Misteri Tulang Belulang Merah di Makam Kuno Suku Maya

Berdasarkan gaya karya gerabah yang ditemukan di makam, para ahli arkeologi menduga kuburan kuno itu bertarikh dari 300 hingga 350 Masehi.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 23 Sep 2017, 16:01 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2017, 16:01 WIB
Makam Maya Kuno (0)
Topeng giok berwarna merah yang ditemukan dalam makam penguasa Maya Kuno. (Sumber Proyecto Arqueológico Waka' dan Kementerian Budaya dan Olahraga Guatemala)

Liputan6.com, St. Luis - Para ahli arkeologi yang menggali di bawah istana bangsa Maya di Guatemala melapor telah membuka sebuah makam kalangan ningrat. Di dalamnya, mereka menemukan topeng giok dan tulang belulang. Semua benda itu diwarnai dengan warna merah terang.

Makam itu ditemukan di situs El Peru-Waka' yang terletak dalam hutan hujan di utara Guatemala.

Walaupun kota kuno itu dulunya dipenuhi ratusan bangunan, termasuk piramida, istana, alun-alun, dan rumah, kota itu baru ditemukan lagi secara tidak sengaja pada 1960-an oleh para pekerja perminyakan.

Dikutip dari Live Science pada Jumat (22/9/2017), situs itu didiami pada masa Maya Klasik dari sekitar 200 Masehi hingga 800 Masehi. Situs itu memiliki kaitan erat dengan dua ibu kota saingannya, yaitu Tikal dan Calakmul.

Pada suatu masa, sebuah keluarga ningrat yang kaya raya memerintah Waka’ dan mengendalikan jalur perdagangan utama di sepanjang Sungai San Pedro.

Sebuah tim yang terdiri dari para ahli arkeologi Amerika dan Guatemala telah melakukan ekskavasi di Waka' sejak 2003. Mereka telah menemukan beberapa kuburan raja-raja dan ratu-ratu, demikian juga dengan beberapa orang yang mungkin saja menjadi tumbal manusia.

Dalam temuan terkini pada musim panas lalu, para peneliti menggali terowongan di bawah istana ibu kota dan menemukan kompleks yang mungkin menjadi makam tertua kaum ningrat di situs tersebut.

Berdasarkan gaya karya gerabah yang ditemukan dalam makam, mereka menduga kuburan itu bertarikh dari 300 Masehi hingga 350 Masaehi.

David Freidel, profesor antropologi di Washington University di St Louis, menjelaskan melalui pernyataan bahwa makam raja itu berperan menetapkan tanah suci kerajaan bagi dinasti Wak.

Kata Freidel yang juga menjadi salah satu direktur ekskavasi, "Hal itu seperti raja-raja Saxon kuno di Inggris yang dikubur di Old Minister, sehingga kemudian menjadi gereja asli di bawah Winchester Cathedral."

Pertanda Makam Raja?

Situs kompleks makam Maya Kuno di situs El Perú-Waka'. (Sumber Damien Marken)

Freidel dan rekan-rekannya menduga bahwa makam itu dulunya menjadi milik seorang raja, karena adanya topeng giok berwarna merah yang melambangkan sang penguasa sebagai Maize God.

Di kening topeng terukir simbol yang berarti "kuning" dan "berharga" dalam bahasa Maya Kuno.

Makam itu juga berisi beberapa perahu-perahu keramik, kerang-kerang, dan kalung berukiran buaya.

Makam itu dilaporkan pernah dibuka ulang setidaknya satu kali setelah 600 Masehi, mungkin agar generasi-generasi pelayat berikutnya bisa memberi warna merah pada tulang-tulang sang penguasa dengan menggunakan cinnabar.

Cinnabar adalah mineral berwarna merah terang yang merupakan sulfida raksa (mercury sulphide) yang biasa dipakai sebagai pigmen warna merah.

Sebagai catatan, tulang-tulang berwarna merah sebelumnya juga pernah ditemukan di makam-makam bangsa Maya, misalnya di makam Ratu Merah di Palenque yang seluruhnya dilumuri debu cinnabar.

Tidak ada ukiran-ukiran dalam makam yang dapat mengungkapkan nama sang penguasa, tapi Freidel dan rekan-rekannya menduga itu adalah makam Raja Te' Chan Ahk, seorang raja dinasti Wak yang memerintah pada awal abad ke-4.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya