Liputan6.com, Cambridge - Pemikiran mendiang Stephen Hawking, bisa dikatakan, adalah salah satu yang terbaik yang pernah dimiliki oleh sejarah manusia.
Sang fisikawan teoritis dikenal berhasil membawa pencerahan pada banyak isu kompleks yang diperdebatkan di ranah sains, bahkan hingga di akhir hayatnya.
Dilansir dari News.com.au pada Rabu (14/3/2018), Stephen Hawking telah memeringatkan dalam beberapa tahun terakhir, tentang ancaman bahaya kecerdasan buatan.
Advertisement
Baca Juga
Berbicara dalam ajang Web Summit pada November lalu di Lisabon, Stephen Hawking mengatakan bahwa kecerdasan buatan berisiko berkembang sebagai teknologi yang paling merugikan manusia di kemudian hari.
"Kita tidak tahu apakah nantinya kita akan terbantu atau ditelantarkan oleh kecerdasan buatan …. dan bisa juga (manusia) dihancurkan olehnya," ujar Hawking berpendapat.
Dalam wawancarannya baru-baru ini, ia juga memprediksi akan ada masanya teknologi ini akan lebih efektif ketimbang manusia. Hal itu membuat manusia tak lagi berguna.
Kendati demikian, ia mengakui teknologi sebenarnya memiliki manfaat bagi manusia. Akan tetapi, tanpa kehati-hatian, teknologi dapat menjadi hal yang mematikan.
Meski kecerdasan buatan disebut sangat bermanfaat untuk bantu mengatasi kemiskinan, wabah penyakit, dan memperbaiki lingkungan, namun Stephen Hawking berpikir lebih maju dari ketiga hal tersebut.
Ia memperingarkan para ilmuwan dan para pemimpin dunia, untuk fokus memaksimalkan manfaat penggunaan kecerdasan buatan pada masyarakat, dibandingkan murni di sisi kapabilitasnya.
Waktu Tidak Pernah Tercipta
Sementara itu, salah satu pemikiran paling terkenal dari mendiang Stephen Hawking adalah tentang teori terciptanya alam semesta, dan juga tentang apa yang sebenarnya terjadi sebelum Big Bang.
"Kondisi batas alam semesta, sejatinya tidak memiliki batas," ujar Hawking dalam wawancara dengan acara Star Talk Show yang dipandu oleh fisikawan Neil DeGrasse.
Dengan kata lain, tidak ada waktu sebelum waktu dimulai. Waktu tetap pada tempatnya, berputar seperti yang kita sadari saat ini.
Hawking menjelaskan, di tengah busa kuntum yang nyaris tak terbatas dari singularitas sebelum Big Bang, waktu ada dalam keadaan 'tertekuk'.
Hal itu terdistorsi di berbagai dimensi lain, yang selalu mendekati fraksional, namun tidak pernah menjadi apapun kecuali gerak maju yang bersifat konsisten. Tidak ada waktu mundur dan juga tidak waktu berhenti.
Seperti kata Hawking sebelumnya di salah satu ceramahnya: "Karena kejadian sebelum Big Bang tidak memiliki konsekuensi pengamatan, seseorang mungkin bisa membantah teori ini, dan mengatakan bahwa saat itu dimulai Big Bang."
"Peristiwa sebelum Big Bang, sama sekali tidak didefinisikan, karena tidak mungkin kita mengukur apa yang terjadi pada mereka (isi alam semesta)."
Bersama dengan James Hartle dari University of California Santa Barbara, almarhum Stephen Hawking mengusulkan bahwa ruang dan dimensi lain waktu yang diajukan oleh teori kuantum yang dijuluki waktu imajiner, ketika disatukan memang terbatas, namun tanpa batas.
Tidak ada fisika murni yang mendukung gagasan ini, tapi wawasan Hawking sudah terbukti sebelumnya.
Satu-satunya kepastian tentang blok bangunan kuantum yang sangat kecil di alam semesta adalah bahwa mereka tidak pasti.
Advertisement