Studi Ini Kuak Perut Sapi Jadi Solusi Polusi Plastik

Baru-baru ini, peneliti di Austria menemukan bahwa mikroba dan enzim yang berada dalam perut sapi dapat memecah plastik.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jul 2021, 19:40 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 19:40 WIB
Ilustrasi Sapi
Ilustrasi sapi (Sumber AFP)

Liputan6.com, Wina - Para peneliti di Austria mungkin telah menemukan solusi unik dari masalah polusi plastik dengan menggunakan sapi dan mikroba yang ditemukan di dalam perut mereka.

Dikutip dari CNN, Selasa (6/7/2021), para peneliti dari Universitas Sumber Daya Alam dan Ilmu Hayati (BOKU) di Wina, Pusat Bioteknologi Industri Austria dan Universitas Innsbruck menemukan bahwa plastik biasa dapat terurai saat terkena rumen -- materi yang ditemukan di bagian terbesar dari perut sapi.

Dari penelitian tersebut, didapati bahwa mikroba dan enzim yang ditemukan dalam rumen ternyata dapat memecah plastik umum termasuk yang digunakan untuk kantong plastik, botol, tekstil, dan kemasan makanan.

Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Frontiers yang memperlihatkan sampel ramen dari sapi Alpine di rumah potong hewan di Austria.

Para peneliti menguji efek rumen pada tiga jenis plastik, polyethylene terephthalate (umumnya dikenal sebagai PET), polybutylene adipate terephthalate (PBAT) dan polyethylene furanoate (PEF).

Profesor Georg Gübitz, dari BOKU, mengatakan bahwa rumen dapat memecah plastik dalam waktu "beberapa jam", dan dapat menghacurkan sebagian plastik seluruhnya jika lebih lama lagi.

Menurut Gübitz, hal tersebut dapat terjadi karena perut sapi sudah "dilatih" untuk memecahkan bahan makanan yang sulit terurai, termasuk polimer tanaman cutin -- zat lilin yang ditemukan pada tanaman, termasuk dalam kulit apel dan buah beri.

Cutin adalah "poliester, tidak identik, tetapi mirip dengan PET -- jenis plastik paling umum yang ditemukan dalam kantong plastik dan kemasan makanan," jelasnya.

Ia mengatakan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan tetapi temuan itu signifikan karena mereka dapat membantu menemukan solusi untuk mendegradasi plastik yang "sulit untuk didaur ulang".

Peran yang Belum Pernah Terjadi Pada Sapi

Ilustrasi sapi
Ilustrasi sapi (dok.unsplash/ Mike Suarez C)

Penelitian tentang bagaimana mikroba dan enzim mempengaruhi plastik sudah menjadi bidang studi saat ini, jelasnya, tetapi ia yakin peran potensial sapi belum dieksplorasi sampai sekarang.

"Rumen cukup efisien jika dibandingkan dengan enzim lain yang diuji dalam sepuluh tahun terakhir," katanya.

Jika diproduksi dalam skala yang besar, rumen awalnya dapat dikumpulkan sebagai produk sampingan dari industri daging dan susu.

"Tetapi dalam jangka panjang akan lebih masuk akal untuk menghasilkan enzim yang bertanggung jawab dan bahkan lebih meningkatkan aktivitasnya dengan menggunakan rekayasa genetika," katanya.

Profesor Richard C. Thompson, Kepala Unit Penelitian Sampah Laut Internasional di Universitas Plymouth, Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa menggunakan mikroba dari sapi adalah hal yang baru, tetapi konsep yang lebih luas untuk mendegradasi plastik menggunakan bahan organik bukanlah sesuatu yang baru.

"Kebanyakan plastik konvensional sangat tahan terhadap biodegradasi dan di satu sisi menciptakan keuntungan. Sementara plastik digunakan -- seperti ponsel yang saya gunakan sekarang, atau bagian ringan di pesawat terbang, atau bahkan sebotol limun, kami ingin plastik bertahan lama."

"Tetapi tantangannya adalah apa yang terjadi ketika Anda selesai dengan item tersebut -- dan di situlah biodegradasi sering muncul sebagai bagian dari jawabannya."

 

Reporter: Paquita Gadin

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya