kian rapat tertutup.

Sementara, butuh waktu lima menit bagi para teknisi di luar kapsul, setelah kebakaran, untuk membukanya.

Chaffee (31) yang berpangkat letnan komandan Angkatan Laut belum pernah terbang ke angkasa luar, Letnan Kolonel Grissom (39) adalah orang AS pertama yang menjalani dua kali penerbangan ke luar Bumi.

Sementara Letnan Kolonel White (35) adalah yang perdana berjalan di angkasa luar (space walk).

Ketiganya tahu, ada risiko yang mengancam mereka ketika bergabung dalam misi angkasa luar. Apalagi untuk Letkol Grissom. Ia adalah orang AS kedua yang ke angkasa luar, menggunakan Liberty Bell 7.

Saat kembali ke Bumi, kapsul antariksanya dipenuhi air. Ia nyaris tenggelam.

Beberapa minggu sebelum tragedi peluncuran, ia menulis, "Akan selalu ada risiko, seperti yang ada dalam setiap program eksperimental."

Akan selalu ada korban jiwa. "Saya berharap itu tak akan terjadi, jika mungkin, tak bakal terjadi," tulis Grissom.

"Namun, jika itu yang terjadi, saya berharap rakyat AS tak berpikir, harga yang harus dibayar untuk program angkasa luar kita terlalu tinggi."

Sebelum tes dilakukan, ketiga astronot sempat berbagi kegelisahan mereka soal kokpit. Mereka berfoto di depan miniatur pesawat dengan pose berdoa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya