Bulan Ditabrak 100 Batu Luar Angkasa Setiap Hari

Menurut NASA, bulan dihantam oleh berbagai benda luar angkasa setiap harinya. Berbeda dengan bumi, bulan tidak memiliki atmosfer.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 26 Des 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2024, 03:00 WIB
Setelah perjalanan enam bulan, pesawat luar angkasa tersebut berhasil mendarat di Mars
Setelah perjalanan enam bulan, pesawat luar angkasa tersebut berhasil mendarat di Mars. (NASA/JPL-Caltech melalui Twitter)

Liputan6.com, Jakarta - Bulan merupakan satu-satunya satelit alami yang dimiliki oleh bumi. Satelit alami ini memiliki diameter sekitar 3.474 km atau setara dengan seperempat diameter bumi.

Bulan menjadi objek langit yang paling dekat dengan planet kita. Bulan mengorbit bumi pada jarak rata-rata 384.400 km dan menyelesaikan satu putaran penuh dalam waktu sekitar 27,3 hari.

Menurut NASA, bulan dihantam oleh berbagai benda luar angkasa setiap harinya. Berbeda dengan bumi, bulan tidak memiliki atmosfer.

Padahal, atmosfer memainkan peran penting sebagai pelindung yang dapat memecah atau menghancurkan meteor sebelum mencapai permukaan. Tanpa atmosfer, bulan menjadi lebih rentan terhadap tumbukan langsung dari benda-benda luar angkasa.

Melansir laman Live Science pada Rabu (25/12/2024), NASA mencatat bahwa terdapat berbagai jenis batuan luar angkasa di sekitar bumi dan bulan, mulai dari debu meteoroid, batuan kecil berukuran milimeter, hingga asteroid kecil berdiameter satu meter. Untuk batuan seukuran 1 milimeter saja, jumlah tumbukan yang terjadi di Bulan tidak bisa dihitung secara pasti.

Namun, secara keseluruhan, diperkirakan sekitar 1.100 ton batuan luar angkasa bertabrakan dengan bulan setiap hari. Dari jumlah tersebut, setidaknya terdapat 100 meteoroid seukuran bola pingpong yang menghantam permukaan bulan setiap hari.

Meskipun kecil, meteoroid ini dapat menabrak dengan energi setara dinamit seberat 7 pon (3,2 kg). Meteoroid yang lebih besar, seperti yang berdiameter 2,5 meter, juga kadang-kadang menghantam Bulan meskipun jarang terjadi.

Meteoroid ini bergerak dengan kecepatan luar biasa, yaitu antara 20 hingga 72 kilometer per detik. Dengan kecepatan seperti itu, tumbukan sering kali menghasilkan kilatan cahaya yang dapat diamati dari bumi.

NASA menggunakan berbagai teknologi untuk mempelajari dampak tumbukan tersebut. Salah satu alat yang digunakan adalah pesawat ruang angkasa Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO).

Pesawat ini mengorbit bulan dan mengamati kawah-kawah yang dihasilkan oleh tumbukan meteoroid. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bahkan meteoroid kecil dengan berat sekitar 5 kilogram dapat menciptakan kawah dengan diameter hingga 9 meter.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ukurannya kecil, energi tumbukan meteoroid sangat besar. Dengan luas permukaan sekitar 38 juta kilometer persegi, bulan memiliki banyak ruang untuk menampung kawah-kawah hasil tumbukan.

 

Kawah di Permukaan Bulan

Bulan mempunyai setidaknya 9.000 kawah di permukaannya. Kawah-kawah bulan membuat satelit alami bumi ini kerap terlihat memiliki bopeng.

Selain itu, bulan juga memiliki kawah yang lebih banyak di satu sisi dibandingkan bagian lainnya. Hantaman benda luar angkasan secara bertubi-tubi yang terjadi sekitar 4,3 miliar tahun lalu mengubah keseimbangan di permukaan Bulan.

Studi baru-baru ini juga mengungkapkan, bahwa kawah yang terbentuk tidak merata ke seluruh permukaan bulan. Sisi jauh bulan yang tidak pernah diamati ilmuwan dari bumi memiliki jumlah kawah jauh lebih banyak dibandingkan sisi dekatnya.

Sisi dekat bulan memiliki lebih sedikit lubang lantaran permukaannya tertutup mare atau lunar maria. Mare adalah dataran lava padat yang luas dan gelap di Bulan.

Bentangan luas lava padat yang dapat dilihat dengan mata telanjang dari Bumi akan tampak seperti bercak gelap. Bidang lava ini kemungkinan menutupi kawah yang seharusnya menandai sisi dekat bulan.

Sebaliknya, sisi jauh bulan hampir tidak memiliki lunar maria sehingga kawahnya masih dapat terlihat. Sejumlah ilmuwan menduga, lunar maria terbentuk setelah tabrakan besar yang terjadi sekitar 4,3 miliar tahun yang lalu.

Tabrakan tersebut menciptakan cekungan Kutub Selatan-Aitken atau South Pole Aitken basin (SPA). Untuk diketahui, SPA adalah kawah besar dengan lebar maksimum sekitar 2.574 km, dan kedalaman maksimum 8,2 km, yang merupakan lubang terbesar di Bulan.

Para ilmuwan mengetahui bahwa medan lava di sisi dekat Bulan berasal dari mantelnya berdasarkan sampel dari misi Apollo. Misi tersebut membawa sampel bulan dengan kandungan unsur-unsur radioaktif yang menghasilkan panas seperti kalium, fosfor, dan thorium.

Material ini diduga banyak terdapat di dalam mantel Bulan. Melalui simulasi komputer, para ilmuwan menemukan bahwa SPA akan menciptakan gumpalan panas di dalam mantel yang mendorong unsur-unsur radioaktif menuju kerak.

Ketika sebuah batu ruang angkasa bertabrakan dengan Bulan dapat menyebabkan lava dari mantel mengalir, kemudian menutup lebih banyak kawah tumbukan yang lebih tua. Hasilnya, satu sisi Bulan akan memiliki lebih sedikit kawah.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya