Indonesia Kucurkan Rp 14 Miliar untuk Bantu Pengungsi Palestina

Kontribusi kemanusiaan Indonesia sebesar US$ 1 juta (sekitar Rp 14 miliar) akan diberikan untuk membantu kebutuhan makanan dan kesehatan bagi para pengungsi Palestina.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 06 Mar 2019, 19:49 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2019, 19:49 WIB
(kredit: Kementerian Luar Negeri RI)
(kredit: Kementerian Luar Negeri RI)

Liputan6.com, Amman - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, bersama Komisioner Jenderal United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), Pierre Krähenbühl, pada 5 Maret 2019, telah menandatangani perjanjian kontribusi kemanusiaan Indonesia bagi pengungsi Palestina di Kamp Jerash, Yordania.

Kontribusi kemanusiaan Indonesia sebesar US$ 1 juta (sekitar Rp 14 miliar) akan diberikan untuk membantu kebutuhan makanan dan kesehatan bagi para pengungsi yang merupakan eks-penduduk Palestina di Gaza yang melarikan diri pasca-perang Arab-Israel 1967 (ex-Gazans), demikian seperti dikutip dari rilis yang dimuat Liputan6.com, Rabu (6/3/2019).

Dalam pertemuan dengan Komisioner Jenderal UNWRA, Menlu RI menyampaikan bahwa kontribusi Indonesia tersebut menunjukan kebersamaan dan komitmen Indonesia untuk terus membantu rakyat Palestina.

Menlu RI menegaskan kembali bahwa isu Palestina ada di jantung politik luar negeri Indonesia, dan menjadi perhatian dan keprihatinan rakyat Indonesia.

Menlu RI juga menyampaikan apresiasi atas partisipasi UNRWA dalam kegiatan Solidarity Week for Palestine, yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan masyarakat Indonesia di Bandung dan Jakarta bulan Oktober 2018, yang juga dihadiri oleh Menlu Palestina, Riyad Malki.

Dalam kesempatan pekan solidaritas tersebut pula, pihak UNRWA telah melakukan pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan di Tanah Air terkait dengan penggalangan dana kemanusiaan bagi pengungsi Palestina. Di awal tahun 2018, UNRWA menyampaikan mengenai krisis pendanaan sebesar lebih dari USD 446 juta. Tahun 2019, kekurangan pendanaan UNWRA untuk kegiatan programnya mencapai sekitar US$ 211 juta.

Indonesia akan terus memberikan dukungan kepada masyarakat Palestina baik dalam bentuk bantuan keuangan maupun program peningkatan kapasitas.

 

Simak video pilihan berikut:

UNRWA: AS Penyebab Krisis Defisit Dana Bantuan untuk Pengungsi Palestina

(kredit: Kementerian Luar Negeri RI)
(kredit: Kementerian Luar Negeri RI)

Sebelumnya, pejabat Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina di Timur Tengah, UNRWA, pada 15 Oktober 2018, menegaskan bahwa penyebab utama krisis defisit dana yang dialami oleh UNRWA tahun ini adalah Amerika Serikat. Negeri Paman Sam memutuskan untuk menghentikan seluruh pendanaannya terhadap organisasi tersebut.

AS menghentikan donasi lebih dari US$ 300 juta kepada UNRWA. Ini adalah keputusan yang membuat UNRWA menderita defisit besar pada awal 2018, yakni mencapai US$ 446 juta.

"Awal tahun ini, defisit kami mencapai angka US$ 446 juta. Defisit itu sebagian besar disebabkan oleh keputusan AS menghentikan seluruh pendanaannya kepada UNRWA. Dan AS sendiri merupakan penyumbang terbesar bagi UNRWA selama 17 tahun terakhir," kata Direktur Perencanaan UNRWA, Abdi Aynte di Jakarta, Senin 15 Oktober 2018.

Nominal itu telah menipis jika dibandingkan defisit yang mereka derita awal tahun ini, kata Abdi. Sekarang, UNRWA mengalami defisit sebesar US$ 60 juta atau sekitar Rp 912,8 miliar --angka yang dinilai masih cukup signifikan.

"Sebagian besar defisit yang dialami oleh UNRWA ditutup oleh donasi Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Kuwait. Keempat negara memberikan total donasi sekitar US$ 200 juta. Tapi, defisit belum tertutup sepenuhnya," ujar pejabat UNRWA itu.

Kendati demikian, Abdi yakin bahwa sisa defisit dapat dikurangi secara signifikan, atau bahkan, ditutup sepenuhnya pada akhir tahun ini.

"Kami telah mulai menggerakkan tim ke berbagai negara dan berbagai komunitas internasional, guna membujuk mereka untuk meningkatkan donasi demi menutup defisit yang ada selama sisa tahun ini," ujarnya.

"UNRWA juga berusaha menjangkau untuk mencari sumber pendanaan baru, seperti ke filantrofi atau organisasi kemanusiaan lain yang selama ini belum kami jamah."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya