Liputan6.com, Jakarta - Syaikh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i atau lebih dikenal Imam Al-Ghazali merupakan ulama besar ahli tasawuf. Karya-karya kitabnya banyak dijadikan rujukan oleh para santri di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Sebagai seorang wali Allah dan terkenal kemasyhurannya, tak dapat diragukan lagi soal kedekatan Imam Al-Ghazali dengan Rabb-Nya, termasuk amalan dan ibadah yang sering ia lakukan semasa hidupnya.
Advertisement
Namun, ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa semua ibadah Imam Al-Ghazali yang pernah dilakukan di dunia ditolak Allah SWT. Pada akhirnya, imam yang mendapat julukan Hujjatul Islam ini masuk surga karena amalan sederhana.
Advertisement
Baca Juga
Kisah ini diceritakan Imam Al-Ghazali dalam mimpi seseorang yang juga ulama selang beberapa hari wafatnya. Kisah ini juga termaktub dalam kitab Nashaihul ‘Ibad karangan Syaikh Nawawi Al-Bantani.
Simak berikut kisah selengkapnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kebaikan Kecil Imam Al-Ghazali
Dalam mimpi itu, terjadi dialog dengan Imam Al-Ghazali. Orang yang bertemu Imam Al-Ghazali dalam mimpi bertanya, “Wahai Hujjatul Islam, Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu?”
Imam Al-Ghazali menceritakan bahwa Allah menanyakan bekal apa yang ia serahkan untuk-Nya. Kemudian Imam Al-Ghazali menyebutkan satu per satu amalan dan ibadah yang pernah ia jalani selama di dunia.
“Allah menahanku dan bertanya kepadaku, ‘Engkau membawa apa?’ Lalu aku menyebutkan semua amal-amalku, Allah berkata, ‘Aku tidak menerima semua itu!” demikian kisah Imam Al-Ghazali dalam mimpinya.
Ternyata, Allah menampil berbagai amalan dan ibadah Imam Al-Ghazali semasa hidupnya. Beruntungnya, ada satu amalan sederhana yang diterima Allah. Apa amalan tersebut?
“Aku hanya menerima saat engkau menulis kitab ada seekor lalat jatuh ke tempat tintamu dan meminumnya, lalu engkau berhenti menulis dan membiarkan lalat tersebut minum karena kasih sayang dan belas kasihmu terhadap lalat tersebut,” kata Allah yang diceritakan Imam Al-Ghazali dalam mimpi tersebut.
Akhirnya, kebaikan Imam Al-Ghazali terhadap lalat di tengah sibuk menulis kitabnya membawa ia ke surga-Nya. “Masuklah bersama hamba-Ku ke surga,” kata Allah kepada Imam al-Ghazali dalam kisah mimpi itu.
Advertisement
Hikmah Kisah
Dari kisah Imam Al-Ghazali di atas banyak sekali hikmah yang dapat kita petik. Pertama, tidak ada salahnya kita menolong makhluk Allah. Hanya membiarkan lalat kehausan untuk minum saja bisa menjadi jalan masuk surga, apalagi dengan bersedekah kepada sesama manusia.
Jadi, jangan meremehkan kebaikan kecil. Bisa saja kebaikan itu lebih besar nilainya yang membuka jalan kita masuk surga-Nya. Allah SWT berfirman,
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” [Q.S. Al-Zalzalah: 7-8]
Kedua, kisah ini secara tidak langsung menampar sebagian kalangan yang sering membanggakan capaian-capaian ibadahnya. Padahal, penilaian ibadah manusia sepenuhnya milik-Nya, bukan milik manusia. Tak ada ruang bagi manusia menghakimi kualitas diri sendiri ataupun orang lain.
Mengutip NU Online, segenap prestasi ibadah dan kebenaran agama yang disombongkan bisa jadi justru berbuah kenistaan. Imam Al-Ghazali sesungguhnya hanya mempraktikkan apa yang diteladankan dan diperintahkan Nabi, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama’. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.”
Wallahu a’lam.