20-3-1995: Teror Sekte Sesat Gemparkan Tokyo, Sebar Gas Beracun di Kereta Bawah Tanah

Aksi sadis dilakukan anggota sebuah sekte di stasiun kereta bawah tanah Kasumigaseki, Tokyo, Jepang pada 20 Maret 1995.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mar 2023, 06:34 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2023, 06:31 WIB
Mengenang Serangan Mematikan Sekte Kiamat Jepang
Petugas pemadam kebakaran memeriksa lokasi serangan gas sarin di Tokyo, Jepang, 20 Maret 1995. Anggota sekte kiamat Aum Shinrikyo meninggalkan kantung-kantung berisi racun saraf cair di jalur kereta yang melalui Tokyo. (JIJI PRESS/AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Aksi sadis dilakukan anggota sebuah sekte di stasiun kereta bawah tanah Kasumigaseki, Tokyo, Jepang pada 20 Maret 1995. Seperti dikutip dari History Channel, mereka melakukan serangan gas sarin dilokasi yang tengah ramai di jam sibuk.

Saat para calon penumpang mulai tercekik karena menghirup racun, para pelaku menenggak antiracun dan berhasil melarikan diri.

Seperti dikutip dari History Channel, kebanyakan korban yang menghirup racun sarin menderita sesak nafas dan sulit melihat. 12 Orang dilaporkan tewas dan lebih dari 5.000 lainnya dirawat di rumah sakit. Tak sedikit yang mengalami koma. Pihak keamanan di Tokyo pun langsung mengerahkan pasukannya, termasuk para tentara untuk membantu proses evakuasi para korban dari dalam stasiun kereta bawah tanah.

Mereka juga bergerak cepat melacak teroris pembuat senjata kimia tersebut. Ribuan pos pemeriksaan didirikan di seluruh negeri saat itu. Jepang geger. Tindakan kejam itu juga jadi sorotan dunia.

Simak video pilihan berikut:

Aum Shinrikyo

Mengenang Serangan Mematikan Sekte Kiamat Jepang
Tim penyelamat menolong korban serangan gas sarin oleh sekte kiamat Aum Shinrikyo di Tokyo, Jepang, 20 Maret 1995. Serangan itu mengejutkan Jepang, negara yang membanggakan dirinya dengan tingkat kejahatan rendah. (Kyodo News via AP, File)

Kelompok teroris dari sekte sesat Aum Shinrikyo kemudian diketahui sebagai dalang peristiwa tersebut. Polisi lalu menyerbu markas mereka dan menangkap ratusan orang. Namun tidak berhasil membekuk pemimpin mereka, Shoko Asahara. Pada satu kamp di dasar Gunung Fuji, polisi menemukan berton-ton bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi gas sarin. Mereka juga menemukan tulisan berisi rencana untuk membeli senjata nuklir dari Rusia.

Polisi akhirnya menangkap Hideo Murai, salah satu pemimpin sekte sesat tersebut. Tetapi ketikadibawa ke tahanan ia ditikam sampai mati, oleh seorang yang menyalahkannya atas serangan gas beracun itu.

Tak lama setelah itu, polisi menemukan sebuah ruang bawah tanah yang tersembunyi di kompleks Gunung Fuji di mana pemimpin sekte lainnya bersembunyi, termasuk Masami Tsuchiya -- seorang ahli kimia yang mengaku membuat gas sarin.

Ditangkap

Mengenang Serangan Mematikan Sekte Kiamat Jepang
Pemimpin sekte 'Kiamat' Aum Shinrikyo, Shoko Asahara yang melakukan serangan gas sarin di stasiun kereta bawah tanah di Tokyo, Jepang, 20 Maret 1995. Pemerintah Jepang mengeksekusi Shoko Asahara dengan cara digantung pada 6 Juli 2018. (JIJI PRESS/AFP)

Akhirnya pada tanggal 16 Mei, sang pemimpin utama, Asahara ditemukan di ruang rahasia lain di Gunung Fuji. Ia ditangkap, lalu didakwa dengan kasus pembunuhan.

Dilansir dari BBC, Aum Shinrikyo awalnya merupakan kelompok spiritual yang menggabungkan ajaran Budha dan Hindu dan mulai dikembangkan pada tahun 1980-an. Belakangan kelompok ini terus berkembang dan mulai menyebarkan ajaran yang menunjukan obsesi begitu kuat bahkan paranoid terhadap hari kiamat.

Jauh setelah peristiwa gas sarin, kelompok ini kembali muncul dengan jati diri yang baru dan menyebut sebagai kelompok Aleph yang beroperasi sebagai kelompok spiritual.

Peristiwa menarik lain juga tercatat sejarah pada tanggal yang sama di tahun berbeda. Pada 20 Maret 1969, Mantan Presiden Argentina Isabel Peron dipenjara selama 8 tahun. Atas kaus penculikan seorang aktivis pada bulan Februari 1976.

Sedangkan pada 1956, Tunisia dinyatakan memperoleh kemerdekaan dari Prancis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya