6 Kiat Tahan Banting dari Resesi Ekonomi Ala 50 Orang Kaya Indonesia Versi Forbes

Berikut ini adalah beberapa tips yang kita bisa ambil dari 50 orang kaya Indonesia versi Forbes dalam mengelola keuangan supaya tahan krisis akibat pandemi COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Des 2020, 19:56 WIB
Diterbitkan 19 Des 2020, 19:35 WIB
Penuh Keberuntungan, 4 Zodiak Ini Diprediksi Banyak Uang di Desember 2020
Ilustrasi Uang (Sumber: Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Segelintir orang di Indonesia terbukti cukup tahan resesi saat COVID-19 merajalela. Ketika pandemi menghantam, mereka bisa bertahan di tengah perekonomian Indonesia yang jatuh dan angka orang miskin meningkat.

Majalah bisnis asal Amerika Serikat, Forbes baru saja merilis daftar 50 orang terkaya Indonesia yang memiliki total kekayaan senilai US$133 miliar atau Rp 1,873.17 triliun.

Jumlah itu hanya turun 1.2% dari daftar yang dirilis pada tahun lalu. Artinya orang-orang super kaya tersebut bisa dikatakan tahan banting terhadap krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.

Menurut Stevanus Pangestu, dosen ekonomi dari Universitas Katolik Atma Jaya dan Muhamad Rifki Fadilah, peneliti ekonomi dari The Indonesian Institute, berikut ini adalah beberapa tips yang kita bisa ambil dari mereka dalam mengelola keuangan supaya tahan krisis akibat pandemi seperti COVID-19, sebagaimana dikutip dari The Conversation Indonesia, Sabtu (19/12/2020).

Simak video pilihan berikut:

1. Memiliki pendidikan dan literasi keuangan yang baik

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Orang-orang kaya dapat digolongkan masuk ke dalam golongan kelas menengah atas. Golongan ini memiliki karakter khusus yaitu tingkat pendidikan yang lebih baik.

Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, mereka memiliki literasi di bidang keuangan dan kemampuan ini membuat mereka dapat mengelola keuangannya dengan baik.

Walaupun pendiri atau generasi pertama memiliki pendidikan yang terbatas, mereka memastikan generasi penerusnya memiliki pendidikan yang baik. Seperti contohnya John Riady yang merupakan penerus Lippo Group, mempunyai gelar Bachelor of Politics, Economics and Philosophy dari Georgetown University pada dan Master of Business Administration Wharton School of Business dari University of Pennsylvania, keduanya merupakan kampus bergensi di Amerika Serikat.

2. Cermat dalam pengeluaran

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Dalam mengonsumsi, orang kaya cenderung tidak berlebihan (overspend).

Mengeluarkan sejumlah uang yang belum kita peroleh atau berutang, apalagi secara konsisten, merupakan rumus pasti menuju kehancuran keuangan.

Kuncinya ialah dengan memiliki alokasi khusus untuk pengeluaran yang bersifat kebutuhan maupun keinginan.

Banyak contoh orang yang sudah sangat kaya pun masih sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti contohnya anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia, Armand Wahyudi Hartono yang diberitakan masih gemar makan di kantin kantor dan berhemat listrik di rumahnya dengan membatasi penggunaan pendingin ruangan.

3. Usahakan berhutang untuk sesuatu yang produktif

Ilustrasi Mata Uang Rupiah
Ilustrasi Mata Uang Rupiah. Kredit: Mohamad Trilaksono (EmAji) via Pixabay

Jika memang kita harus berutang, hendaknya kredit ini bersifat produktif; yaitu untuk memperoleh aset yang nilainya akan terus meningkat seiring kita mencicil untuk mendapatkannya.

Seperti contohnya membeli tanah atau gedung yang akan terus naik harganya, atau berutang untuk mendirikan suatu usaha baru.

Orang kaya cenderung dapat bertahan di tengah krisis adalah karena mereka memiliki aset dan juga kebiasaan untuk menabung atau mengelola aset yang lebih produktif.

4. Memiliki banyak sumber pendapatan

Ilustrasi keuangan
Mulai menabung dan kumpulkan dana darurat dengan cara efektif yang bisa dilakukan di tengah pandemi virus corona yang melanda. (Foto: Unsplash)

Dalam menghasilkan pendapatan dan berinvestasi, orang kaya umumnya memiliki sumber pendapatan yang banyak dan gemar menambah sumber pendapatan yang baru.

Mereka memiliki banyak instrumen keuangan lainnya seperti investasi saham, reksadana, obligasi yang dapat memberikan pendapatan pasif kepada mereka, sehingga pada akhirnya mereka memiliki jumlah dana yang lebih banyak jumlahnya di atas rata-rata.

Memiliki banyak bisnis juga merupakan ciri dari pengusaha terkaya di dunia. Mereka yang telah memiliki modal besar tentu memiliki keunggulan besar dalam mempertahankan dan meningkatkan kekayaannya.

Mereka tidak hanya bekerja keras tetapi juga mempekerjakan asetnya dengan keras agar dapat menghasilkan keuntungan.

Contohnya saja Michael dan Budi Hartono, pemilik Djarum Group yang merupakan orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan senilai US$38.8 miliar atau Rp 546.4 triliun memiliki jaringan bisnis yang sangat luas.

Group Djarum selain memiliki perusahaan rokok PT Djarum, juga memiliki PT Bank Central Asia yang merupakan salah satu bank terbesar di Asia, penyewaan menara telekomunikasi lewat PT Sarana Menara Nusantara dan baru-baru ini merambah ke ranah digital lewat situs e-commerce Blibli.com dan Tiket.com.

5. Ciptakan peluang

Ilustrasi uang dolar Amerika Serikat. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Ilustrasi uang dolar Amerika Serikat. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Pengusaha merupakan pihak yang tahu cara mengambil keuntungan dari peluang yang ada di masyarakat, yaitu dengan menawarkan solusi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih hebat lagi ialah mereka yang dapat membuat pasarnya sendiri melalui penciptaan permintaan dan penawaran, serta menguasai rantai pasok produksi.

Misalnya saja Anthoni Salim dari Salim Group yang memiliki kekayaan US$5.9 miliar atau Rp 83 triliun dan orang terkaya ke-empat di Indonesia. Salim Group memiliki PT Indofood CBP Sukses Makmur yang memproduksi mi instan Indomie dan juga memiliki PT Bogasari Flour Mills produsen tepung yang merupakan bahan baku mi instan.

6. Memperbanyak aset dan kelola resiko

Ilustrasi keuangan
Mulai menabung dan kumpulkan dana darurat dengan cara efektif yang bisa dilakukan di tengah pandemi virus corona yang melanda. (Foto: Unsplash)

Para pengusaha juga lebih tahan banting karena strateginya dalam memperbanyak asetnya, seperti membeli saham perusahaan yang berasal dari sektor yang berbeda. Ini merupakan salah satu cara seorang investor mengelola risiko dengan memiliki usaha variatif, sehingga jika satu menurun maka dampaknya bisa berkurang dengan usaha lain yang masih positif.

Seperti contohnya Djarum Group yang baru-baru ini membeli saham sebuah klub sepak bola di Italia untuk merambah ke sektor industri olah raga.

Seperti pepatah dalam investasi, janganlah taruh telur di satu keranjang, karena kalau keranjang itu jatuh, maka semua telurmu akan ikut jatuh dan pecah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya