Liputan6.com, Teheran - Sebuah pesawat kargo militer Boeing 707 Iran berusia puluhan tahun dilaporkan membawa daging dari Kirgistan jatuh pada Senin 14 Januari 20219. Ketika itu kapal terbang tersebut tengah mencoba mendarat di barat ibu kota Iran.
"Menewaskan 15 orang di dalamnya dan meninggalkan satu-satunya orang yang selamat," kata pihak berwenang seperti dikutip dari AP.
Kecelakaan pesawat jet itu menandai bencana penerbangan terbaru bagi Iran, yang berharap untuk menggantikan armadanya yang menua berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia.
Advertisement
Tetapi sebaliknya, penarikan Presiden Donald Trump dari perjanjian pada Mei menggagalkan miliaran dolar dalam penjualan yang direncanakan oleh Airbus dan Boeing Co. ke Republik Islam, hanya meningkatkan bahaya bagi penumpang di pesawat Iran.
Pesawat, yang memakai skema cat Saha Airlines sipil angkatan udara Iran, melakukan pendaratan darurat sekitar pukul 08:30 Senin di Bandara Fath, sebuah lapangan terbang yang dikendalikan oleh Pengawal Revolusi paramiliter Iran yang kuat. Pesawat tergelincir dari landasan pacu, menabrak pagar pembatas dan masuk ke lingkungan perumahan.
Televisi pemerintah Iran menayangkan gambar rumah-rumah yang hangus dan berasap, dengan badan pesawat tergeletak di tanah lingkungan itu. Di dekatnya ada salah satu roda pendaratnya, robek. Api kecil berkobar pun terlihat di sekitarnya.
Salah Bandara untuk Mendarat?
Pesawat itu kabarnya dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Payam di dekatnya, sekitar 40 kilometer (25 mil) barat Teheran, ibu kota Iran. Namun entah mengapa justru mendarat di Bandara Fath.
Pihak berwenang tidak segera menyebutkan alasan keputusan kru untuk mendarat di Bandara Fath. Bandara yang berjarak sekitar 10 kilometer (6,2 mil) barat daya Payam. Namun landasan pacunya lebih kecil sekitar 1.100 meter (3.600 kaki), dibandingkan dengan Payam yang lebih besar yakni 3.600 meter (11.800 kaki).
Pada bulan November, sebuah maskapai penerbangan komersial dilaporkan mengira Fath sebagai Payam, tetapi dapat membatalkan pendaratannya. Jadi, diduga masalah yang sama dialami oleh Saha Airline saat nahas.
Kantor berita IRNA yang dikelola negara Iran kemudian mengutip seorang pejabat penerbangan anonim, mengatakan bahwa penerbangan malapetaka pada Senin 14 Januari 2019 juga mengira Bandara Fath sebagai Payam.
Pirhossein Koulivand, kepala layanan medis darurat negara itu, mengatakan bahwa dari 16 orang di dalam pesawat, hanya teknisi penerbangan yang diketahui selamat. IRNA melaporkan 15 jasad awak yang meninggal telah ditemukan pada Senin sore.
Angkatan udara Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa nasib para kru, termasuk kemungkinan "kemartiran" mereka, sedang diselidiki. Tidak segera jelas siapa pemilik pesawat itu, meskipun Jenderal Shahin Taghikhani, seorang juru bicara militer, mengatakan kepada TV pemerintah bahwa pesawat dan awaknya adalah orang Iran.
Orang Iran sering menggunakan kata "martir" untuk mereka yang tewas dalam perang atau dinas nasional.
Pesawat tersebut dilaporkan membawa kargo daging dari Bishkek, ibu kota Kirgistan, ke Iran. Sejak 2016, Iran telah mengimpor daging dari Kirgistan, biasanya melalui Saha. Impor 150 ton pada 2016 dan 350 ton pada 2017.
Saha Airlines mengoperasikan salah satu penerbangan komersial terakhir di dunia dari Boeing 707, yang pertama kali diproduksi pada tahun 1958 dan membantu mengantarkan era jet. Pesawat bermesin empat berbadan sempit itu dibangun hingga 1979.
Informasi perawatan mengenai Boeing 707 yang jatuh pada Senin tidak segera tersedia. Namun, Iran telah berjuang untuk mendapatkan suku cadang untuk armada maskapai yang menua, hampir semuanya dibeli selama masa Shah Mohammad Reza Pahlavi dan sebelum Revolusi Islam 1979.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kecelakaan Fatal Saha Airlines Sebelumnya
Boeing 707 milik Saha Airlines mengalami kecelakaan fatal sebelumnya pada April 2005, ketika sebuah penerbangan yang datang dari Pulau Kish mendarat di Bandara Mehrabad di Teheran, menewaskan tiga penumpang.
Iran telah mengalami serangkaian bencana penerbangan besar dalam beberapa dekade terakhir. Kecelakaan besar terakhirnya terjadi pada Februari 2018, ketika Aseman Airlines ATR-72 dioperasikan kembali hanya beberapa bulan sebelumnya setelah dikandangkan selama tujuh tahun jatuh di wilayah pegunungan berkabut di Iran selatan, menewaskan semua 65 orang di dalamnya.
Pada Januari 2011, ketika sebuah Boeing 727 Iran Air pecah berkeping-keping saat mencoba pendaratan darurat dalam badai salju di barat laut Iran, menewaskan sedikitnya 77 orang.
Pada Juli 2009, sebuah pesawat jet buatan Rusia jatuh tak lama setelah lepas landas dari Teheran, menewaskan semua 168 orang di dalamnya. Sebuah Ilyushin 76 buatan Rusia yang membawa anggota Garda Revolusi jatuh di Iran tenggara pada Februari 2003, menewaskan 302 orang.
Pada Februari 1993, sebuah pesawat Iran dengan 132 orang di dalamnya bertabrakan dengan jet angkatan udara setelah lepas landas dari bandara utama Teheran, menewaskan semua orang di kedua pesawat itu. Dan pada Juli 1988, USS Vincennes di Selat Hormuz mengira penerbangan Iran Air menuju Dubai sebagai jet tempur penyerang, menembak jatuh pesawat dan membunuh 290 orang di dalamnya.
Advertisement