Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman Dituduh Kirim Regu Pembunuh ke Kanada

Pangeran Mohammed bin Salman dari Arab Saudi kembali diterpa isu terkait pembunuhan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Agu 2020, 15:31 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 18:21 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. (Source: AP Photo/Cliff Owen)

Liputan6.com, Toronto - Nama Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) kembali diterpa kontroversi. Putra mahkota Kerajaan Arab Saudi itu dituduh mengirim pasukan pembunuh bernama Tiger Squad (Regu Harimau) ke Kanada.

Tujuannya adalah menghabisi mantan penjabat Saudi bernama Saad al-Jabri yang sedang menjadi eksil di Kanada. Saad disebut memiliki informasi yang bisa mengganggu kekuasaan Pangeran MbS, termasuk tentang Tiger Squad.

Dilaporkan BBC, Senin (10/8/2020), Tiger Squad adalah pasukan yang terlibat dalam pembantaian jurnalis Jamal Khashoggi di Istanbul pada 2018. Saad al-Jabri hendak dibungkam tak lama setelah kematian Khashoggi.

Saad al-Jabri mengungkapkan tuduhan itu dalam dokumen yang ia serahkan ke pengadilan di Washington DC. Pihak Jabri mengaku memiliki informasi besar terkait putra mahkota Kerajaan Arab Saudi.

"Sedikit sekali tempat yang memiliki informasi yang sensitif, memalukan, dan mencelakakan terkait tertuduh bin Salman ketimbang pikiran dan ingatan Dr Saad, kecuali mungkin rekaman yang Dr Saad buat saat mengantisipasi pembunuhannya," tulis dokumen itu.

Pangeran Mohammed bin Salman dituduh ingin Saad al-Jabri meninggal dalam 3 tahun terakhir. Saad al-Jabri sudah kabur dari Arab Saudi sejak 2017.

Sejak saat itu, Pangeran Mohammed bin Salman berkali-kali berupaya memulangkannya ke Arab Saudi, bahkan sempat mengirimkan pesan pribadi ke Saad al-Jabri, berbunyi: "Kami pasti bisa mendapatkanmu."

Pangeran MbS tak hanya dituduh mengirim pesan WhatsApp bernada ancaman, ia juga dituding terlibat dalam penculikan anak-anak Dr. Saad al-Jabri di Riyadh. Berikut infonya:

Baca juga: 7 Informasi dari Dokumen Pengadilan Kasus Pangeran MbS

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Sosok Saad al-Jabri

Pangeran Mohammed bin Salman
Mohammed bin Salman ditunjuk jadi putra Mahkota Arab Saudi (Foto:Hassan Ammar/AP)

Saad al-Jabri meraih gelar doktor dari Universitas Edinburg di bidang artificial intelligence. Ia kemudian bergabung ke Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi dengan pangkat mayor-jenderal.

Ia juga menjadi sosok penghubung antara Arab Saudi dengan Five Eyes, aliansi intelijen Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

Saad al-Jabri juga berperan menangkal Al-Qaeda pada 2000-an.

Karier Saad al-Jabri mulai diterpa badai politik ketika Raja Abdullah meninggal dan Raja Salman naik takhta.

Raja Salman mengangkat Pangeran MbS sebagai menteri pertahanan.

Kemudian, Pangeran MbS melakukan kudeta pada 2017. Ia pun mengambil tempat Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota.

Semua aset Pangeran Mohammed bin Nayef disita dan ia masih ditahan. Semua orang yang bekerja dengan Pagneran Mohammed bin Nayef juga dicopot dari jabatan. Itulah mengapa Jabri melarikan diri ke Kanada.

Pemerintah Saudi Bungkam

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman. (Dan Kitwood/Pool via AP)

Dokumen pengadilan menyebut kurang dari dua minggu setelah Khashoggi dibunuh, anggota Tiger Squad berangkat ke Kanada dengan niat menghabisi Jabri.

Otoritas imigrasi Kanada curiga dengan kelompok itu dan menolak mengizinkan masuk ke Kanada.

Jabri juga menuduh Pangeran MbS berupaya melakukan pembunuhan ekstrayudisial dengan melanggar UU Perlindungan Korban Penyiksaan AS dan hukum internasional.

Pemerintah Saudi enggan membahas kasus ini.

Sementara, Menteri Federal Keamanan Publik Kanada, Bill Blair, menyebut pemerintahnya sadar ada aktor asing yang berusaha memonitor, mengintimidasi, atau mengancam orang-orang yang tinggal di Kanada. Namun, ia tak secara spesifik menyebut kasus Saad al-Jabri.

"Kami akan selalu mengambil tindakan yang diperlukan untuk membuat masyarakat Kanada dan mereka yang berada di tanah Kanada tetap aman dan kami mengajak orang-orang yang mendapat ancaman ke otoritas penegak hukum," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya