Taiwan Aktivasi Skuadron Helikopter Tempur Apache dari AS, Bikin Gusar China?

Taiwan telah mengaktivasi skuadron ke-2 helikopter tempur Apache AH-64E yang dibeli dari Amerika Serikat. Apakah tujuannya membuat gusar China?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 19 Jul 2018, 08:31 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2018, 08:31 WIB
Helikopter Apache AH-64 produksi Boeing yang telah diterima TNI AD (Dok Foto: Boeing)
(ilustrasi) Helikopter Apache AH-64 (Dok Foto: Boeing)

Liputan6.com, Taipei - Taiwan, pada Selasa 17 Juli 2018, telah mengaktivasi skuadron ke-2 helikopter tempur Apache AH-64E yang dibeli dari Amerika Serikat

Langkah itu dilakukan di tengah tensi geopolitik tinggi antara Taiwan dengan China belakangan terakhir.

"Skuadron tersebut terdiri dari 15 helikopter Apache. Mereka akan ditempatkan bersama satu skuadron (Apache lain yang telah bertugas terlebih dulu di Pangkalan Udara Longtan, Taoyuan, Taiwan utara," kata Kementerian Pertahanan Taiwan seperti dikutip dari The South China Morning Post, Rabu (18/7/2018).

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, pengaktivasian dari skuadron Apache itu adalah "tonggak penting" dalam memenuhi strategi "penjeraan" Taiwan dan mencegah invasi.

Taiwan membeli 30 Apache AH-64E dari Amerika Serikat dengan harga (US$ 1,96 miliar) pada masa Presiden Ma Ying-jeou tahun 2008. Pengiriman komplit pada 2014.

Satu helikopter telah rusak akibat jatuh pada sesi latihan, menyisakan Taiwan dengan 29 unit Apache.

Apache AH-64E dilengkapi dengan radar akuisisi target yang komprehensif berkapasitas 360 derajat hingga jarak 8 km. Helikopter itu mampu melacak 128 target bersamaan dan meluncurkan 16 misil Hellfire kurang dari 30 detik.

 

Simak video berikut ini:


Tensi China-Taiwan

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (AFP)

Hubungan Lintas Selat atau Cross-strait relation (label yang diberikan untuk mengidentifikasi relasi Taiwan-China) mencapai titik terburuknya sejak Presiden Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik Taiwan menolak kebijakan Satu China atau One-China Policy dari Tiongkok.

Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, Beijing menggaungkan konsep One-China Policy sebagai upaya untuk menyerap kembali Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok.

Bahkan, muncul kekhawatiran kalau China mungkin akan mencapai tujuan itu dengan memilih opsi militer.

Akibatnya, Taiwan menghentikan pembicaraan dan pertukaran dengan China. Di sisi lain, Tiongkok membalas dengan mengintensifkan kehadiran militernya di dekat laut Taiwan.

Tetapi, Tsa Ing-wen tetap dapat mencegah Negeri Tirai Bambu semakin mendekat, berkat bantuan Amerika Serikat yang mengkhawatirkan bahwa 'jatuhnya' Taiwan ke tangan Tiongkok menjadi gerbang bagi Beijing untuk semakin memperluas pengaruhnya ke Laut China Selatan dan kawasan Asia Pasifik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya