Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, rencana Jokowi untuk memindahkan ibu kota Indonesia menjadi sorotan banyak pihak. Presiden tampaknya serius dengan langkah itu.
"Di Indonesia, gagasan memindahkan ibu kota juga sudah muncul sejak era Presiden Soekarno, dan selalu menjadi wacana di setiap era Presiden," kata Jokowi. "Tidak pernah diputuskan dan dijalankan secara terencana dan matang."
Advertisement
Baca Juga
Dalam postingan tersebut, Jokowi bahkan menyebut sejumlah negara yang menginspirasinya dalam mengambil langkah. Di antaranya adalah Malaysia, Korea Selatan, Brasil, dan Kazakhstan.
Tahukah Anda, selain negara-negara yang disebutkan Jokowi, ternyata masih banyak negara di dunia ini yang berhasil memindahkan ibu kotanya. Tentu saja dengan berbagai alasan yang mendasari.
Berikut adalah 11 negara yang berhasil memindahkan ibu kota, dikutip dari berbagai sumber.
1. Turki
Ternyata, ibu kota Turki pernah pindah. Pada 1922, Mustafa Kemal Ataturk sang pendiri republik mengimplementasikan sejumlah reformasi.
Dalam reformasi mengenai administrasi publik, Ataturk menyarankan pemindahan ibu kota dari Konstantinopel (sekarang Istanbul) ke Ankara, mengutip laman Asian Cities Research pada Selasa (30/4/2019). Alasan pemindahan saat itu adalah karena korupsi yang dirasakan di ibu kota lama.
Ataturk percaya mereka harus meninggalkan warisan Ottoman dan membangun ibu kota baru. Ankara dipilih karena secara geografis lebih menjadi titik tengah Turki. Ankara kemudian disahkan menjadi ibu kota baru, pada 13 Oktober 1923.
Saat ini, Ankara tidak hanya menjadi pusat pemerintah Turki, tetapi juga pusat kota industri dan komersial.
Hal itu dikarenakan Ankara terletak di pusat jaringan kereta api dan jalan raya Turki.
Advertisement
2. Amerika Serikat
Ibu kota pemerintah federal Amerika Serikat berpindah-pindah pada tahun awal pembentukan negara, menurut laman US History.
Presiden Washington pertama kali menjabat di New York City, tapi saat terpilih untuk jabatan yang kedua pada 1792, ibu kota telah berpindah ke Philadelphia.
Namun tak lama setelahnya, yakni pada Maret 1801, ibu kota telah resmi berpindah ke Washington DC. Kota itu bertahan menjadi ibu kota AS hingga saat ini.
Saat ini, Washington DC telah menjadi wilayah yang mengesankan, dihiasi dengan gedung-gedung pemerintahan yang menjadi simbol demokrasi.
3. India
Ibu kota India pernah berada di Kolkata hingga 1911, mengutip situs Maps of India. Hal itu bermula dari kedatangan Inggris ke India yang menjadikan banyak hal berubah. Gagasan untuk memindahkan ibu kota tersebut telah dipikirkan sejak awal 1900.
Delhi dipilih menggantikan Kolkata bukanlah tanpa alasan. Kolkata terletak di bagian pantai timur negara itu. Sedangkan Delhi, terletak di bagian utara.
Pemerintah Inggris di India merasa bahwa memerintah India dari Delhi lebih mudah dan nyaman. Proposal pemindahan itu kemudian diterima dengan sepenuh hati oleh Raja Inggris.
New Delhi kemudian resmi menjadi ibu kota sejak 13 Februari 1931, dengan George V meletakkan batu fondasinya. Arsitektur dan perencanaan kota dilakukan oleh dua arsitek Inggris, yaitu Sir Herbert Baker dan Sir Edwin Lutyens.
Advertisement
4. Australia
Canberra, ternyata baru menjadi ibu kota Australia sejak 12 Maret 1913, menurut laman History Today.
Untuk diketahui, Australia pada mulanya terdiri atas enam koloni yang terpisah. Masing-masing memiliki parlemen dan administrasi tersendiri. Begitu pula diterapkan pajak jika berpindah dari wilayah satu ke yang lain.
Namun setelah melewati berbagai diskusi dan perdebatan, persemakmuran Australia secara resmi terbentuk pada 1 Januari 1901 sebagai negara yang bersatu.
Namun kemudian, pertanyaan yang sulit dijawab adalah di mana ibu kota Australia berada.
Melbourne dan Sydney adalah kota terbesar di negara itu, tetapi ada persaingan sengit di antara mereka. Setelah banyak perselisihan, diputuskan bahwa Melbourne akan menjadi ibu kota dengan terdapat gedung parlemen federal.
Namun kemudian, dipilih Canberra sebagai ibu kota baru. Canberra adalah sebuah desa tak dikenal saat itu, di Sungai Molonglo, sekitar 150 mil barat daya Sydney.
Pada tahun 1911, menteri federal untuk urusan dalam negeri, Raja O'Malley, yang telah berkampanye penuh semangat untuk Canberra, menyelenggarakan kompetisi internasional untuk merancang kota baru. Walter Burley Griffin, seorang arsitek asal AS kemudian memenangkan sayembara untuk membangun Canberra.
5. Rusia
Selain negara-negara yang telah disebutkan, ternyata Rusia juga pernah menempuh langkah yang sama, mengutip BBC.
Rusia memindahkan ibu kota dari St. Petersburg ke Moskow. St Petersburg, yang didirikan oleh Peter the Great pada 1703, adalah ibu kota negara itu dari tahun 1712-1918.
Salah satu alasan utama mengapa ibu kota dipindah adalah karena Moskow sangat sentral, serta lebih strategis yakni kemungkinan untuk diserang negara lain lebih kecil.
Moskow bertahan menjadi ibu kota Rusia hingga saat ini.
Advertisement
6. Brasil
Pada 21 April 1960, penduduk Brasil menyambut ibu kota baru, Brasilia, yang dirancang sebagai pusat pemerintahan terpadu.
Pembangunannya membutuhkan waktu empat tahun, dengan dukungan aristek, insinyur, dan perencana kota terbaik dari Amerika Latin dan dunia.
Adapun alasan kepindahan ibu kota dari Rio de Janeiro adalah karena kota itu sudah terlalu padat, dengan konsentrasi bangunan yang terpisah jauh satu sama lain, sehingga mengurangi efektivitas sebuah kota.
7. Pakistan
Tujuh tahun setelah langkah Brasil memindahkan ibu kotanya, Pakistan menyusul dengan kebijakan serupa.
Pada 1967, Pakistan Pakistan mengubah ibukotanya dari Karachi di selatan ke Islamabad di utara negara itu, menurut BBC.
Islamabad dipilih bukanlah tanpa alasan. Pemerintah menganalisis bahwa Islamabad lebih mudah dijangkau dari semua bagian negara, tidak seperti Karachi.
Dengan demikian, akses administratif kenegaraan akan lebih mudah. Alhasil, warga negara dari berbagai provinsi akan relatif lebih cepat dilayani.
Advertisement
8. Nigeria
Seolah tak ingin ketinggalan dari negara yang lain dalam memindah ibu kota ke wilayah yang lebih strategis, Nigeria melakukan hal yang sama pada 1991.
Pada tahun itu, Nigeria mengubah ibu kotanya dari Lagos ke Abuja. Alasannya hampir sama seperti Brasil, yakni untuk membantu menghindari kepadatan.
9. Malaysia
Kuala Lumpur yang semakin padat dari tahun ke tahun, membuat pemerintah Malaysia memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan sejauh 15 mil (sekitar 24 kilometer) ke arah barat pusat kota.
Ide tersebut dicetuskan oleh Mahathir Mohammad saat menjabat sebagai perdana menteri pada dekade 1990-an. Digagas bertepatan dengan krisis moneter yang melumpuhkan Asia pada 1997, proyek ambisius itu terus berjalan hingga resmi dioperasikan, dua tahun setelahnya.
Ibu kota baru Malaysia itu bernama Putra Jaya, yang dirancang secara futuristik, mulai dari konsep tata kota, sistem transportasi, hingga deretan bangunan pemerintahannya.
Berdekatan dengannya adalah Cyberjaya, yakni sebuah kota kecil yang didesain sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, dan digadang-gadang menjadi Lembah Silikon-nya Asia Tenggara.
Advertisement
10. Filipina
Ketika merdeka pada 1948, pemerintah awal Filipina mendeklarasikan Quezon City sebagai ibu kota pemerintahan. Kota ini dipilih karena pernah diokupansi oleh kolonial Spanyol selama lebih dari satu abad sebelumnya.
Quezon City diambil dari nama mendiang Presiden Persemakmuran Filipina, Manuel L Quezon, yang memimpin dari tahun 1935 hingga 1944. Kota ini juga menjadi wilayah kosmopolitan terluas di Filipina.
Baru pada tahun 1976, ketika berada di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos, ibu kota Filipina dipindahkan ke Manila, sebuah wilayah teluk di barat daya Quezon City. Kebijakan itu tertuang dalam Dekrit Presiden nomor 940, yang mendorong proses pemindahan selama hampir tiga tahun.
Kini, Quezon City dan Manila berada di dalam satu area megapolitan berjuluk Metro Manila, yang juga mencakup 14 kota lainnya, termasuk pusat finansial Makati.
11. Myanmar
Yangon, juga disebut Rangoon, adalah ibu kota Myanmar sejak kemerdekaannya pada 1948. Namun, pada 2006, pemerintah secara resmi mengumumkan pemindahan pusat pemerintahan ke Nay Pyi Taw, atau Naypyidaw dalam ejaan Latin.
Dalam bahasa setempat, Naypyidaw berarti "Tempat Tinggal Para Raja". Kota ini terletak sekitar 20 mil (setara 32,1 kilometer) sebelah barat kota Pyinmana, yang dikenal sebagai salah satu tingkat malaria tertinggi di negara itu.
Menurut jurnalis Joshua Hammer dalam artikelnya di The New Yorker, Naypyidaw dijangkau sekitar lima jam berkendara ke utara Yangon.
"Ini adalah kota metropolitan dengan jalan-jalan lebar yang kosong, berbagai bangunan megah, dan lapangan golf indah bagi para elite politik lokal beranjang sana," tulisnya.
"Pembangunannya masih berlanjut hingga sekarang, yang dimulai pada 2002 secara diam-diam," lanjut Hammer.
Advertisement