Pendaki Gunung Everest Sekarang Wajib Bawa Pulang Kotoran Manusia

Suhu ekstrem membuat kotoran yang tertinggal di Everest tidak sepenuhnya terurai.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Feb 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2024, 16:00 WIB
Puncak Gunung Everest
Puncak Gunung Everest di Pegunungan Himalaya. (AFP)

Liputan6.com, Kathamandu - Para pendaki Gunung Everest sekarang harus membersihkan kotoran mereka sendiri dan membawanya kembali ke base camp untuk dibuang.

"Pegunungan kami mulai berbau busuk," ujar pemimpin Pasang Lhamu Mingma Sherpa kepada BBC, seperti dilansir Jumat (9/2/2024).

Pemerintah kota, yang mencakup sebagian besar wilayah Everest, telah memperkenalkan aturan baru ini sebagai bagian dari penerapan kebijakan yang lebih luas. Suhu ekstrem membuat kotoran yang tertinggal di Everest tidak sepenuhnya terurai.

"Kami mendapat keluhan bahwa kotoran manusia terlihat di bebatuan dan beberapa pendaki jatuh sakit. Ini tidak dapat diterima dan mengikis citra kami," tegas Mingma.

Pendaki yang mencoba mendaki Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, dan Gunung Lhotse di dekatnya akan diperintahkan untuk membeli kantong kotoran di base camp, yang akan diperiksa saat mereka kembali.

Selama musim pendakian, para pendaki menghabiskan sebagian besar waktunya di base camp untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian, di mana tenda-tenda terpisah didirikan sebagai toilet, dengan tong-tong di bawahnya untuk menampung kotoran.

Begitu mereka memulai perjalanan berbahaya, segalanya menjadi lebih sulit.

Kebanyakan pendaki dan staf pendukung cenderung menggali lubang, namun semakin tinggi pendakian, beberapa lokasi memiliki lebih sedikit salju, sehingga mereka harus "pergi ke toilet" di tempat terbuka.

Sangat sedikit pendaki yang membawa kotorannya kembali dalam kantong biodegradable saat mendaki puncak Gunung Everest, yang bisa memakan waktu berminggu-minggu.

 

Sampah Masih Jadi Isu Besar

Gunung Himalaya
Para pendaki berjalan di sepanjang jalan di Syangboche di wilayah Everest, sekitar 140km timur laut Kathmandu (16/4). (AFP Photo/Prakash Mathema)

Sampah masih menjadi masalah besar di Everest dan pegunungan lain di wilayah tersebut, meskipun terdapat peningkatan jumlah kampanye pembersihan, termasuk kampanye tahunan yang dipimpin oleh Tentara Nepal.

"Sampah masih menjadi masalah besar, terutama di kamp-kamp yang lebih tinggi, di mana Anda tidak dapat menjangkaunya," kata Chief Executive Officer dari organisasi non-pemerintah Sagarmatha Pollution Control Committee (SPCC) Chhiring Sherpa.

Meskipun tidak ada angka resmi, organisasinya memperkirakan ada sekitar tiga ton kotoran manusia antara kamp satu di dasar Everest dan kamp empat, menuju puncak.

"Setengahnya diyakini berada di South Col, yang juga dikenal sebagai kamp empat," tutur Chhiring.

Stephan Keck, seorang pemandu gunung internasional yang juga mengatur ekspedisi ke Everest, mengatakan South Col telah mendapatkan reputasi sebagai "toilet terbuka".

Dengan ketinggian 7.906 meter, South Col berfungsi sebagai pangkalan sebelum pendaki berusaha mencapai puncak Everest dan Lhotse. Di sini, medannya sangat berangin.

"Hampir tidak ada es dan salju, jadi Anda akan melihat kotoran manusia di mana-mana," ujar Keck.

Proyek Percontohan

Gunung Himalaya
Pemandangan Gunung Himalaya, Gunung Kangtega (ketinggian 6782 meter) dari desa Khumjung di wilayah Everest, sekitar 140km timur laut Kathmandu (16/4). (AFP Photo/Prakash Mathema)

Disahkan oleh pemerintah kota Pasang Lhamu, SPCC kini membeli sekitar 8.000 kantong kotoran dari Amerika Serikat (AS), untuk sekitar 400 pendaki asing dan 800 staf pendukung pada musim pendakian mendatang yang dimulai pada Maret 2024.

Kantong kotoran ini mengandung bahan kimia dan bubuk yang dapat mengeraskan kotoran manusia serta membuatnya tidak berbau.

Rata-rata seorang pendaki diperkirakan menghasilkan 250 gram kotoran per hari. Mereka biasanya menghabiskan sekitar dua minggu di kamp yang lebih tinggi untuk mencapai puncak.

"Dengan dasar ini, kami berencana memberi mereka dua kantong, yang masing-masing dapat mereka gunakan lima hingga enam kali," jelas Chhiring.

Presiden Asosiasi Operator Ekspedisi Nepal Dambar Parajuli merespons langkah itu dengan mengatakan, "Ini tentu merupakan hal yang positif dan kami akan dengan senang hati memainkan peran kami untuk menyukseskannya."

Dia menuturkan organisasinya telah menyarankan agar hal ini pertama-tama dilakukan sebagai proyek percontohan di Everest dan kemudian direplikasi di gunung-gunung lainnya.

Komitmen Perubahan

Antrean di Puncak Everest
Puncak Everest dipenuhi pendaki. Foto diambil pada 22 Mei 2019 dan dirilis oleh ekspedisi Project Possible Purja. (Dok. AFP)

Mingma Sherpa, orang Nepal pertama yang mendaki 14 gunung dengan ketinggian lebih dari 8.000 meter, menjelaskan bahwa penggunaan kantong semacam itu untuk mengelola kotoran manusia telah dicoba dan diuji di gunung lain.

"Para pendaki gunung telah menggunakan kantong semacam itu di Gunung Denali (puncak tertinggi di Amerika Utara) dan juga di Antartika, itulah sebabnya kami menganjurkan penggunaannya," kata Mingma, yang juga merupakan penasihat Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.

Keck juga menyampaikan pesan yang sama bahwa ide ini akan membantu membersihkan gunung.

Pemerintah pusat Nepal telah mengumumkan beberapa peraturan pendakian gunung di masa lalu, namun terdapat kritik bahwa banyak dari peraturan tersebut tidak diterapkan dengan benar. Salah satu penyebab utamanya dilaporkan adalah tidak adanya petugas penghubung di lapangan.

"Negara selalu hilang di base camp yang menyebabkan segala macam penyimpangan termasuk orang-orang yang mendaki gunung tanpa izin," ujar Mingma.

"Sekarang semua akan berubah. Kami akan menjalankan kantor penghubung dan memastikan langkah-langkah baru kami, termasuk meminta para pendaki membawa kembali kotoran mereka, diterapkan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya