Liputan6.com, Kuala Lumpur - Dalam sebuah wawancara terbaru dengan stasiun televisi Bloomberg TV di New York, Amerika Serikat (AS), Anwar Ibrahim mengatakan bahwa dia kemungkinan mengambil alih kursi Perdana Menteri Malaysia dari Mahathir Mohammad, kurang dari dua tahun mendatang.
"Tentu saja ini bukan pemerintahan lima tahun, karena Beliau sudah menjelaskan bahwa pemerintahannya tidak akan lebih dari dua tahun," kata Anwar, pemimpin Partai Keadilan Rakyat, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Kamis (14/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Namun, penting untuk digarisbawahi, bahwa Beliau juga berkemungkinkan memerintah secara efektif (baca: lebih lama) karena kami tengah berada dalam masa yang sangat sulit," tambahnya.
Mahathir Mohamad telah berjanji selama kampanye pemilu Malaysia tahun lalu, mendukung Anwar begitu dia diampuni atas hukuman sodomi yang kontroversial, di mana pernyataan itu keluar sepekan setelah kemenangan oposisi yang mengejutkan, pada bulan Mei.
Dr M yang kini berusia 93 tahun, mengatakan hanya akan memimpin Malaysia selama satu atau dua tahun sejak menang pemilu, dan akan menyerahkan tampuk kekuasaan pada Anwar Ibrahim.
Anwar setuju dan mengatakan bahwa dia berencana untuk bepergian dan menghabiskan waktu bersama keluarganya setelah lebih dari tiga tahun dipenjara.
Sikap publik itu menyudahi puluhan tahun permusuhan di antara keduanya, yakni ketika Mahathir memecat Anwar sebagai wakilnya pada 1998 silam, menyusul perselisihan tentang bagaimana menanggapi krisis keuangan Asia.
Tidak lama kemudian, Anwar dipenjara atas kasus sodomi dan penyalahgunaan kekuasaan, yang terus dibantahnya. Dia mengatakan bahwa tuduhan itu bermotivasi politik.
Simak video pilihan berikut:
Tidak Akan Berkompromi dengan Goldman Sachs
Di kesempatan yang sama, Anwar Ibrahim juga mengatakan bahwa Malaysia "tidak akan berkompromi" dalam pembicaraannya dengan Goldman Sachs Group mengenai skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB), dan bahwa bank tersebut "harus memikul tanggung jawab".
"Malaysia memiliki tanggung jawab untuk mengungkap kejahatan yang mungkin dilakukan oleh bank investasi tersebutt," katanya.
Ditambahkan oleh Anwar, bahwa dia tidak yakin apakah Malaysia bisa mendapatkan US$ 7,5 miliar (setara Rp 105 triliun) dari Goldman sebagai kompensasi atas skandal 1MDB.
Malaysia mengajukan tuntutan pidana terhadap bank investasi yang berkeduduk di New York itu pada Desember lalu.
Advertisement