Kisah Nyata Bentuk Toleransi Beragama di Dunia

Ini bentuk toleransi beragama di beberapa negara. Antara umat Sikh, Nasrani dan Muslim dunia.

oleh Tanti YulianingsihNatasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Jan 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi toleransi. (UNDP Ukraina/Oleksandr Ratushnyak)
Ilustrasi toleransi. (UNDP Ukraina/Oleksandr Ratushnyak)

Liputan6.com, Jakarta- Dalam beberapa minggu terakhir, dunia di viralkan banyaknya kisah rumah ibadah atau institusi yang mendukung ragam aktivitas keagamaan yang berbeda.

Aksi toleransi tersebut pun menuai banyak pujian dan dukungan.

Baru-baru ini, Khaleej Times membagikan kisah pernikahan sepasang calon suami istri umat Hindu di Kerala yang menghebohkan dunia dengan upacara pernikahan agama Hindu mereka yang digelar di masjid. 

Ada juga kisah mengharukan lainnya, yang dibagikan oleh The Hill: Changing America, mengabarkan bahwa Kota New York, telah mengalokasikan $ 45 juta dolar dalam pendanaan untuk meningkatkan keamanan di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga keagamaan.

Cinta di Naungan Lonceng dan Azan

Pernikahan Umat Hindu di Masjid

Pernikahan Asha dan Sharath di Masjid Kerala
Pernikahan Asha dan Sharath di Masjid Kerala. (Liputan6/Twitter/@vijayanpinarayi)

Digelar pada Minggu 19 Januari lalu, pernikahan pasangan umat Hindu menarik perhatian dunia dengan proses upacara pernikahan mereka yang diselenggarakan di masjid di Alappuzha, Kerala.

Viralnya pasangan yang bernama Asha dan Sharath itu menjadi salah satu bukti keharmonisan antar-umat beragama dengan upacara pernikahan mereka yang diselenggarakan di masjid.

Pernikahan tersebut pun menuai pujian dari Kepala Menteri Kerala, Pinarayi Vijayan. Ia pun melanjutkan dengan mengungkapkan rasa bahagianya nya terhadap toleransi yang telah dilakukan oleh warga Kerala, seperti dikutip dari Khaleej Times, Kamis (23/1/2020).

Perlindungan Institusi Agama di New York

Ilustrasi New York. (dok. Joshua Earle/Unsplash/Adhita Diansyavira)
Ilustrasi New York. (dok. Joshua Earle/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Negara bagian New York dikabarkan akan mengeluarkan dana sebesar $ 45 juta (614 miliar Rupiah) dalam meningkatkan keamanan di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga keagamaan, menyusul dengan adanya penusukan terhadap 5 orang umat Yahudi pada perayaan Hanukkah beberapa waktu lalu, juga tewasnya 4 orang dalam penembakan di sebuah supermarket.

Dalam acara pergerakan "No Hate No Fear Solidarity March" yang diadakan di New York, Gubernur New York, Andrew Cuomo mengumumkan bahwa negara bagian tersebut akan menyediakan dana melalui program tunjangan untuk sekolah – sekolah dan lembaga - lembaga keagamaan.

Meningkatnya kehadiran pasukan polisi juga dilaporkan akan diberlakukan dalam program ini, hingga rencana usulan untuk mengusulkan undang-undang yang akan melarang kejahatan rasial sebagai terorisme domestik.

Pelatihan keamanan, kamera, dan peningkatan terkait keamanan lainnya akan diberikan kepada tiap sekolah agama, pusat komunitas, aktivis kamping dan museum yang memenuhi syarat untuk meminta dana hingga $ 50.000 (682 miliar Rupiah), seperti dikutip dari The Hill, Kamis (23/1/2020).

Keluarga Sikh Sumbang Tanah untuk Bangun Masjid

Ilustrasi Masjid (Istimewa)
Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Contoh kerukunan antar umat beragama lainnya juga terjadi belum lama ini. Antara penganut Sikh dan umat Muslim di India.

Adalah keluarga Darshan Singh yang beragama Sikh di India, menerapkan contoh kehidupan dengan toleransi umat beragama yang tinggi. Mereka memberikan tanah kepada warga Muslim Desa Macchike, Distrik Moga, di negara bagian Punjab, untuk lahan pembangunan masjid.

Desa Macchike sebenarnya sudah memiliki masjid yang berusia hampir 200 tahun. Namun masjid itu kemungkinan besar akan dihancurkan untuk proyek pelebaran jalan tol.

Lebih dari setahun yang lalu ketika proyek itu dimulai, keluarga muslim di Desa Machhike, yang tergabung dalam kelompok "Muslim Welfare Society" berusaha mendesak pihak berwenang untuk menyelamatkan masjid tersebut.

Namun, setelah beberapa bangunan yang berlokasi dekat dengan masjid dihancurkan, sejumlah warga muslim mulai mencari tempat alternatif untuk masjid. Mereka juga mendekati perangkat desa, tetapi tidak berhasil.

"Kami khawatir dengan tempat ibadah kami. Hanya dengan 14-15 keluarga muslim di desa yang memiliki populasi lebih dari 7.000 orang, kami tidak memiliki sumber daya untuk membeli tanah, tapi kami juga tidak ingin kehilangan satu-satunya tempat ibadah. Pada titik inilah keluarga Darshan Singh datang sebagai malaikat penolong dan menyumbangkan tanah untuk membangun masjid," ucap Ketua Muslim Welfare Society, Roop Mohammad seperti dikutip dari DW Indonesia, Minggu 28 Desember 2019.

Harga tanah yang disumbangkan tersebut diperkirakan mencapai 800,000 rupee atau sekitar 11,200 dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya