Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pihak berwenang Malaysia mencatatkan rekor penyitaan sekitar 30 ton trenggiling, yang diperkirakan bernilai US$ 2 juta, atau setara Rp 28 miliar.
Dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (12/2/2019), penyitaan tersebut meliputi sekitar 1.800 kotak penuh trenggiling beku, yang dimasukkan ke dalam tiga unit freezer berukuran besar.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, ditemukan pula 572 ekor trenggiling sangat beku pada enam unit freezer berukuran sedang. Sebanyak 61 ekor lainnya disita dalam kondisi hidup di kandang-kandang sempit.
Pihak bea cukai Malaysia juga menemukan sebanyak 361 kilogram pangolin, alias produk obat-obatan khas Tiongkok dari bahan baku trenggiling.
Penyitaan besar-besaran ini bermula dari sebuah petunjuk pada penggrebekan sebuah pabrik dan gudang pengolahan trenggiling di negara bagian Sabah, pada Kamis pekan lalu.
Menurut kepala polisi setempat, Omah Mammah, seorang pria berusia 35 tahun ditangkap, karena diduga bertanggung jawab atas operasional pabrik dan gudang terkait, sekaligus menyimpan kunci terhadap sindikat penjualan hewan ilegal.
Diyakini bahwa praktik penyelundupan trenggiling ini telah berjalan selama hampir satu dekade terakhir, di mana hal itu diduga kuat berasal dari transaksi dengan pemburu liar, untuk kemudian didistribusikan di Malaysia via pasar gelap.
Simak video pilihan berikut:
Mamalia Langka yang Banyak Diperdagangkan
Saat ini, sebagian besar negara di Asia Tenggara tengah berjuang bersama memberantas perburuan liar dan penyelundupan trenggiling, mamalia langka yang paling banyak diperdagangkan di dunia.
Makhluk yang sangat terancam punah, juga dikenal sebagai trenggiling bersisik, telah lama menjadi target buruan karena bagian tubuh mereka dianggap berkhasiat dalam pengobatan tradisional Tiongkok.
Di beberapa masyarakat negara Asia Timur lainnya, seperti Vietnam Korea, daging trenggiling juga kerap dianggap sebagai bahan makanan lezat, yang merepresentasikan prestise dan kemakmuran.
Sebelumnya, Malaysia sering menggagalkan upaya penyelundupan trenggiling dari dan ke luar negeri, namun dalam skala yang jauh lebih kecil. Baru sekarang, Negeri Jiran berhasil mengungkapnya secara besar-besaran.
"Temuan ini menyiratkan bahwa populasi trenggiling bisa jadi dalam kondisi mengkhawatirkan, mengingat fakta bahwa permintaan akan satwa dilindungi tersebut tetap tinggi. Saya harap bukan hanya menyita, namun juga memberantas hingga ke akar masalahnya di hulu," ujar Kanitha Krishnasamy, salah seorang pimpinan Traffic, lembaga sosial yang memantau risiko penyelundupan di Asia Tenggara.
Advertisement