Liputan6.com, Jakarta - 17 Juli 2019 dini hari tadi, Gerhana Bulan sebagian muncul. Selain terlihat di seluruh Indonesia, fenomena alam itu juga dapat disaksikan di sejumlah belahan dunia, seperti Amerika, Eropa, Afrika, Australia, dan Asia.
Penampakan fenomena alam konon banyak dihubung-hubungkan dengan mitos. Terutama gerhana.
Kemunculan Gerhana Bulan pada film-film horor makin memperkuat mitos soal gerhana yang satu ini. Fenomena tersebut juga seringkali dikait-kaitkan dengan vampir ataupun manusia serigala (werewolf).
Advertisement
Film populer 'Twilight Saga: Eclipse' tak ketinggalan memanfaatkan momentum gerhana. Film yang dibintangi aktor ganteng Robert Pattinson dirilis di antara dua gerhana - gerhana bulan parsial yang terjadi Sabtu 26 Juni 2010 dan gerhana matahari 11 Juli.
Benarkah gerhana berkaitan dengan mahluk mistis?
Seperti dimuat laman Space.com yang dikutip Rabu (17/7/2019), jawabannya adalah tidak. Makna gerhana lebih dari sekedar mitos soal vampir atau manusia serigala.
Studi tentang gerhana merupakan bagian dari ilmu astronomi sejak awal, sebab, ia merupakan salah satu fenomena alam yang menakjubkan. Saat bulan berada di belakang Bumi -yang menutupi cahaya matahari yang memancar ke Bulan.
Astronom NASA, Mitzi Adams dari Marshall Space Flight Center di Huntsville menjelaskan, gerhana bulan biasanya berlangsung selama beberapa jam, tidak seperti gerhana matahari total, yang hanya berlangsung selama beberapa menit.
Untuk Gerhana Bulan, aman-aman saja melihat menggunakan teleskop. Namun, alat itu tak benar-benar dibutuhkan.
Kata Adams, mata kita adalah instrumen terbaik melihat Gerhana Bulan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Gerhana Bulan Bisa Dilihat Kasat mata
Tidak seperti ketika menyaksikan gerhana matahari, Anda tidak memerlukan pelindung khusus saat mengamati fenomena Gerhana Bulan.
"Jika memiliki teropong atau teleskop kecil, Anda mungkin mendapat pandangan yang lebih baik. Namun, tanpa benda tersebut, Anda masih bisa menyaksikan gerhana bulan total," kata Patrick Hartigan, astrofisikawan pada Rice University di Kota Houston, Texas, seraya menambahkan bahwa peristiwa alam ini bisa menjadi salah satu pengalaman mengamati langit yang bagus untuk anak-anak.
"Ini adalah fenomena alam yang menyenangkan dan cara yang baik untuk menggambarkan geometri dan gerakan di langit, jadi ini adalah pengalaman pendidikan yang indah untuk anak-anak," lanjutnya.
Gerhana bulan sebagian akan terjadi pada Rabu, 17 Juli 2019 dini hari di seluruh wilayah Indonesia. Fenomena alam itu dapat disaksikan secara langsung dengan kasat mata.
Peneliti dari Indonesia juga sependapat dengan hal tersebut.
"Fenomena ini bisa dilihat dengan kasat mata, tetapi akan lebih baik jika menggunakan teleskop maupun kamera, selain itu dapat disaksikan di mana saja," ujar Peneliti Pusat Sains Antariksa Lapan, Rorom Priyatikanto, kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa 16 Juli 2019.
Advertisement