Liputan6.com, Tokyo - Para pencinta sushi tentu tahu bahwa kenikmatan tuna sashimi terletak pada tingkat lemak pada dagingnya.
Semakin tinggi kadar lemak, semakin lembut dan nikmat rasanya di lidah. Dalam industri seafood, khususnya tuna, kadar lemak menjadi tolok ukur utama untuk menentukan kualitas dan harga.
Baca Juga
Biasanya, untuk mengetahui seberapa lemak ikan tuna, dibutuhkan keahlian khusus dan waktu sekitar satu menit untuk memotong bagian ekor menggunakan pisau besar. Namun kini, teknologi hadir untuk menyederhanakan proses tersebut.
Advertisement
Mengutip SCMP, Kamis (17/4/2025), Fujitsu, perusahaan teknologi asal Jepang, telah mengembangkan mesin bernama Sonofai—sebuah inovasi yang memadukan teknologi gelombang ultrasound dan kecerdasan buatan (AI).
Nama “Sonofai” berasal dari kata “sono” (gelombang suara), “f” dari Fujitsu, dan “ai” sebagai singkatan dari artificial intelligence. Secara tak langsung, nama ini juga bisa diartikan sebagai “anak dari AI”.
Mesin Sonofai mampu menganalisis tingkat kelemakan tuna hanya dalam waktu 12 detik, tanpa perlu memotong ikan secara manual. Tuna utuh yang telah dibekukan akan ditempatkan di atas ban berjalan dan dimasukkan ke dalam mesin, di mana gelombang ultrasound dipancarkan ke tubuh ikan.
Sensor akan menangkap pantulan gelombang suara tersebut dan menampilkan diagram zigzag di layar, yang menunjukkan distribusi lemak di dalam daging tuna. Lemak diketahui menyerap lebih sedikit gelombang suara dibandingkan daging tanpa lemak, sehingga mesin ini bisa secara akurat membedakan keduanya.
Hisashi Ishida, Presiden dari start-up Sonofai sekaligus kepala perusahaan manufaktur peralatan makanan Ishida Tec, menyebut teknologi ini lebih aman, higienis, dan efisien dibanding metode lama.
"Ikan berlemak terasa lebih lezat, lebih lembut di lidah, dan dikenal sebagai ‘toro’. Permintaan dari luar negeri meningkat seiring populernya budaya sushi di dunia," ujarnya.
Teknologi Medis untuk Dunia Kuliner
Teknologi Sonofai mirip dengan pemeriksaan USG medis yang digunakan untuk melihat janin dalam kandungan.
Berbeda dengan X-ray atau CT scan, ultrasound tidak memancarkan radiasi sehingga lebih aman untuk jaringan hidup.
Menurut Chris Edwards, dokter dan profesor dari Queensland University of Technology, teknologi ini juga telah digunakan dalam dunia medis untuk mengukur kadar lemak pada hati manusia. Kini, prinsip serupa diterapkan untuk mengevaluasi kualitas ikan secara objektif dan cepat.
Meski terdengar menarik, Sonofai belum ditujukan untuk restoran sushi biasa.
Mesin ini lebih cocok digunakan oleh pabrik pengolahan ikan dan organisasi perikanan. Rencananya, mesin ini akan mulai dijual pada bulan Juni di Jepang dengan harga sekitar 30 juta yen (sekitar Rp3,3 miliar), dan akan diperluas ke pasar Amerika Serikat dan negara lain di masa mendatang.
Advertisement
