5 Maret 1969: Vokalis The Doors Jim Morrison Didakwa atas Perilaku Cabul Saat Konser di Miami

Ketika pertama kali mendapat kabar tentang tuduhan atas perilaku cabul dan mesum, mempertontonkan hal tidak senonoh, kata-kata kotor, dan mabuk-mabukan, Jim Morrison mengira itu hanyalah lelucon.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 05 Mar 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi hukum.
Ilustrasi hukum. (Dok. Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Kantor Sheriff Dade County mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk vokalis band The Doors, Jim Morrison, pada 5 Maret 1969. Dia didakwa dengan satu tuduhan kejahatan dan tiga pelanggaran ringan atas aksi panggungnya saat konser di Dinner Key Auditorium, Miami, pada 1 Maret 1969.

Ketika pertama kali mendapat kabar tentang tuduhan atas perilaku cabul dan mesum, mempertontonkan hal tidak senonoh, kata-kata kotor, dan mabuk-mabukan, Jim Morrison mengira itu hanyalah lelucon. Namun, kemudian dia segera mengetahui bahwa pihak berwenang Miami sangat serius.

Bahkan, mereka memasukkan dakwaan tambahan, yaitu simulasi seks oral pada gitaris Robby Krieger selama konser.  Demikian Today in History untuk 5 Maret, seperti dilansir History.

Persidangan baru dimulai pada September 1970, ketika jaksa menghadirkan saksi-saksi yang mengaku terkejut dengan adegan yang mereka saksikan di konser The Doors.

Jim Morrison, yang menurut majalah Rolling Stone merupakan salah satu dari 100 penyanyi terbesar sepanjang masa, dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman enam bulan penjara serta denda USD 500. Faktanya dia belum sempat menjalani hukumannya karena lebih dulu meninggal di Paris, Prancis, pada 3 Juli 1971.

Dia ditemukan meninggal di bathtub apartemen pada usia 27 tahun. Penyebab kematiannya disebut adalah serangan jantung.

Pada Desember 2010, Jim Morrison menerima pengampunan anumerta dari Negara Bagian Florida, sebagian berkat upaya Gubernur Charlie Crist yang menyebutkan masih ada keraguan tentang tindakan yang dituduhkan kepada pria bernama asli James Douglas Morrison itu.

Spekulasi Kematian Stalin

Joseph Stalin merupakan pemimpin Uni Soviet pengganti Vladimir Lenin
Joseph Stalin merupakan pemimpin Uni Soviet pengganti Vladimir Lenin (Wikipedia/Public Domain)

Peristiwa penting lainnya yang tercatat juga terjadi pada 5 Maret adalah kematian dua tokoh besar, yaitu pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin dan Presiden Venezuela Hugo Chavez.

Stalin meninggal pada 5 Maret 1953. Di dalam buku bertajuk "Stalin: New Biography of a Dictator" karya Oleg Khlevniuk disebutkan bahwa pada 1 Maret 1953, seorang staf menemukan Stalin yang sudah tak sadarkan diri di lantai kamar tidurnya di Dacha Kuntsevo (kediaman pribadinya) dalam keadaan mengompol.

Buku karya Robert Conquest yang berjudul "Stalin" menyebut bahwa sang diktator meninggal akibat terserang strok.

Di dalam buku lainnya, 'Stalin: A Biography' yang ditulis Robert Service disebutkan bahwa Stalin mati dibunuh. Lavrentiy Pavlovich Beria diduga dalang di balik kematian Joseph Stalin. Namun tidak ada bukti yang mendukung tudingan tersebut. Beria sempat menduduki sejumlah posisi di pemerintahan, termasuk kepala polisi rahasia pada era Stalin.

Kematian Stalin baru diumumkan pada 6 Maret 1953. Setelah melalui empat hari masa berkabung nasional maka pada 9 Maret Stalin pun dimakamkan di Mausoleum Lenin yang terletak di Lapangan Merah di tengah Moskow melalui sebuah upacara kenegaraan.

Hugo Chavev Dikalahkan Kanker

Parade Militer Hari Kemerdekaan Venezuela
Pendukung membawa gambar mendiang mantan Presiden Hugo Chavez selama parade militer menandai Hari Kemerdekaan di Caracas, Venezuela, Senin (5/7/2021). Venezuela menandai 210 tahun deklarasi kemerdekaan mereka dari Spanyol. (AP Photo/Matias Delacroix)

Hugo Chavez meninggal 5 Maret 2013 di rumah sakit militer di Caracas pada usia 58 tahun setelah dua tahun berjuang melawan kanker. Dia memerintah Venezuela sejak 1999 hingga kematiannya.

Eugene Robinson dari Washington Post, yang bertemu dan mengenal Chavez, mengisahkan bahwa Chavez mendapat dukungan rakyat yang tulus, meskipun sejumlah kebijakannya yang anti-demokratis.

"Di bawah Chavez, perekonomian Venezuela dan kebebasan pers sangat menderita, namun dia memberikan layanan bagi masyarakat miskin dengan banyak bantuan dari Kuba … perawatan medis yang belum pernah diterima oleh masyarakat miskin di Venezuela," tutur Robinson, seperti dilansir NBC News.

"Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya dalam beberapa dekade seorang pemimpin memberikan perhatian seperti itu kepada mayoritas masyarakat miskin di Venezuela."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya