Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu ditemukan serpihan diduga bagian dari pesawat. Rekaman video yang beredar di media sosial menduga itu bagian dari kapal terbang celaka Air Asia QZ8501 atau maskapal Malaysia MH370.
Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh pada 28 Desember 2014 di perairan Selat Karimata, sementara MH370 celaka pada 8 Maret 2014.
Pos TNI AL (Posal) Kumai, jajaran Pangkalan TNI AL (Lanal) Banjarmasin di bawah Komando Pangkalan Utama TNI AL XIII Tarakan mengamankan benda diduga serpihan badan pesawat yang terdampar di tepi laut Teluk Ranggau, Kalimantan Tengah.
Advertisement
"Dugaan sementara puing tersebut berasal dari pesawat yang sudah lama tenggelam," terang Danlanal Banjarmasin Kolonel Laut (P) Sandharianto, Rabu 6 Januari 2021 seperti dikutip dari Antara.
Dia menjelaskan, lokasi ditemukannya benda berada pada koordinat 3° 28' S - 111° 47,9' T tepatnya di Dusun Teluk Kramat Blok 77.
Adapun bentuk benda setengah tabung memiliki panjang 9 meter serta diameter 5 meter, electric plat dengan kode WFC2 (YF19-46T0) 14001 C24, electric celenoid kode DLS 300c 24D1 19c, serpihan honeycom dari alumunium dan serpihan fiber pembungkus honeycomb.
"Saat ini barang-barang yang ditemukan diamankan di Posal Kumai. Sementara benda berbentuk setengah tabung masih berada di lokasi kejadian menunggu tindak lanjut," jelas Sandharianto.
Temuan tersebut berawal dari laporan dari Sekdes Sungai Cabang terkait penemuan benda diduga badan pesawat yang terdampar di tepi laut Teluk Ranggau, Kalteng.
Selanjutnya Danposal Kumai Letda Laut (P) Muhamnad Soleh Rio Kusuma melakukan koordinasi dengan unsur SAR dan instansi terkait untuk melakukan pemantauan di lokasi temuan.
Dari hasil tracking terhadap puing yang diduga badan pesawat, obyek berada di 40 NM dari Pos AL Kumai dan hasil koordinasi dengan Basarnas Kabupaten Kotawaringin Barat tidak ada berita terkait peristiwa kecelakaan dan sebagainya di sekitar lokasi kejadian.
Diduga Roket China
Kabid Humas Polda Kalimantan Tengah Kombes Hendra Rochmawan menyampaikan perkembangan atas temuan serpihan menyerupai badan pesawat di Teluk Ranggau, Desa Sei Cabang, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kobar, Kalimantan Tengah. Setelah dilakukan pemeriksaan mendalam, nyatanya benda yang ditemukan itu merupakan bagian dari roket milik China.
"Berdasarkan hasil temuan di lapangan, bahwa di bagian badan serpihan benda tersebut terdapat logo dan tulisan CNSA atau China National Space Administration yaitu Badan Antariksa Nasional Republik Rakyat Tiongkok yang bertanggung jawab untuk program ruang angkasa," tutur Hendra dalam keterangannya, Rabu 6 Januari.Â
Menurut Hendra, petugas melakukan evakuasi serpihan roket yang gagal orbit tersebut pada Selasa 5 Januari 2021 sekitar pukul 19.15 WIB dari Teluk Ranggau menggunakan speed boat Pos AL. Di antaranya ada satu buah baju isolasi warna merah, satu buah life jacket dengan tulisan Yuan Wanghai Panama, bagian potongan atas dari rangka, potongan kabel, setelan pelindung thermal, dan honey comb diduga merupakan identitas bagian sebuah pesawat.
"Diperkirakan bahwa serpihan benda yang menyerupai badan pesawat tersebut merupakan bagian dari badan roket milik China yang meledak di angkasa dan jatuh diperairan Laut Jawa dan terbawa ombak terdampar di Teluk Ranggau," jelas dia.
Untuk kepastian tentang serpihan benda yang menyerupai badan pesawat tersebut, lanjut Hendra, ditangani oleh KNKT di Pangkalan Bun. Rencananya tim akan melakukan pemeriksaan sampel serpihan dan dilanjutkan dengan zoom meeting dengan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional).
"Saat ini serpihan material dan beberapa temuan di TKP diamankan di Pos AL Kumai," Hendra menandaskan.Â
Saksikan Juga Video Ini:
Kata LAPAN
LAPAN pun membeberkan pengamatannya terkait temuan serpihan pesawat tersebut.
"Pada 5 Januari 2021 sore, Pusat Sains Antariksa LAPAN menerima laporan adanya benda buatan yang jatuh di Teluk Kramat, Kalimantan Tengah. Benda berukuran besar tersebut (sekitar 3 x 4 meter) jatuh sehari sebelumnya dan telah diperiksa oleh aparat (POLRI dan TNI) setempat. Ada kemungkinan bahwa benda tersebut merupakan sampah antariksa yang berasosiasi dengan Roket Chang Zheng (Long March) milik Tiongkok yang digunakan untuk meluncurkan satelit Beidou 3-IGSO 3 pada tanggal 4 November 2019," ujar Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin dalam Instagram @lapan_ri tertanggal 6 Januari 2021.
Berdasarkan foto yang diterima, menurut Thomas, terdapat beberapa indikasi yang membantu identifikasi objek.
"Pertama, struktur yang ditemukan berbentuk segmen tabung kulit dengan diameter 3-5 meter. Di salah satu sisinya tergambar bendera Tiongkok serta logo China National Space Agency (CNSA) yang tampak sedikit terbakar. Segmen kulit tabung tersebut masih tampak berwarna putih dengan sedikit bekas terbakar di beberapa bagian. Foto diperoleh dari aparat (POLRI dan TNI) setempat," tutur Thomas.
Indikasi tersebut disertai analisis orbit yang disebutkan sebelumnya mengarah pada dugaan bahwa benda yang ditemukan merupakan bagian luar roket Chang Zheng 3B yang diluncurkan tanggal 4 November 2019 yang lalu.
"Objek bertuliskan CNSA di Kalimantan menurut analisis orbit sampah antariksa adalah bagian roket CZ-3B (Long March -3B) dengan nomor catalog 44710. Roket digunakan untuk peluncuran satelit navigasi Beidou 3-IGSO-3 pada 4 November 2019. Perkiraan jatuh 4 Januari 2021 pukul 14.25 WIB di Selatan Kalimantan dari ketinggian 118 km," ungkap Thomas.
Berikut ini analisis yang sudah dilakukan pihak LAPAN terkait temuan serpihan puing pesawat tersebut:
Â
Analisis Singkat yang Telah Dilakukan:
Dalam laman orbit.sains.lapan.go.id, dijelaskan pihak LAPAN bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 pukul 14.01 WIB, sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id mendeteksi empat objek yang melintas di atas wilayah Indonesia dengan ketinggian rendah.
Objek CZ-3B R/B yang memiliki nomor katalog NORAD 44710 merupakan objek dengan orbit lonjong yang mencapai ketinggian minimum (perigee) sekitar 121 kilometer di atas permukaan Bumi sementara ketinggian maksimumnya hampir 11.500 kilometer.
Model peluruhan orbit yang diadopsi memperkirakan bahwa bekas roket tersebut akan mengalami reentry dalam waktu dekat, yakni pada bulan Maret 2021. Dengan input yang sedikit berbeda, model peluruhan tadi sempat memberikan prediksi reentry pada tanggal 4 Januari 2021. Simpangan waktu prediksi reentry tersebut wajar terjadi, terlebih untuk objek yang memiliki orbit lonjong. Berdasarkan pemantauan virtual orbit benda jatuh antariksa yang telah dilakukan, objek nomor 44710 dianggap sebagai benda antariksa yang paling mungkin jatuh di pesisir Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada tanggal 4 Januari 2021.
Berdasarkan foto yang diterima, terdapat beberapa indikasi yang membantu identifikasi objek.
Pertama, struktur yang ditemukan berbentuk segmen tabung kulit dengan diameter 3-5 meter. Di salah satu sisinya tergambar bendera Tiongkok serta logo China National Space Agency (CNSA) yang tampak sedikit terbakar. Segmen kulit tabung tersebut masih tampak berwarna putih dengan sedikit bekas terbakar di beberapa bagian. Foto diperoleh dari aparat (POLRI dan TNI) setempat. Indikasi tersebut disertai analisis orbit yang disebutkan sebelumnya mengarah pada dugaan bahwa benda yang ditemukan merupakan bagian luar roket Chang Zheng 3B yang diluncurkan tanggal 4 November 2019 yang lalu.
Namun, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan.
Benda yang mengalami reentry akan mengalami gesekan dengan atmosfer hingga memanas dan terbakar. Sebagian besar benda akan terbakar atau setidaknya akan tampak hangus ketika mencapai permukaan Bumi. Hanya benda dengan material ekstra kuat yang dapat bertahan dan menyisakan bagian yang mencapai permukaan Bumi. Proses reentry juga dapat disertai ledakan yang akan mencerai-beraikan roket. Selubung luar roket dapat terkoyak tak beraturan. Pemikiran ini membuat kesimpulan bahwa benda yang jatuh di Kotawaringan Barat merupakan bekas roket CZ-3B menjadi tidak sepenuhnya meyakinkan.
Bila memang temuan tersebut merupakan bagian luar dari roket CZ-3B, maka potensi bahaya radiasi dari zat radioaktif terbilang kecil.
Zat radioaktif biasa digunakan dalam sistem pembangkitan daya di satelit, salah satunya berupa Radioactive Thermoelectric Generator (RTG). Belum ada indikasi bahwa benda yang ditemukan merupakan bagian dari RTG dengan potensi bahaya radiasi. Meski demikian, prinsip pencegahan perlu diterapkan yakni dengan menangani benda temuan dengan hati-hati dengan menghindari kontak langsung dalam waktu yang lama.
Â
Advertisement