Liputan6.com, Jalur Gaza - Matahari baru saja terbit. Warga Israel langsung dikagetkan dengan raungan sirene serangan udara. Tanpa ampun, Hamas membombardir Israel melalui darat, laut, dan udara.
Serangan militan di seluruh Israel pada Sabtu 7 Oktober 2023, merupakan salah satu hari pertempuran paling kejam dan mematikan di wilayah tersebut dalam beberapa dekade. Sebagai balasan, Israel menyatakan keadaan perang dan melakukan serangan balik dengan menghancurkan bangunan di Gaza.
Baca Juga
Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?
Hamas Kasih Syarat Ke Donald Trump untuk Gencatan Senjata Gaza, Perang Israel Vs Hamas Bakal Berakhir?
Kisah Malang Mazyouna di Gaza, Wajahnya Hancur oleh Roket Israel dan Dilarang Mendapat Perawatan
Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza, melancarkan serangkaian serangan roket yang menghantam kota-kota besar di seluruh Israel, dan mengirimkan gelombang militan melintasi perbatasan ke Israel selatan. Mereka mengambil alih pangkalan dan menyandera sejumlah orang.
Advertisement
Dalam laporan Aljazeera, hingga Senin (9/10/2023), terdapat catatan tragis, dengan 700-an warga Israel yang kehilangan nyawa dan lebih dari 2.000 lainnya mengalami luka-luka. Sementara, Kementerian Kesehatan Palestina telah mengumumkan jumlah korban tewas di antara warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza mencapai 413 orang, termasuk 78 anak-anak, dan hampir 1.990 lainnya mengalami luka-luka.
Muhammad Deif, pemimpin sayap militer Hamas, mengatakan dalam pesan yang direkam bahwa kelompok tersebut telah memutuskan untuk melancarkan apa yang disebutnya "Operasi Badai Al Aqsa". Selain serangan roket, lebih dari 130 orang sandera asal Israel dilaporkan telah dibawa ke Gaza oleh Hamas.
Warga Israel yang disandera Hamas termasuk wanita dan anak-anak. Proses penyanderaan ini disebut mempersulit operasi militer Israel untuk membebaskan mereka.
Di tengah gambaran mengejutkan tentang tentara dan warga sipil Israel yang ketakutan, keberadaan dan nasib para tawanan telah menjadi salah satu isu yang paling mendesak bagi militer.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Letkol Jonathan Conricus, mengakui sejumlah besar warga sipil dan tentara Israel disandera Hamas. Jumlah tersebut diyakini puluhan, menurut beberapa berita Israel. Sementara pihak media berspekulasi bahwa lebih dari 100 orang telah disandera.
Para pejabat di AS dan Inggris segera menyelidiki klaim bahwa beberapa warga Amerika Serikat dan satu warga negara Inggris juga ikut disandera. Di antara mereka yang dilaporkan hilang adalah Jake Marlowe – seorang warga negara Inggris yang sedang menghadiri festival musik di Israel selatan. Keluarganya tidak dapat menghubunginya sejak Hamas menyerang acara tersebut.
Conricus mengatakan, beberapa sandera masih hidup sementara yang lain diperkirakan tewas.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu langsung mendesak warga sipil yang tinggal di Jalur Gaza agar segera meninggalkan tempat karena militer Israel akan meluluhlantakkan wilayah itu. "Kita sedang berperang, saya mendesak warga sipil di Gaza untuk meninggalkan tempat karena militer Israel akan akan mengubah semua tempat persembunyian Hamas menjadi puing-puing."
Saksi mata di lapangan mengatakan bahwa pesawat tempur Israel mengebom sejumlah lokasi di Jalur Gaza yang terkepung, serangan tersebut terus dilanjutkan semalam suntuk.
Sejumlah saksi mengatakan bahwa pesawat tempur mengebom lokasi militer milik kelompok Palestina di Gaza barat, serta rumah-rumah dan bangunan publik di kota Beit Hanoun dan lokasi lain di Gaza selatan dan tengah. Angkatan Laut Israel juga mengebom besar-besaran wilayah dekat pesisir.
Dalam laporannya, PBB mengumumkan jumlah pengungsi di Jalur Gaza telah meningkat menjadi lebih dari 123.000 orang akibat perang Hamas melawan Israel. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB juga mengungkap, hingga Minggu 8 Oktober malam, serangan balasan Israel telah menghancurkan 159 unit rumah di seluruh Gaza dan merusak parah 1.210 lainnya.
Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia Abdul Muta'ali menilai bahwa serangan Hamas terhadap Israel pada Sabtu 7 Oktober adalah respons atas ketidakadilan dan sikap-sikap paranoia Israel, serta keinginan atas Palestina untuk merdeka.
"Jadi, mereka melakukan serangan 7 Oktober kemarin itu menyusul aksi-aksi brutal yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap anak-anak dan perempuan. Kemudian dalam rilisnya (pernyataan Hamas) disebutkan bahwa (serangan) itu sebagai respons bahwa Palestina sampai hari ini belum merdeka. Itu yang ingin dikatakan oleh Hamas bahwa sejak 1948, sejak dideklarasikannya Negara Israel, blokade terhadap Gaza, kemudian genosida itu luar biasa," ujar Abdul saat dihubungi Liputan6.com, Senin (9/10/2023).
"Data dari Al Jazeera yang diafirmasi oleh Komnas HAM dunia, sejak blokade Gaza 2007 sampai tahun 2023, jumlah yang tewas itu 6.407 dan 90 persennya sipil. Dari 2007 sampai 2023 dari pihak Israel itu 308. Sebaliknya, 90 persennya justru militer Israel dan 10 persennya sipil Israel."
Abdul menyoroti pula wilayah Palestina yang semakin menciut lantaran dikangkangi Israel.
"Permukiman ilegal (Israel) terus merangsek ke utara Gaza," katanya. "Jadi, wilayah Palestina hari ini hanya sisa lima persen saja, tiga persennya di Gaza dan dua persennya di Tepi Barat."
Abdul menyayangkan soal isu kemerdekaan Palestina yang seolah "terlewat" di forum Sidang Majelis Umum PBB pada September lalu. "Hanya Indonesia dan Malaysia saja (yang menggaungkan isu Palestina)," ungkap Abdul. "Para pemimpin dunia hanya merespons 5.000 roket yang dikirimkan Hamas tanpa melihat alasan di balik itu sebagai respons atas ketidakadilan dunia yang bungkam."
Sangat penting, menurut Abdul, untuk melihat konflik Israel-Palestina secara komprehensif.
Ketika disinggung apakah serangan Hamas juga respons atas normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel, Abdul menilai bahwa itu mungkin saja menjadi salah satu turunan dari alasan yang dikemukakan Hamas.
"Jadi, ketika dunia bungkam, negara-negara Arab bungkam, maka 5.000 roket adalah bahasa dari orang-orang lemah yang ingin mengatakan kepada dunia bahwa sejak Israel berdiri pada 1948, kami dijajah, Gaza diblokade, tanah kami dirampas," tutur Abdul.
"Bayangkan dua per tiga masyarakat Palestina itu berada di pengungsian, bukan di wilayahnya sendiri, dan mereka tidak punya hak untuk kembali."
Indonesia, sebut Abdul, dapat memanfaatkan kapasitas politik luar negeri bebas aktifnya untuk terus menyuarakan isu kemerdekaan Palestina dalam berbagai forum, termasuk G7 dan BRICS. "Melalui forum-forum tersebut, Indonesia bisa mendorong agar pihak-pihak terkait seperti otoritas Hamas, otoritas Palestina, dan Israel menahan diri dengan melakukan gencatan senjata," tutur Abdul.
Kemerdekaan Palestina Bisa Terwujud
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim juga menggarisbawahi bahwa serangan Hamas pada Sabtu 7 Oktober merupakan reaksi terhadap tindakan sewenang-wenang otoritas Israel yang selama waktu panjang dan secara sistemik menghancurkan kedaulatan rakyat dan bangsa Palestina.
"Peristiwa membelah Masjid Al-Aqsa dan diiringi dengan berbagai aksi provokatif kelompok Yahudi ekstrem melakukan ibadah di arena Al-Aqsa juga menjadi salah satu pemicu serangan Hamas terhadap Israel. Ditambah dengan berbagai fakta pengkhianatan terhadap berbagai perjanjian yang dilakukan oleh otoritas Israel, menggambarkan bahwa Israel memang harus membayar mahal. Serangan terbesar Hamas ini menjadi alat bayar Israel dan Israel tentu saja harus menanggung sendiri. Bisa jadi, Israel akan menanggung beban yang lebih berat jika respons Israel dan negara-negara pendukung seperti Amerika Serikat (AS) dan NATO kontraproduktif," sebut Sudarnoto dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Liputan6.com.
"Balasan atas serangan yang diberikan oleh Israel bisa jadi justru akan menjadi momentum rakyat dan bangsa Palestina untuk memperkuat heroisme mereka membebaskan rakyat dan Palestina yang telah dijajah dalam waktu yang panjang."
Sudarnoto lebih jauh meyakini bahwa peristiwa ini juga seharusnya menjadi momentum bagi seluruh faksi Palestina, yakni Fatah, Hamas, dan lain-lainnya untuk bersatu padu mewujudkan upaya kemerdekaan bangsa Palestina. "Dengan cara ini maka Israel akan semakin kehabisan waktu dan kekuatannya," ungkap Sudarnoto.
Terpisah, Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah berpandangan bahwa serangan Hamas kali ini berhasil menggoyahkan rasa percaya diri Israel bahwa negara itu memiliki sistem keamanan nasional dan sistem intelijen terbaik di dunia.
"Hamas berhasil mengoptimalkan peluang sebuah operasi intelijen yang sama sekali tidak ada dalam benak para pemimpin dan masyarakat Israel. Hamas berhasil mengisolir sumber-sumber informasi intelijen yang selama ini diandalkan Israel. Serangan itu sendiri akan menjadi penyemangat masyarakat Palestina di seluruh dunia. Jika kelak Israel dapat ditundukkan dan Palestina akan merdeka," sebut Rezasyah saat dihubungi Liputan6.com.
Ditanya pendapatnya soal apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk meredakan ketegangan, Rezasyah menjelaskan bahwa Indonesia dapat mendukung prakarsa penyelesaian konflik yang sedang dibahas Liga Arab dan membangun gagasan sejenis bersama Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Gerakan Non-Blok (GNB).
Menyangkut normalisasi hubungan Israel dengan sejumlah negara Arab, Rezasyah menuturkan, "Hamas berhasil membangun sebuah patriotisme masyarakat yang terjajah. Mereka tidak goyah, walaupun Israel berhasil membangun banyak jaringan kerja sama diplomatik dan militer."
"Perkembangan Hamas ini dapat membuat negara-negara Timur Tengah menunda peningkatan hubungan diplomatik dengan Israel. Karena kemenangan Hamas ini berpotensi meningkatkan semangat juang masyarakat diberbagai negara di Timur Tengah, yang selama ini mengkritisi kedekatan pemerintah mereka dengan Israel."
Sementara itu, Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, dengan tegas mengajukan permintaan agar semua pihak harus bersikap obyektif dan adil dalam memberikan pernyataan dan tindakan mereka.
Menurutnya, apa yang terjadi sekarang ini akibat diamnya dunia internasional dan PBB atas penindasan yang dilakukan Israel atas rakyat dan tanah Palestina.
"Kita tak bisa menyebut Hamas teroris. Serbuan Hamas atas Israel adalah akibat penyerangan pendudukan Israel yang terus menerus terhadap Masjid Al-Aqsa, aneksasi atas tanah warga Palestina, provokasi sentimen anti-Palestina, yahudisasi yang terus meluas, dan blokade dan isolasi Jalur Gaza sejak tahun 2006 yang menyebabkan krisis kemanusiaan yang sangat parah. Ini gambaran umumnya," paparnya kepada Liputan6.com.
Fadli Zon juga menyoroti berbagai tindakan yang diambil Israel selama 2023 yang dapat dianggap sebagai tindakan kriminal. Menurutnya, data dari PBB menunjukkan bahwa sejak awal 2023, Israel telah menyebabkan hampir 300 warga Palestina tewas di Tepi Barat.
Selain itu, sambungnya, provokasi yang melibatkan sekitar 4.000 pemukim Israel yang menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa pada Juni 2023 juga patut dicatat. "Namun, disayangkan bahwa dunia internasional, termasuk PBB, belum mengambil tindakan konkret dalam mengatasi masalah ini."
Fadli Zon pun memanggil komunitas internasional untuk melakukan introspeksi menyeluruh. Dia menegaskan bahwa apa yang terjadi saat ini adalah akibat kegagalan komunitas internasional, termasuk PBB, serta lemahnya penegakan aturan dunia yang berlaku.
Ia menilai Israel telah melanggar berbagai resolusi PBB secara terus-menerus, dan rakyat Palestina di Gaza merasa bahwa penggunaan hak perlawanan adalah satu-satunya cara untuk kembali ke tanah air mereka, seperti yang dilakukan oleh pejuang kemerdekaan Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Rakyat Palestina merasakan ketidakadilan yang berkepanjangan di mata komunitas global.
Di sisi lain, Fadli Zon menganggap situasi kekerasan yang terjadi saat ini di Jalur Gaza merupakan momentum penting bagi semua pihak. Ini adalah saat yang tepat bagi PBB untuk mempertimbangkan apakah mereka telah bertindak secara adil dalam menangani konflik antara Palestina dan Israel.
Advertisement
Kronologi Serangan Hamas ke Israel
Berikut ini kronologi serangan roket Gaza ke Israel yang memicu genderang perang dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu hari Sabtu 7 Oktober 2023, mengutip The New York Times, Senin (9/10/2023):
- 06:35 Sirene pertama memperingatkan adanya roket yang masuk di Israel tengah dan selatan. Ini adalah awal dari Hamas yang menembakkan ribuan roket ke Israel, bahkan menyerang kota-kota besar seperti Tel Aviv dan Yerusalem.
- 07:40 Pasukan Pertahanan Israel mengkonfirmasi bahwa Hamas Palestina telah menyeberang dari Gaza ke Israel selatan. Pihak berwenang Israel meminta penduduk kota-kota tersebut, termasuk Sderot, untuk bersembunyi di rumah mereka.
- 08:15 Sirene pertama berbunyi di Yerusalem, yang jarang terkena serangan roket karena sistem pertahanan Iron Dome yang digunakan Israel. Tidak jelas apakah ada roket yang menghantam pusat kota yang diperebutkan tersebut. Namun seorang saksi mengatakan bahwa roket telah mendarat di perbukitan berhutan di tepi barat kota.
- 08:23 Hampir dua jam setelah sirene serangan udara pertama, skala serangan menjadi jelas. Hamas telah menyandera sejumlah orang di Israel selatan dan menembakkan gelombang demi gelombang roket. Israel mengumumkan keadaan waspada perang, yang secara efektif memanggil sebanyak mungkin pasukan cadangan.
- 10:34 Israel mengatakan mereka telah memulai perang melawan Hamas.
- 10:46 Jet tempur Israel menyerang sasaran pertama di Gaza.
- 11:35 Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Israel membuat pernyataan pertamanya kepada negaranya mengenai krisis ini, mengatakan kepada Israel bahwa mereka sedang berperang.
- 12:21 Militer Israel mengirim pasukan ke Israel selatan untuk merebut kembali kota-kota yang direbut oleh militan Hamas. Israel memperkirakan Hamas telah menembakkan sedikitnya 2.200 roket sejak sirene pertama dibunyikan pada Sabtu pagi.
- 13:46 Israel mengatakan telah menyerang 21 bangunan yang menampung operasi militer Hamas.
- 14:29 Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan pertamanya, dan Dewan Keamanan Nasional mengutuk serangan tersebut dan menyatakan dukungannya kepada Israel. Sepanjang hari itu, Menteri Luar Negeri Antony J. Blinken akan mengadakan pembicaraan telepon dengan para pemimpin, termasuk rekan-rekannya di Timur Tengah, untuk mencari dukungan dan menjelaskan posisi AS.
- 14:35 PM Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan kabinetnya dan mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan “memperkuat perbatasan lain,” sebuah referensi yang jelas terhadap kemungkinan ancaman dari Hizbullah, kelompok militan Islam yang beroperasi di Lebanon selatan di perbatasan dengan Israel.
- 18:08 Presiden AS Joe Biden berbicara dengan PM Netanyahu untuk menyampaikan belasungkawa dan dukungannya. Dalam serangkaian pesannya, termasuk pidatonya, Biden mengatakan dukungan AS “sangat kuat dan tidak tergoyahkan.”
- 22:16 PM Netanyahu berpidato di depan bangsanya, menyebut hari Sabtu sebagai hari yang berat dan bersumpah untuk mengubah tempat Hamas beroperasi menjadi "kota reruntuhan." Semalaman: Sirene terus memperingatkan adanya roket di seluruh Israel, dengan laporan mengenai beberapa kerusakan. Jet tempur Israel menyerang sasaran di seluruh Gaza.
- 02:19 Fase pertama perang hampir berakhir, dengan Israel mengklaim telah menghancurkan semua situs yang digunakan untuk melancarkan serangan, Netanyahu memposting di X, situs media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Dia menulis bahwa fase "formasi ofensif" telah dimulai, tanpa memberikan rincian.
Respons Pemimpin Dunia
Perang Israel Hamas masih berkobar, para pemimpin dunia bereaksi berbeda terhadap serangan Hamas dan pembalasan Israel. Dikutip dari laman BBC, Senin (9/10/2023) berikut selengkapnya:
Amerika Serikat: Presiden Joe Biden menyatakan dukungan negaranya terhadap Israel "sangat kuat dan tak tergoyahkan".
AS telah mengerahkan kapal dan pesawat ke wilayah tersebut dan mengatakan akan mengirim amunisi tambahan ke Israel.
Inggris: Perdana Menteri Rishi Sunak telah menjanjikan "dukungan teguh" kepada Benjamin Netanyahu.
“Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membantu. Terorisme tidak akan terjadi,” katanya.
Iran: Presiden Ebrahim Raisi mengatakan, Iran mendukung hak warga Palestina untuk membela diri dan memperingatkan bahwa Israel harus bertanggung jawab karena telah membahayakan wilayah tersebut selama bertahun-tahun.
Hamas didukung oleh Iran.
Lebanon: Hizbullah, kelompok bersenjata kuat yang juga didukung oleh Iran, saling baku tembak artileri dan roket dengan Israel pada Minggu (8/10).
Hal ini memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas antara Israel dan negara-negara lawannya.
China: Beijing telah meminta kedua belah pihak untuk "menahan diri" dan "segera menghentikan tembakan". Media pemerintah menegaskan kembali “solusi dua negara”, yang mencakup pembentukan Negara Palestina yang merdeka.
Rusia: Kementerian luar negeri menyerukan "gencatan senjata segera" dan negosiasi menuju "perdamaian yang komprehensif, abadi dan telah lama ditunggu-tunggu".
Indonesia: Indonesia mendesak agar tindakan kekerasan dihentikan untuk menghindari semakin bertambahnya korban manusia.
Akar konflik tersebut, yaitu pendudukan wilayah Palestina oleh Israel harus diselesaikan, sesuai parameter yang sudah disepakati PBB.
Advertisement