Liputan6.com, Manila - Dalam pertemuan Post Ministerial Conferences (PMC) yang merupakan rangkaian dari ASEAN Foreign Ministers' Meeting (AMM) ke-50 di Manila, Filipina, ASEAN dan Tiongkok telah mengadopsi kerangka Code of Conduct (CoC) -- tata perilaku kedua pihak di Laut China Selatan.
"Kita sudah mengadopsi kerangka CoC, di mana hal itu merupakan sebuah kemajuan antara kita dengan Tiongkok untuk mengadopsi kerangka CoC," ujar Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dalam press briefing di Philippine International Convention Center (PICC), Minggu (6/8/2017).
Sebelumnya, kedua pihak telah menyepakati kerangka Code of Condut (CoC) atau tata perilaku kedua pihak di Laut China Selatan. Menurut Retno, banyak elemen dari kerangka tersebut yang didesain oleh Indonesia dan mendapatkan dukungan dari negara-negara ASEAN.
Advertisement
Kesepakatan tersebut dicapai pada Pertemuan ke-14 ASEAN-China Senior Officials Meeting on the Implementation of the Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (SOM on DOC) di Guiyang, China, pada 18 Mei 2017.
Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada hari yang sama, Retno juga menyampaikan apresiasinya terhadap keterlibatan konstruktif Negeri Tirai Bambu itu.
"Saat saya berbicara dengan Menteri Wang Yi, saya juga sampaikan apresiasi atas keterlibatan konstruktif yang dilakukan oleh Tiongkok, sehingga hari ini kita pada hari ini dapat mengadopsi framework CoC," kata Retno.
Seperti yang dijelaskan oleh mantan Duta Besar RI untuk Belanda itu, ada tiga langkah yang akan dilakukan.
Pertama adalah adopsi. Kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai prinsip dan rencana ke depannya untuk memulai negosiasi CoC. Kegiatan itu akan dilaksanakan dalam Joint Working Group (JWG) of The Implementation of Declaration of Conduct (DoC) di Manila, Filipina, pada akhir Agustus.
Langkah terakhir adalah mengumumkan kapan dimulainya negosiasi, yang akan dilakukan pada saat pemimpin negara-negara ASEAN bertemu pada November 2017.
Menlu Retno juga menyampaikan, keterlibatan konstruktif Tiongkok akan terus dibutuhkan. Ia menyebut, keterlibatan konstruktif bisa ditunjukkan dengan tidak menunda-nunda.
"Ke depannya, dalam hal mengisi substansi dari CoC tersebut, maka mau tidak mau kita akan kembali memerlukan hubungan konstruktif terutama dari Tiongkok," kata Retno.
"Oleh karena itu, mudah-mudahan dengan adanya perkembangan positif hari ini untuk CoC, maka ke depan akan terbangun satu kepercayaan bagi kita semua, ASEAN plus China untuk bernegosiasi di CoC," imbuh dia.
Pembahasan soal CoC dimulai pada Februari 2017 dalam Pertemuan ASEAN-China Joint Working Group on the Implementation of the DOC (JWG on DOC) di Bali.
Pertemuan tersebut kemudian dilanjutkan dengan pertemuan JWG on DOC di Siem Reap, Kamboja, pada Maret 2017 dan Guiyang, China, pada Mei 2017, sebelum dibawa ke tingkat lebih tinggi pada level Menteri Luar Negeri ASEAN.
Â
Simak video berikut ini: