Facebook Klaim Telah Menghapus Akun-Akun Propaganda Rusia

Facebook mengklaim bahwa pihaknya telah menghapus akun-akun yang dikendalikan oleh Rusia. Benarkah?

oleh Afra Augesti diperbarui 04 Apr 2018, 15:28 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2018, 15:28 WIB
Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Steven Senne)

Liputan6.com, California - Ratusan akun dan halaman Facebook yang diduga berkaitan erat dengan Kremlin dan dikendalikan oleh Internet Research Agency (IRA), telah dihapus pada hari ini.

Menurut keterangan dari Chief Security Officer Facebook, Alex Stamos, secara total ada 70 akun Facebook, 65 akun Instagram, dan 138 halaman Facebook yang telah "dilenyapkan".

Ia mengatakan, banyak halaman Facebook yang memuat iklan-iklan propaganda di platform (serambi) mereka. Halaman tersebut menghabiskan dana sebesar US$ 167.000 untuk beriklan sejak 1 Januari 2015 dan menargetkan warga Rusia serta orang-orang yang tinggal di sekitarnya.

Dugaan ini muncul setelah diketahui bahwa 95 persen halaman konten berbahasa Rusia.

Butuh beberapa bulan bagi Facebook untuk mengidentifikasi akun-akun dan halaman-halaman tersebut, yang akhirnya dihapus karena mereka dikontrol IRA, ujar Stamos melalui pernyataan tertulisnya, seperti dikutip dari Motherboard, Rabu, 4 April 2018.

Facebook juga menyertakan screenshot  dari unggahan propaganda tersebut dan iklan yang dibagikan melalui akun-akun terkait.

Contohnya saja, iklan dari halaman "Politikach" yang memuat foto Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang mengangkat gelas piala berisi anggur. Di bawahnya tertulis, "Mari bersulang untuk politik."

Contoh iklan propaganda Rusia di Facebook. (Foto: Facebook)Iklan lain milik halaman "Elite Theory" bertuliskan, "Beri tahu kami mengenai hal-hal aneh atau menakutkan yang terjadi pada Anda tahun lalu? Berikan 'suka' untuk cerita yang paling gila."

Contoh unggahan di Halaman Facebook. (Foto: Facebook)Sekitar 1,08 juta pengguna asli Facebook setidaknya mengikuti satu dari 138 halaman tersebut, dan 493.000 pengguna Instagram mengikuti salah satu akun Instagram palsu itu.

"IRA berulang kali menggunakan jaringan rumit dari akun-akun palsu mereka, untuk menipu dan memanipulasi pengguna asli Facebook, termasuk sebelum, selama, dan setelah pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016," aku Stamos.

"Itu sebabnya, kami tidak ingin mereka eksis di Facebook," lanjut Stamos menegaskan.

CEO Facebook, Mark Zuckerberg, menyebut tindakan perusahaannya itu sudah tepat, yakni sebagai langkah penting untuk melindungi integritas pemilu di seluruh dunia.

"Dalam beberapa minggu ke depan, kami akan merilis sebuah 'alat' (di Facebook), sehingga Anda dapat memeriksa apakah Anda 'menyukai' atau 'mengikuti' akun-akun yang dikontrol IRA," tulis Zuckerberg dalam blognya, Rabu (4/4/2018).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Facebook Rilis 3 Sistem Keamanan Baru

Facebook
Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Akibat skandal Cambridge Analytica yang mencoreng nama baiknya, Facebook pun melansir tiga kebijakan baru untuk sistem keamanan data penggunanya.

Tiga kebijakan baru tersebut resmi diberlakukan sejak Rabu, 28 Maret 2018, dengan klaim mudah dipahami oleh pengguna untuk mengikutinya.

Dilansir dari Time.com pada Kamis, 29 Maret 2018, perubahan kebijakan itu terjadi seiring kian populernya gerakan #DeleteFacebook di jagat maya, akibat dari terkuaknya skandal pencurian data pribadi 50 juta penggunanya.

CEO Facebook Mark Zuckerberg telah meminta maaf, dan setuju untuk bersaksi di hadapan Kongres Amerika Serikat (AS) tentang kontroversi tersebut.

"Minggu lalu kami bekerja keras menegaskan kembali kebijakan keamanan, dan membantu orang-orang memahami bagaimana cara kerja Facebook, serta pilihan yang mereka miliki atas data mereka," jelas wakil presiden Facebook, Erin Egan.

"Kami telah memahami dengan jelas bahwa pengaturan privasi, dan alat penting lainnya, terlalu sulit untuk ditemukan. Kami harus berbuat lebih banyak untuk membuat orang tetap saling berkomunikasi dengan aman," lanjutnya menjelaskan.

Di saat yang sama, wakil penasihat umum Facebook, Ashlie Beringer, mengatakan: "Jadi selain pengumuman Mark Zuckerberg minggu lalu, kami mengambil langkah-langkah tambahan dalam beberapa minggu mendatang untuk membuat orang lebih bisa mengontrol privasi mereka."

Facebook telah menetapkan tiga kebijakan baru, yang penting untuk menjaga keamanan data privasinya. Ketiga kebijakan tersebut sudah berlaku sejak Rabu di AS, dan mulai hari ini diterapkan ke seluruh pengguna akunnya di seantero dunia. Berikut adalah tiga kebijakan utama tersebut:

1. Mendesain ulang pengaturan menu

Pertama, Facebook berencana meluncurkan desain ulang menu pengaturannya di perangkat seluler. Raja media sosial itu mengatakan akan merampingkan tata letak pengaturan ke satu lokasi, alih-alih tersebar di hampir 20 bagian layar yang berbeda.

2. Mempermudah pengguna mengontrol data

Selanjutnya, Facebook menambahkan menu pintasan (short-quick) privasi, yang membuat pengguna dapat mengontrol data hanya dalam beberapa ketukan di layar.

Pengguna juga dapat mengaktifkan tindakan keamanan tambahan, seperti autentikasi dua faktor, mengelola informasi yang digunakan untuk iklan Facebook, dan menyesuaikan siapa yang melihat unggahan dan informasi di profil.

3. Mengunduh data akun Facebook Anda

Terakhir, Facebook memungkinkan pengguna untuk mengelola informasi dengan lebih aman, yakni kebebasan mengunduh, menyimpan, atau menghapus data dari situs.

Selain itu, ada pula pengaturan ulang pada syarat dan ketentuan. Tujuannya adalah agar pengguna tahu tentang data apa saja yang dikumpulkan dan digunakan oleh Facebook dari penggunanya.

"Pembaruan ini adalah tentang transparansi. Bukan tentang mendapatkan hak baru untuk mengumpulkan, menggunakan, atau berbagi data," tulis Facebook dalam dalam sebuah pernyataan resmi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya