Turki Gelar Pemilu Putaran ke-2, Akankah Presiden Erdogan Berkuasa Lebih dari 2 Dekade?

Warga Turki menuju ke tempat pemungutan suara pada Minggu 28 Mei 2023 untuk pemilihan presiden putaran kedua, setelah yang pertama digelar pada 14 Mei.

oleh Hariz Barak diperbarui 29 Mei 2023, 11:51 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2023, 16:00 WIB
Pemilu Turki 2023 Lanjut ke Putaran Kedua
Meski demikian, Erdogan yang memerintah Turki selama 20 tahun, telah melukiskan kemenangannya. (AP Photo/Francisco Seco)

Liputan6.com, Ankara - Warga Turki menuju ke tempat pemungutan suara pada Minggu 28 Mei 2023 untuk pemilihan presiden putaran kedua, setelah yang pertama digelar pada 14 Mei.

Presiden Recep Tayyip Erdogan (69) yang telah memimpin Turki selama 20 tahun, berambisi melanjutkan masa jabatan lima tahun lagi. Yang menjadi lawannya adalah Kemal Kilicdaroglu (74), seorang politisi veteran yang didukung oleh berbagai koalisi partai oposisi.

Dikutip dari NPR (28/5/2023), pada putaran pertama, Erdogan menerima suara terbanyak dengan 49,5%, dibandingkan dengan 44,9% untuk Kilicdaroglu. Menurut peraturan pemilu Turki, putaran kedua dilakukan jika tidak ada kandidat yang mencapai suara lebih dari 50% pada putaran pertama.

Pemilu dilakukan saat Turki bergulat dengan krisis ekonomi yang berlarut-larut serta berjuang untuk pulih dari gempa bumi dahsyat di bulan Februari.

Dunia mengamati dengan seksama, karena visi para kandidat yang berlawanan untuk Turki --anggota NATO yang penting-- dapat berimplikasi pada keamanan, imigrasi, dan bidang kepentingan kawasan dan global.

Di Istanbul, banyak dari penduduk mendukung oposisi dan telah merasa cukup dengan presiden inkumben Erdogan yang berkuasa selama dua dekade.

Namun, kekuatan Erdogan telah mengakar di berbagai lanskap politik Turki.

"Saya harap [Kilicdaroglu] akan menang, tapi saya ragu dia akan menang. Setelah 20 tahun berkuasa, entah bagaimana orang [Erdogan] masih tidak akan melepaskannya," ujar seorang penduduk Istanbul.

Erdogan sebelumnya mengawasi pertumbuhan ekonomi selama bertahun-tahun di Turki. Namun belakangan ini, para kritikus menyalahkannya atas banyak masalah ekonomi yang mendalam di negara itu, salah satunya, nilai mata uang Lira yang melemah terhadap dolar AS.

Namun, isu ekonomi dianggap tidak akan menjadi faktor penentu dalam pemilu Turki, menurut Mustafa Akyol, seorang analis di Cato Institute, sebuah wadah pemikir libertarian di Washington, DC.

Akyol mengatakan pesan yang mendasari dari pemimpin Turki lebih seperti: "Semua Muslim yang baik dan saleh harus memilih [Erdogan] karena dia penyelamat mereka, dia menghidupkan kembali kejayaan Kekaisaran Ottoman - dia membuat Turki menjadi Muslim dan hebat kembali."

Dia mengatakan Erdogan telah menciptakan "mesin propaganda besar yang memompa narasi ini setiap hari ke masyarakat Turki, melalui media [dan] melalui sinetron di TV."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Siapa yang Diharapkan Akan Menang?

Pemilu Turki 2023 Lanjut ke Putaran Kedua
Dengan demikian, otoritas pemilu mengonfirmasi bahwa dua calon presiden yang unggul harus kembali berhadapan pada pemungutan suara putaran kedua yang dijadwalkan berlangsung pada 28 Mei. (AP Photo/Emrah Gurel)

Jajak pendapat sebelum putaran kedua mengindikasikan kemenangan tipis Erdogan. Itu bercermin dari hasil putaran pertama di mana presiden inkumben memimpin atas Kilicdaroglu.

Hasil putaran pertama sendiri berbanding terbalik dari proyeksi jajak pendapat pada saat itu yang mengunggulkan Kilicdaroglu

Kini, sejumlah kelompok politik mulai berbaris di belakang kandidat jagoan mereka untuk memastikan kemenangan.

Erdogan menerima dukungan utama dari seorang mantan kandidat nasionalis yang menempati posisi ketiga dalam pemilihan 14 Mei, dengan 5,2% suara.

Kemudian Kilicdaroglu didukung oleh ketua Partai Kemenangan (Victory Party) yang berhaluan nasionalis.

Banyak analis mengatakan, kecuali ada hal yang tidak terduga, Erdogan tampaknya akan menang, memperpanjang masa jabatannya sebagai pemimpin terlama dalam sejarah Republik Turki.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya