Menlu Retno Berharap KTT AIS Forum 2023 Hasilkan Upaya Inovatif untuk Solusi Krisis Tiga Planet

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi membuka pertemuan tingkat menteri KTT AIS Forum 2023 yang dikutip dari situs Kemlu RI, Selasa (10/10/2023).

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Okt 2023, 20:08 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2023, 16:03 WIB
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi membuka pertemuan tingkat menteri KTT AIS Forum 2023. (Dok Kemlu RI)
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi membuka pertemuan tingkat menteri KTT AIS Forum 2023. (Dok Kemlu RI)

Liputan6.com, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 dimulai hari ini, 10 Oktober 2023 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Indonesia.

Dalam rangkaian kegiatan itu, termasuk pertemuan tingkat menteri Forum Negara Kepulauan dan Kepulauan ke-5 atau 5th Ministerial Meeting (MM) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023. 

"AIS Forum harus menjadi lighthouse yang memandu kita ke depan dalam mengembangkan kerja sama yang inklusif dan berdampak serta melindungi generasi masa depan kita," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi membuka pertemuan tingkat menteri KTT AIS Forum 2023 yang dikutip dari situs Kemlu RI, Selasa (10/10/2023).

Pada kesempatan tersebut, Menlu Retno turut menyampaikan dua poin penting menuju tujuan tersebut.

Pertama, kata Menlu Retno, memastikan solidaritas antara Negara Kepulauan dan Negara Kepulauan. Pandemi global ini telah memberi kita pelajaran berharga bahwa tidak ada seorang pun yang aman sampai semua orang aman.

"Tantangan yang kita hadapi bersama belum pernah terjadi sebelumnya. Satu-satunya jalan menuju solusi adalah solidaritas," ucap Menlu Retno.

Menurut Menlu Retno, Forum AIS harus terus menghasilkan upaya inovatif untuk menjamin keberlanjutan laut kita dalam mengatasi krisis tiga planet.

"Kita harus terus memastikan hasil nyata di empat bidang utama, seperti: mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, ekonomi biru dan ekowisata, sampah plastik laut dan pesisir, serta tata kelola maritim yang baik," jelasnya.

Krisis tiga planet mengacu pada tiga masalah utama yang saling terkait dan saat ini dihadapi umat manusia yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Kedua, sambung Menlu Retno, menjaga sinergi dengan inisiatif lain di kancah global. "Sebagai forum pelengkap, Forum AIS harus terlibat secara intensif dengan forum-forum terkait lainnya di seluruh wilayah. Forum juga harus mampu memperkuat tata kelolanya untuk meningkatkan dampaknya," katanya.

Menlu Retno menambahkan, KTT AIS Forum akan menjadi jalan penting yang meletakkan landasan menuju sinergi solusi dalam mengatasi tantangan global. Selain itu, Forum AIS harus terus berkembang menjadi jembatan upaya bersama dalam menghubungkan kerangka pembangunan yang terbuka dan inklusif serta mentransformasikan inisiatif menjadi kenyataan.​​

Adapun tujuan pertemuan pada tingkat menteri hari ini adalah:

  • Pertama, untuk mendengarkan laporan dari pelaksanaan pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) ke-7 yang diselenggarakan di Fiji dan juga ke-8 yang diselenggarakan di Madagaskar, di mana nanti Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Jodi Mahardi akan menyampaikan hasil pelaksanaan pertemuan SOM ke-7 dan ke-8 yang dilaporkan pada pertemuan tingkat Menteri.
  • Tujuan pertemuan yang kedua adalah membahas draft Leaders Declaration. Jadi, ada draft Leaders declaration yang sudah dibahas di SOM, kemudian kita bahas lagi pada tingkat menteri, untuk kita serahkan kepada High Level Meeting yang akan diselenggarakan besok pada tanggal 11 Oktober, yang akan dipimpin oleh Presiden Jokowi.
  • Tujuan yang ketiga adalah pertemuan persiapan untuk High Level Meeting.

Krisis Tiga Planet

KTT AIS Forum 2023
Guna mencapai tujuan tersebut, Retno Marsudi menyerukan perlunya menjamin solidaritas di antara negara pulau dan kepulauan untuk menghadapi tantangan bersama. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Pada pembukaan pertemuan tingkat menteri KTT AIS Forum 2023 Menlu Retno juga menyorot krisis dunia.

"Realitas dunia kita saat ini sungguh suram. Krisis yang terjadi di tiga planet, yaitu perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut, polusi laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati merupakan ancaman besar bagi masyarakat kita," kata Menlu Retno.

Sementara itu, sambungnya, upaya multilateral untuk mengatasi krisis ini masih lamban. "Persaingan, konflik global, dan ketidakpercayaan menjadi penghambat kerja sama global kita, dan negara-negara yang rentan, termasuk negara-negara kepulauan kecil, akan menjadi korban pertama," paparnya.

Oleh karena itu, kata Menlu Retno, Indonesia dan kita semua sedang memilih alat yang tepat, memilih jalur kerja sama, solidaritas, dan inklusivitas yang tepat.

"Ini adalah saat yang mendesak bagi kita sebagai negara kepulauan dan kepulauan untuk bersatu dan bekerja sama," tegas Menlu Retno. 

Adapun Pertemuan Tingkat Tinggi Forum Negara Kepulauan dan Negara Kepulauan yang pertama akan diadakan keesokan hari, Rabu 11 Oktober 2023. "Pertemuan ini tepat waktu dan bersejarah," ujar Menlu Retno.

Teken Tujuh Perjanjian Kerja Sama Kolaboratif Antar Kementerian/Lembaga

KTT AIS Forum 2023
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (tengah) menyampaikan pidatonya pada pertemuan tingkat menteri Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) di Bali, Indonesia, Selasa (10/10/2023). Pulau Bali menyelenggarakan AIS Forum yang dihadiri oleh 51 negara pulau dan kepulauan serta organisasi internasional. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Di akhir pertemuan tingkat menteri KTT AIS Forum 2023, Menlu Retno mengatakan telah menandatangani tujuh perjanjian kerja sama kolaboratif antar kementerian/lembaga.

Berikut ini di antaranya:

  1. Strategic Document: Decarbonization Roadmap for the Tourism Sector
  2. Strategic Document: Blue Carbon Emission Profile
  3. Letter of Intent: Cooperation for Nature Marine Peace Park between Timor Leste and Indonesia
  4. Statement of Intent and Joint Research Agreement dengan University of Malta
  5. Pembangunan AIS Research and Development Centre di Imperial College London
  6. Memorandum of Understanding antara UNPAD, IPB, dan Universityof Toliara Madagaskar
  7. Statement of Intent: Joint Strategic Program between AIS Forum and MSG (Melanesian Sparehead Group)

Relevansi KTT AIS Forum 2023 Bagi Indonesia

KTT AIS Forum 2023
Penguatan kerja sama multilateral melalui AIS Forum disebutnya penting untuk menghadapi berbagai krisis di antaranya perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut, polusi laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Menlu Retno mengatakan pentingnya solidaritas untuk mengatasi tantangan bersama. "Saya sampaikan bahwa AIS Forum harus menjadi forum yang menghasilkan solusi inovatif dan memastikan laut yang berkelanjutan," kata dia.

"Yang kedua, saya juga sampaikan petingnya AIS Forum untuk bersinergi dengan inisiatif-inisiatif lain di tingkat global untuk meningkatkan impact yang dihasilkan dalam berbagai pertemuan tersebut. Jadi impact yang lebih besar akan dapat tercipta kalau kita melakukan sinergi yang lebih baik.," jelas Menlu Retno.

Pada saat pertemuan tadi, pada saat menyampaikan pandangan umum,semua delegasi menyampaikan pentingnya kerja sama dan kolaborasi.

Menlu Retno juga mengapresiasi para hadirin bahwa mereka menekankan kerja sama dan kolaborasi.

"...dunia sedang tidak baik-baik saja, kita menghadapi berbagi macam tantangan. Dan kita senang, komitmen yang disampaikan oleh negara-negara yang hadir pada pertemuan tingkat menteri tadi, yang menekankan pentingnya kerja sama, solidaritas dan juga kolaborasi. Dan komitmen ini tentunya menjadi aset besar bagi AIS Forum untuk bekerja lebih giat di masa mendatang," tuturnya.

Adapun Menlu Retno juga membeberkan relevansi dari AIS Forum ini bagi Indonesia. Berikut ini di antaranya:

Yang pertama, ini merupakan perwujudan komitmen Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara maritim. 

Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia berkomitmen untuk berada di garda terdepan dalam upaya menghadapi tantangan bersama.

Dan kita tahu negara-negara kepulauan adalah negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Kita tahu perlu sebuah forum yang inklusif yang difokuskan untuk mencari solusi yang inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan global tersebut, sekaligus mendorong tercapainya SDGs, terutama SDG 14 yang terkait dengan laut.

Saya beberapa kali sampaikan bahwa di dalam pertemuan di New York tanggal 18 September kemarin, capaian SDGs secara dunia sangat memprihatinkan, karena di tengah perjalanan SDGs menuju SDGS 2030, --sekarang 2023 di tengah jalan -- capaian SDGs rata-rata masih 12%.

Dan kita, kalau angka kita jauh lebih baik daripada angka dunia. Jadi, kerja sama AIS ini juga ditujukan untuk membantu, berkolaborasi dalam konteks pencapaian SDG 14.

Dan dalam kaitan inilah, maka AIS forum juga digunakan Indonesia untuk membantu pencapaian SDG 14 bagi negara-negara kepulauan dan pulau.

Hal yang kedua, sebagai relevansi AIS Forum bagi Indonesia, ini juga merupakan komitmen kontribusi dan kepemimpinan Indonesia.

Sejarah panjang kita bisa dilihat pada saat kita bicara mengenai perjuangkan negara pulau dan juga negara kepulauan. Diawali dengan Deklarasi Juanda 1957, kemudian sampai kepada UNCLOS 1982, kemudian AIS. Kita juga dirikan Manado Declaration 2018 yang mendasari berdirinya AIS Forum.

Prakarsa untuk menyelenggarakan High Level Meeting besok merupakan konsistensi kepedulian dan kepemimpinan Indonesia terkait dengan masalah laut. Sejak berdirinya Forum ini, kita sangat aktif memberikan kontribusi untuk menentukan arah kerja sama AIS ke depan.

Terutama sekali lagi, fokus kita adalah kerja sama yang praktis, solusi- solusi inovatif yang memiliki akar di masing-masing negara termasuk local wisdom.

Jadi di dalam pertemuan di pembukaan tadi kita sampaikan, saya sampaikan bahwa kita sudah mengambil jalur yang tepat. Di tengah situasi dunia seperti ini, Indonesia memilih untuk mengedepankan, untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi dan ini merupakan wujud komitmen dan kontribusi Indonesia bagi dunia.

AIS Forum ini juga merupakan forum global pertama yang bersifat terbuka dan inklusif.

Jadi tidak saja negara-negara kepulauan kecil, tapi juga mencakup negara-negara kepulauan dan isu inklusivitas ini juga menjadi salah satu ruh utama dari pertemuan AIS. Karena kita juga melihat di mana-mana terjadi eksklusivitas dan kita memilih untuk melakukan kerja sama secara inklusif. Karena inklusif berarti merangkul, merangkul berarti akan berkontribusi bagi perdamaian.

 

Infografis Manfaat KTT G20 Bali Bagi Masyarakat Indonesia
Infografis Manfaat KTT G20 Bali Bagi Masyarakat Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya