Korea Utara Dihantui Krisis Pangan, 1 Kg Pisang Dijual Seharga Rp 647 Ribu

Berbicara pada pertemuan partai di Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan situasi pangan "sekarang semakin tegang".

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 18 Jun 2021, 15:35 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2021, 15:35 WIB
Kim Jong-un Kunjungi Lokasi Bencana Topan
Dalam gambar tak bertanggal yang dirilis 28 Agustus 2020 memperlihatkan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un (tengah) mengunjungi daerah yang dilanda topan di Provinsi Hwanghae Selatan. Topan itu juga menyebabkan hujan lebat dan menumbangkan pohon. (STR/AFP/KCNA VIA KNS)

Liputan6.com, Pyongyang - Kim Jong-un telah memperingatkan bahwa Korea Utara sedang berjuang untuk mempertahankan pasokan makanan, karena laporan mengatakan harga barang sehari-hari meroket.

Sebut saja harga pisang. Untuk satu kilo buah tersebut dihargai US$ 45 atau setara Rp 647.831 ( 1 dollar AS = 14.396), demikian dikutip dari laman Bussines Insider, Jumat (18/6/2021).

Satu kilogram adalah berat sekitar tujuh pisang, yang berarti setiap pisang kemungkinan besar harganya lebih dari US$ 6,40 atau Rp 92.136.

Berbicara pada pertemuan partai di Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan situasi pangan "sekarang semakin tegang" karena kekurangan biji-bijian yang disebabkan oleh topan tahun lalu.

Para ahli telah memperingatkan selama sebulan terakhir bahwa makanan hampir habis di Korea Utara.

Beberapa petani Korea Utara diminta untuk menyumbangkan 2 liter urin mereka setiap hari untuk membantu memproduksi pupuk.

Jarang bagi Kim Jong-un untuk mengakui kekurangan makanan. Meskipun kekurangan seperti itu mengkhawatirkan, para ahli tidak percaya itu akan menyebabkan kelaparan di seluruh negeri.

 

Laporan dari Korea Selatan

Kim Jong-un
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un menghadiri pertemuan politbiro Partai Buruh di Pyongyang, Selasa (25/8/2020). Kim Jong-un muncul usai dirinya dirumorkan dalam kondisi koma dan menyerahkan sebagian kekuasaannya ke sang adik, Kim Yo Jong. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Awal bulan ini, Tomás Ojea Quintana, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Korea Utara, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa mereka harus mempertimbangkan untuk mencabut sanksi terhadap negara tersebut, lapor Reuters.

Ojea Quintana mengatakan, pandemi COVID-19 telah menyebabkan Korea Utara "kesulitan ekonomi yang drastis" dan perdagangan Korea Utara dengan China turun 90% pada Maret dan April 2021.

Negara ini diperkirakan akan kekurangan makanan 1,35 juta ton tahun ini, Institut Pengembangan Korea, sebuah lembaga pemikir yang dikelola pemerintah yang berbasis di Seoul, mengatakan laporan itu awal bulan ini.

Korea Utara membutuhkan sekitar 5,75 juta ton makanan setiap tahun untuk memberi makan rakyatnya, kata lembaga think tank itu.

Kekurangan tersebut disebabkan oleh topan musim panas dan banjir, serta kekurangan peralatan pertanian dan pandemi COVID-19 yang membuat Korea Utara menutup perbatasan daratnya.

Meskipun ada peringatan tentang kekurangan, Kim Jong-un mengatakan ekonomi Korea Utara telah "menunjukkan peningkatan secara keseluruhan," lapor NK News.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya