Liputan6.com, Jakarta - Tradisi ziarah kubur atau nyekar menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Indonesia. Ribuan orang mengunjungi makam keluarga dan kerabat mereka, seperti terlihat di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat, pada hari kedua Lebaran 2025, Selasa (1/4/2025).
Di TPU Karet Bivak misalnya, meskipun gerimis, 1.500 peziarah telah hadir hingga pukul 12.00 WIB pada Selasa, 1 April 2025, dan diperkirakan akan mencapai 3.500 hingga sore hari.
Baca Juga
"Hari ini, mulai jam 07.00 WIB sampai jam 12.00 WIB, sudah ada sekitar 1.500 pengunjung," kata Petugas Administrasi TPU Karet Bivak, Yani.
Advertisement
Dia menyebutkan jumlah itu berkurang dari jumlah peziarah hari pertama Lebaran 2025/Idul Fitri 1446 Hijriah yang mencapai 7.000.
"Yang padat itu kemarin. Kalau hari ini kan mungkin orang-orang udah pada mudik atau ada urusan lain," kata Yani.
Para peziarah, seperti Erni (59) yang rutin berziarah setiap Lebaran, mengungkapkan kebahagiaan bisa mendoakan orang tua mereka.
"Tentu saja senang bisa mengunjungi makam orang tua, bisa mendoakan. Kebetulan waktunya biasanya cuma Lebaran. Mungkin kalau hari-hari lain banyak kesibukan juga. Jadi pada belum bisa ke sini," ungkapnya, seperti dilansir dari Antara.
Sementara Iwan (57) menyebut hujan gerimis sebagai berkah. Dia pun menganggap lokasi TPU Karet Bivak nyaman dan tertata rapi.
"Nyamannya ya, di sini penataan kuburannya juga rapi. Petugas-petugasnya juga ramah," ungkap Iwan.
Â
Sejarah Ziarah Kubur di Indonesia
Tradisi ziarah kubur atau nyekar telah ada jauh sebelum masuknya Islam di Indonesia. Di masa pra-Islam, tradisi ini sudah dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat, meskipun dengan konteks dan makna yang berbeda. Dengan demikian, tradisi ini telah berakar kuat dalam budaya Indonesia dan terus lestari hingga saat ini.
Setelah masuknya Islam, tradisi ziarah kubur tetap dipertahankan, namun dengan penyesuaian dan penambahan makna sesuai dengan ajaran Islam. Tradisi ini menjadi bagian integral dari kehidupan keagamaan dan sosial masyarakat Indonesia, menunjukkan sinkretisme budaya yang unik.
Meskipun telah mengalami perkembangan dan penyesuaian seiring perjalanan waktu, inti dari tradisi ziarah kubur tetaplah sama, yaitu sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada para leluhur. Tradisi ini menunjukkan kelanjutan dan adaptasi budaya yang dinamis dalam masyarakat Indonesia.
Advertisement
