Liputan6.com, Jakarta - Organisasi lingkungan berbasis di Bali, Sungai Watch, resmi merilis Brand Audit Report 2024. Edisi kelima laporan tahunan ini disebut "lebih dari sekadar data," karena merupakan "peringatan bagi perusahaan, pembuat kebijakan, dan konsumen tentang merek yang mendominasi sampah plastik."
Dalam laporannya, dikutip Kamis (27/2/2025), Sungai Watch menulis, "Tahun ini (2024), kami telah memperluas operasi pembersihan kami di Jawa Timur, dengan mengambil sampel terbesar dan paling beragam secara geografis. Dengan perluasan ini, kami melihat tren perubahan dalam polusi plastik."
Advertisement
Baca Juga
Satu, kata mereka, ada pemimpin baru di antara perusahaan-perusahaan paling berpolusi, menandai perubahan peringkat pertama dalam empat tahun terakhir. Kedua, pihaknya menyambung, ketergantungan yang meluas pada wadah air minum plastik, mengungkap tantangan yang sedang berlangsung dalam akses ke air bersih.
Advertisement
"Analisis ini juga sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Indonesia, yang menargetkan pengurangan sampah laut sebesar 70 persen pada 2025. Meski tujuan ini ambisius dan mendesak, kami belum melihat perubahan konkret di lapangan," sebut Sungai Watch.
"Kesenjangan antara kebijakan dan aksi masih lebar, dan laporan ini dirancang untuk mendorong percakapan yang konstruktif dan perubahan yang berarti. Kita membutuhkan aksi yang mendesak dan sistemik, bukan sekadar janji," desak mereka.
Berdasarkan Brand Audit Sungai Watch tahun 2024 di Banyuwangi dan Bali, dengan total sampel 623.021 item, berikut 10 perusahaan induk penyumbang sampah plastik terbanyak tahun lalu:
- Wings (52.600)
- Danone (39.480)
- Indofood (34.043)
- Unilever (32.372)
- Mayora (30.209)
- Ultrajaya (29.543)
- OT (24.531)
- Nestle (17.678)
- Yakult (17.243)
- Sosro (16.419)
10 Brand Penyumbang Sampah Plastik Terbanyak
Melalui identifikasi perusahaan penyumbang sampah plastik terbanyak, Sungai Watch menuntut tindakan segera untuk "mengurangi produksi plastik, meningkatkan pengelolaan limbah, dan mendorong dampak nyata." Berdasarkan komparasi data tahun 2023 dan 2024, merek yang naik level sebagai polutan plastik adalah Wings, Unilever, Mayora, dan Yakult.
Di sisi lain, yang turun peringkat, yakni Danone, Ultrajaya, dan OT. Sementara itu, dari jajaran brand, berikut 10 merek penyumbang sampah plastik terbanyak berdasarkan Brand Audit Sungai Watch tahun 2024 di Banyuwangi dan Bali, dengan total sampel 623.021 item:
- AQUA, Danone (36.826)
- Indomilk, Indofood (21.641)
- Ultramilk, Ultrajaya (19.254)
- Teh Gelas, OT (18.444)
- Yakult (17.243)
- You C 1000 (12.331)
- Teh Pucuk, Mayora (12.219)
- Cimory (10.890)
- Red Bull (9.908)
- Pepsodent, Unilever (9.724)
Sungai Watch mencatat, "Setiap bulan, tim di delapan stasiun pemilahan (sampah) kami menganalisis 1.500 item kemasan per kategori limbah, yang dipilih secara acak dari aksi pembersihan kami di sungai, tempat pembuangan sampah terbuka, hutan bakau, dan pantai. "
"Namun, ketersediaan limbah dan kendala operasional terkadang membuat pengambilan sampel yang konsisten jadi tantangan," kata mereka. "Setiap barang yang dikumpulkan diidentifikasi secara cermat berdasarkan perusahaan induk, merek, dan jenis material untuk melacak perusahaan paling bertanggung jawab atas polusi plastik."
Advertisement
Jenis Limbah Plastik yang Diaudit
Sungai Watch menjelaskan, "Perusahaan induk merupakan perusahaan besar yang memiliki banyak merek. Misalnya, Unilever memiliki merek seperti Pepsodent, Sunsilk, dan Dove. Kemudian, berdasarkan merek berarti nama produk tertentu yang ditemukan pada kemasan."
Tipe limbah kemasan plastik yang mereka audit adalah gelas, kaca, hard plastics, metal, PET, tetra pak, dan saset. "Sebagai salah satu konglomerat terbesar di negara ini, WINGS memiliki jumlah merek yang paling banyak menimbulkan polusi dalam audit kami," catat mereka.
Tidak kurang dari 41 persen limbah plastik perusahaan itu, menurut Sungai Watch, berasal dari kemasan saset sekali pakai—format kemasan yang saat ini tidak mungkin didaur ulang di Indonesia. "WINGS memproduksi beberapa produk rumah tangga dan makanan yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia."
"Meski kehadiran pasarnya sangat besar, perusahaan tersebut belum bertanggung jawab atas limbah kemasannya, yang sangat berkontribusi terhadap krisis plastik," sebut mereka. Sementara itu, untuk pertama kalinya, Danone turun ke posisi kedua dalam audit tahun 2024.Â
Sampah Plastik Bukan Sekadar Masalah Lingkungan
Sungai Watch mengungkap, "Pergeseran ini sebagian disebabkan kumpulan data terbesar kami dari Jawa, yang telah memberikan wawasan lebih mendalam tentang tren sampah plastik regional. Danone adalah perusahaan makanan dan minuman global, tapi di Indonesia, perusahaan ini beroperasi secara eksklusif di sektor air kemasan."
"Meski memimpin dalam industri ini, Danone masih sangat bergantung pada kemasan plastik sekali pakai berformat kecil, dengan sebagian besar polusinya berasal dari gelas plastik—jenis yang masih sulit didaur ulang di Indonesia."
Indofood, mereka menyambung, tetap jadi perusahaan induk pencemar terbesar ketiga di Indonesia, dengan peringkat yang sama pada 2023. Dengan 49 merek berbeda yang ditemukan dalam aksi pembersihan, jejak plastik perusahaan ini mencakup produk makanan, susu, dan minuman.
"Sampah plastik bukan sekadar masalah lingkungan," kata pihaknya. "Ini adalah kegagalan desain yang harus ditangani di setiap level. Kita tidak bisa terus-menerus mengumpulkan sampah. Sudah saatnya memunculkan akuntabilitas, tanggung jawab, dan solusi nyata.
"Apakah Anda seorang pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, atau konsumen sehari-hari, Anda berperan memperbaiki sistem yang rusak ini. Bergabunglah dengan kami dalam menuntut aksi nyata. Bagikan data. Minta pertanggungjawaban merek. Dukung solusi nyata. Perubahan dimulai sekarang!" tandasnya.
Advertisement
