Museum Tsunami Aceh, Tempat Terbaik Merenungkan Peristiwa 20 Tahun Lalu

Peristiwa yang telah terjadi 20 tahun lalu ini menyisakan duka bagi para korban. Mengutip dari museumtsunami.acehprov.go.id, bencana tsunami di Aceh terjadi pada 26 Desember 2004 sekitar pukul 07.58 WIB.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 26 Des 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2024, 04:00 WIB
Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Bencana Alam Paling Mematikan di Abad ke-21
20 tahun sejak tsunami melanda, Aceh dan sekitarnya sudah berbenah dan kembali tertata dengan baik. Psikologi warga telah bangkit. Untuk mengenang memori terhadap bencana itu, dibangunlah Museum Tsunami. (Foto oleh: Chaideer MAHYUDDIN and Adek BERRY/AFP)

Liputan6.com, Aceh - Museum Tsunami Aceh berlokasi di Jalan Sultan Iskandar Muda No.3, Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh. Museum ini dibangun untuk mengenang musibah gempa dan tsunami dan menguncang Aceh pada 26 Desember 2004.

Peristiwa yang telah terjadi 20 tahun lalu ini menyisakan duka bagi para korban. Mengutip dari museumtsunami.acehprov.go.id, bencana tsunami di Aceh terjadi pada 26 Desember 2004 sekitar pukul 07.58 WIB.

Bencana tersebut diawali dengan gempa dahsyat berkekuatan 9.3 skala richter (SR). Gempa tersebut menyebabkan serangkaian tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.

Aceh menjadi wilayah yang terkena dampak paling parah. Adapun wilayah lain yang juga terdampak adalah Sri Lanka, Thailand, dan India.

Peristiwa ini menelan banyak korban jiwa. Tercatat sekitar 170.000 jiwa terenggut dalam musibah ini.

Untuk mengenang para korban, Museum Tsunami Aceh pun didirikan. Museum ini sekaligus menjadi tempat edukasi dan pusat evakuasi bencana.

Museum Tsunami Aceh didirikan pada 23 Februari 2009. Bangunan museum ini dirancang oleh Ridwan Kamil yang memenangkan sayembara tingkat internasional pada 2007 dalam rangka memperingati peristiwa tsunami 2004.

Museum Tsunami Aceh menyimpan sekitar 6.038 koleksi yang dibagi ke dalam beberapa jenis, mulai dari koleksi etnografika, arkelogika, biologika, teknologika, keramonologika, seni rupa, numismatika dan heraldika, geologika, filologika, serta historika dan ruang audio visual. Koleksi ini tidak dipamerkan secara serentak, ada beberapa yang ditampilkan dalam pameran temporer.

Koleksi di museum ini dirotasi oleh pengelola setiap enam bulan sekali. Dalam satu pameran, terdapat sekitar 1.300 koleksi yang tersebar di tiga titik, yaitu rumah Aceh, pameran temporer, dan ruang pameran tetap.

Saat memasuki Museum Tsunami Aceh, pengunjung akan melewati sebuah lorong kecil dengan pencahayaan minim. Saat berada di lorong tersebut, pengunjung akan merasakan berbagai emosi yang sulit dijelaskan.

Selanjutnya, terdapat ruang bernama The Light of God. Tempat tersebut menampilkan ratusan ribu nama korban bencana tsunami Aceh.

Untuk berkunjung ke Museum Tsunami Aceh, pengunjung perlu membayar tiket senilai Rp3.000 untuk anak-anak, pelajar, dan mahasiswa. Adapun untuk anak di bawah lima tahun tidak dikenakan biaya tiket masuk alias gratis.

Sementara untuk umum dan orang dewasa dikenakan biaya Rp5.000, sedangkan untuk turis mancanegara dibanderol harga Rp20.000. Museum Tsunami Aceh beroperasi setiap Sabtu hingga Kamis. Jam operasional dibagi menjadi dua sesi, yakni pukul 09.00 hingga 12.00 WIB dan pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.

 

Penulis: Resla

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya