Liputan6.com, India - Dalam sepanjang sejarah, tak sedikit peristiwa gunung meletus yang pernah terjadi di Indonesia. Beberapa ledakan dari gunung itu memakan banyak korban jiwa, salah satunya letusan Gunung Toba purba.
Sekitar 74.000 tahun yang lalu, peristiwa meletusnya Gunung Toba di Sumatra menjadi sebuah peristiwa yang diduga para ilmuwan cukup besar untuk memusnahkan mayoritas populasi manusia purba yang hidup pada saat itu.Â
Baca Juga
Peristiwa meletusnya Gunung Toba diperkirakan 5.000 kali lebih besar dari letusan Gunung St. Helens pada 1980. Dan letusan itu diperkirakan telah membuat musim dingin vulkanik yang berdampak pada penyebaran manusia purba.
Advertisement
Dilansir dari CNN, Rabu (26/2/2020), meskipun tidak disertai bukti yang kuat, musim dingin vulkanik diperkirakan telah berlangsung antara enam dan 10 tahun, diikuti penurunan suhu global selama sekitar lebih dari 1.000 tahun.
Peristiwa itu juga diduga memperlambat penyebaran kemanusiaan. Meskipun demikian, menurut hasil studi baru, para peneliti telah menemukan bukti bahwa Homo sapiens berimigrasi sebelum, selama, dan setelah peristiwa itu terjadi.
Tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa situasinya mungkin tidak terlalu mengerikan. Pasalnya, para peneliti yang menyelidiki sebuah lokasi bernama Dhaba di Lembah Tengah Sungai Tengah, India, menemukan bukti yang mengungkapkan bahwa manusia telah menempati tempat itu terus menerus selama 80.000 tahun terakhir.
Temuan tersebut memiliki maksud yang lebih besar untuk kedatangan manusia di India, karena sejauh ini tidak ada manusia yang tersisa dari periode waktu itu yang ditemukan di Dhaba.Â
Studi terbaru menunjukkan bahwa manusia modern bermigrasi dari Afrika antara 52.000 hingga 70.000 tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya fosil dan alat-alat batu yang mulai menunjukkan tempat dan waktu mereka berakhir.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penemuan Alat-Alat Batu
Alat-alat batu yang ditemukan di tempat itu juga mirip dengan yang berhubungan dengan manusia Zaman Pertengahan di Afrika dan bahkan Australia, yang menunjukkan bahwa mereka semua ditiru melalui berimigrasinya Homo sapiens.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications pada Selasa 25 Februari, penemuan alat-alat tersebut juga menunjukkan bahwa Homo sapiens hidup di Asia lebih awal dari yang diperkirakan.
Penulis utama studi di University of Queensland Chris Clarkson mengatakan, "Populasi di Dhaba menggunakan alat-alat batu yang mirip dengan toolkit yang digunakan oleh Homo sapiens di Afrika pada saat yang sama."
Dengan terbuktinya toolkit ini tidak hilang saat meletusnya Gunung Toba atau berubah secara dramatis, menunjukkan bahwa populasi manusia selamat dari bencana dan terus menciptakan alat untuk mengubah lingkungan mereka.
Penemuan alat ini menunjukkan kegigihan komunitas pemburu-pengumpul yang beradaptasi meskipun ada perubahan dalam lingkungan mereka setelah salah satu peristiwa vulkanik terbesar terjadi selama dua juta tahun terakhir.
Seperti yang dituliskan dalam penelitian, daerah Dhaba memiliki kegunaan sebagai jembatan penting yang dapat menghubungkan daerah-daerah dengan arkeologi yang mirip dengan wilayah timur dan barat.
Â
Â
Reporter: Jihan FairuzziaÂ
Advertisement