4 Alasan Pluto Dikeluarkan dari Daftar Planet Bima Sakti

Tak hanya itu, ada sederet alasan lainnya yang menyebabkan Pluto dikeluarkan dari jajaran Planet Bima Sakti

oleh Switzy Sabandar diperbarui 02 Mei 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2024, 01:00 WIB
Pluto
Sinar X yang muncul di permukaan planet Pluto. (Foto: New Horizons, NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Pluto pernah menjadi planet kesembilan di Bima Sakti. Pada 24 Agustus 2006, International Astronomical Union (IAU) menurunkan status Pluto menjadi planet kerdil.

Pluto resmi diklasifikasikan sebagai planet kerdil bersama dengan empat planet katai lain di tata surya. Planet kerdil adalah benda langit yang mengorbit langsung matahari, sehingga bentuknya dipengaruhi oleh gaya gravitasi objek lain.

Tak hanya itu, ada sederet alasan lainnya yang menyebabkan Pluto dikeluarkan dari jajaran Planet Bima Sakti. Dikutip dari laman Space pada Selasa (30/04/2024), berikut alasan Pluto dikeluarkan dari daftar Planet Bima Sakti.

1. Pluto Tidak Bisa Membersihkan Orbitnya

Salah satu alasan mengapa Pluto tidak lagi dianggap planet karena ia tidak bisa membersihkan orbitnya dari objek lain. Umumnya, planet dapat membersihkan lintasan orbitnya sendiri dengan gaya gravitasi yang dimilikinya.

Syarat mutlak tersebut dinamakan dominasi orbital, yakni sebuah kriteria khusus yang harus ada pada setiap planet di tata surya Bima Sakti. Dengan dominasi orbital, sebuah planet dapat menjadi objek angkasa dengan gravitasi dominan dalam jalur orbitnya sendiri.

Tidak boleh ada objek lainnya di sekitar planet, kecuali satelit alam atau bulan. Rupanya, Pluto tidak memiliki dominasi orbital.

Bahkan, orbit Pluto berbentuk aneh yakni 17 derajat, sangat berbeda dengan bumi yang mengorbit pada sudut 1,5 derajat. Orbit Pluto juga cenderung melebar hingga membentuk bentuk elips yang sangat ekstrem.

Model orbit tersebut dinilai cukup unik dan elastis sehingga objek angkasa yang dapat melakukannya tidak lagi dianggap sebagai planet. Para ilmuwan menyatakan jika jalur orbital terlalu renggang, sebuah objek di tata surya, seperti Pluto, dapat keluar dari tata surya.

 

Pluto Terlalu Jauh dari Matahari

2. Pluto Terlalu Jauh dari Matahari

Sejak 1930 hingga 2006, Pluto masih dianggap planet meskipun terletak sangat jauh dari matahari. Penelitian terbaru membuktikan bahwa jarak antara sebuah objek angkasa terhadap bintang terbesarnya rupanya akan memengaruhi kondisi dari objek itu sendiri.

Dikutip dari laman NASA pada Selasa (30/04/2024), NASA menjelaskan bahwa jarak antara Pluto dan matahari adalah 6 miliar kilometer. Pluto sekitar 40 kali lebih jauh dibandingkan jarak bumi dan matahari.

Jarak jauh tersebut sangat berpengaruh pada model dan gerak orbital Pluto.

3. Terlalu Kecil untuk Jadi Planet

Alasan Pluto dikeluarkan dari jajaran planet Bima Sakti adalah ukurannya terlalu kecil untuk menjadi planet. Ukuran Pluto sangat kecil dan timpang jika dibandingkan dengan planet-planet di Bima Sakti Lainnya.

Diameter Pluto hanya 2.390 km atau hanya 70 persen ukuran bulan atau 18 persen ukuran bumi. Kecilnya massa dan ukuran Pluto membuat planet ini tidak normal.

 

Pluto Sudah Berbeda Sejak Terbentuk

4. Pluto Sudah Berbeda Sejak Terbentuk

Para astronom memperkirakan pembentukan Pluto tidak sama dengan pembentukan awal-awal planet di tata surya lainnya. Sekitar 4,6 miliar tahun lalu, tata surya hanyalah kumpulan gas dan awan debu yang dikenal sebagai nebula.

Gaya gravitasi yang cukup masif meruntuhkan dan melekatkan objek-objek angkasa. Kemudian, objek tersebut menjadi sebuah bintang besar di tengah nebula bernama matahari.

Dengan adanya matahari, partikel lainnya juga mulai berkumpul dan berputar membentuk bulatan objek angkasa lainnya. Sementara itu, Pluto terbentuk dari batuan padat.

Para ahli menilai, batuan ini menjadi yang pertama terbentuk dalam pembentukan di awal-awal tata surya. Batuan besar cikal bakal Pluto memiliki gravitasi yang cukup untuk mengikat material seperti es dan gas.

Namun pada proses selanjutnya, Pluto gagal menghasilkan massa yang cukup untuk membentuk sebuah gaya gravitasi besar layaknya planet-planet utuh lainnya. Studi mengenai pembentukan awal planet kerdil ini baru di teliti di zaman modern.

Pluto menjadi objek paling unik di tata surya Bima Sakti. Scott Kenyon, seorang ahli astronomi dan fisikawan dari Harvard Smithsonian Center menyebut teori planet setengah jadi ala Pluto dapat dibuktikan.

Meski ukurannya kerdil, objek seperti Pluto masih tetap berada dalam orbitnya walaupun belum dikatakan sempurna layaknya orbit planet lainnya.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya