Pangeran Arab Saudi Juga Dituding Kirim Pesan Ancaman dalam Dokumen Pengadilan AS

Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman terjerat dugaan upaya pembunuhan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Agu 2020, 13:48 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2020, 13:48 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman. (Dan Kitwood/Pool via AP)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Nama Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) terkenal sebagai sosok reformis. Ia dekat dengan berbagai perusahaan teknologi dunia dan membolehkan perempuan di Arab Saudi mengemudi mobil. 

Pangeran MbS juga terseret dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Turki. Kini, Pangeran MbS kembali dilaporkan terkait kasus upaya pembunuhan ke mantan pejabat Arab Saudi: Dr. Saad Al-Jabri. 

Saad mengaku dirinya diincar karena memiliki informasi besar terkait Pangeran MbS. Ia sudah kabur dari Arab Saudi sejak 2017. 

Selama tiga tahun terakhir, Saad mengaku pernah diserang hacker hingga dikirim regu pembunuh Tiger Squad dari Arab Saudi. Tak hanya itu, Saad pernah mendapat pesan WhatsApp langsung dari Pangeran MbS.  

Berdasarkan dokumen pengadilan dari kuasa hukum Saad, pesan WA dari Pangeran MbS dikirim pada 9 September 2017 menjelang tengah malam. Pesan dari Pangeran Arab Saudi memerintahkan agar Saad pulang ke negaranya dalam "24 jam!"

Sehari kemudian, Saad kembali mendapat pesan WA dari Pangeran MbS yang berkata sang pangeran siap menggunakan "segala cara yang ada" untuk menghabisi Saad. 

Pihak Kedubes Arab Saudi di Washington, D.C. belum berkomentar atas tuduhan di dokumen tersebut. 

Baca juga: 7 Informasi Terkait Kasus Pangeran Mohammed bin Salman dan Dr. Saad al-Jabri

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Sosok Dr. Saad yang Diincar Pangeran MbS

Ini 10 Kandidat yang Masuk Nominasi Person of the Year Versi Majalah Time
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Ia melakukan tindakan keras terhadap pengusaha dan anggota keluarga kerajaan yang dituduh melakukan korupsi. (AFP PHOTO/FayezNureldine)

Saad al-Jabri meraih gelar doktor dari Universitas Edinburg di bidang artificial intelligence. Ia kemudian bergabung ke Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi dengan pangkat mayor-jenderal.

Ia juga menjadi sosok penghubung antara Arab Saudi dengan Five Eyes, aliansi intelijen Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

Saad al-Jabri juga berperan menangkal Al-Qaeda pada 2000-an.

Karier Saad al-Jabri mulai diterpa badai politik ketika Raja Abdullah meninggal dan Raja Salman naik takhta.

Raja Salman mengangkat Pangeran MbS sebagai menteri pertahanan.

Kemudian, Pangeran MbS melakukan kudeta pada 2017. Ia pun mengambil tempat Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota.

Semua aset Pangeran Mohammed bin Nayef disita dan ia masih ditahan. Semua orang yang bekerja dengan Pagneran Mohammed bin Nayef juga dicopot dari jabatan. Itulah mengapa Jabri melarikan diri ke Kanada.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya