Menjawab Ambivalensi Status Pluto, Planet ke-9 Tata Surya Kita atau...

Status Pluto belum mencapai konsensus dan masih menuai perdebatan, menyulut ambivalensi bagi sejumlah kalangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2020, 20:00 WIB
Visual tentang eksistensi bukit pasir di Pluto (NASA)
Visual tentang eksistensi bukit pasir di Pluto (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Pluto telah dikeluarkan dari planet di Tata Surya pada Agustus 2006 melalui Persatuan Astronom Internasional (IAU). Sejak saat itu didefinisikan apa itu planet, termasuk planet kerdil.

Sebelum itu, belum ada definisi resmi dari benda-benda ini, yang menciptakan masalah ketika astronom Mike Brown dari California Institute of Technology dan rekannya menemukan benda yang tampaknya lebih besar dari Pluto. Objek ini kemudian ditunjuk sebagai planet kerdil, dan dinamai Eris.

Namun, status Pluto belum mencapai konsensus dan masih menuai perdebatan, menyulut ambivalensi bagi sejumlah kalangan.

Beberapa buku mengatakan bahwa Pluto merupakan sebuah planet, namun beberapa buku lainnya mengatakan bahwa Pluto bukan sebuah planet. Sebenarnya Pluto itu apa?

Samantha Lawler, asisten profesor astronomi University of Regina untuk the Conversation yang dikutip pada Minggu (25/10/2020) menjelaskan, Pluto merupakan salah satu dari ratusan ribu asteroid es (biasa dikenal sebagai objek di Sabuk Kuiper) yang orbitnya mengelilingi Matahari lebih jauh dibanding Neptunus. Namun, selama 76 tahun, Pluto dianggap sebagai planet kesembilan.

Pluto ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada 1930. Sampai tahun 1992, belum ada objek lainnya yang berada di Sabuk Kuiper setelah Pluto.

Jadi selama tahun-tahun itu, Pluto merupakan satu-satunya objek luar angkasa yang diketahui yang terletak lebih jauh daripada Neptunus, sehingga secara otomatis dianggap sebagai planet.

 

Simak video pilihan berikut:

Seiring Berjalannya Waktu...

Pluto
Sinar X yang muncul di permukaan planet Pluto. (Foto: New Horizons, NASA)

Seiring berjalannya waktu, teleskop menjadi lebih besar dan lebih canggih, sehingga kita mampu mengambil gambar yang lebih jelas dari benda-benda luar angkasa yang letaknya jauh seperti Pluto.

Para astronom mulai curiga karena pada nyatanya Pluto ukurannya jauh lebih kecil dibanding planet-planet lainnya.

Ketika objek pada Sabuk Kuiper yang kedua ditemukan pada 1992, para astronom mengetahui bahwa Pluto bahkan lebih kecil daripada Bulan.

Tapi karena Pluto telah lama dianggap sebagai planet, maka status planetnya tetap dipertahankan.

Para astronom juga telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa orbit Pluto sebenarnya melintasi orbit Neptunus. Tidak ada planet yang saling melintasi orbit satu sama lain, jadi mengapa orbit Pluto berbeda?

Beberapa tahun kemudian para astronom kemudian menemukan ratusan objek-objek di Sabuk Kuiper lainnya. Pada 2005, astronom Mike Brown menemukan Eris, yang bahkan lebih besar dibanding Pluto.

 

Menentukan Planet dan Bukan Planet

Charon, bulan Pluto
Charon, bulan Pluto (NASA)

Maka dari itu para astronom perlu membuat keputusan apakah Pluto dan Eris dapat dianggap sebagai planet.

Bagaimana dengan objek-objek lain di Sabuk Kuiper yang ukurannya sedikit lebih kecil dibanding Pluto? Apakah mereka dapat disebut sebagai planet juga? Berapa banyak nama planet lainnya yang harus diingat oleh manusia?

Pada 2006, para astronom di International Astronomical Union bertemu dan melakukan pemungutan suara untuk memutuskan apakah Pluto dapat terus disebut planet kesembilan atau tidak.

Banyak astronom sangat menyukai Pluto dan menganggap Pluto sebagai semacam saudara bayi di tata surya kita dan enggan untuk mengeluarkan Pluto dari klub planet. Tetapi banyak juga yang berpendapat bahwa Pluto seharusnya sudah disebut objek Sabuk Kuiper sejak awal dan tidak disebut sebagai sebuah planet.

Pada akhirnya mereka mencapai sebuah keputusan.

Pluto tidak lagi menjadi salah satu planet, dan sebagai gantinya ia disebut sebagai suatu bagian dari kategori baru yang disebut “planet kerdil”.

 

Planet Kerdil

Penampakan es di Pluto (3)
Sejumlah gambar terkini dari wahana New Horizons mengungkapkan keberadaan es beraneka bahan di Pluto. (Sumber NASA/JHUAPL/SWRI)

Planet kerdil memiliki ukuran yang cukup besar sehingga gravitasinya sendiri mampu membentuknya menjadi bulat layaknya planet sesungguhnya, sehingga planet-planet kerdil bentuknya bukan tidak beraturan atau berbentuk seperti kentang layaknya kebanyakan asteroid-asteroid kecil.

Mungkin juga bila ada objek berukuran serupa yang melintasi orbit planet-planet kerdil. Namun, karena gaya gravitasi planet-planet kerdil yang kuat, sehingga dapat menghilangkan objek-objek besar yang melintas dekat orbitnya.

Salah satu satu planet kerdil bernama Ceres, yang berada di sabuk asteroid, dan beberapa planet kerdil lainnya terletak di Sabuk Kuiper, termasuk Pluto; dan kemungkinan besar akan ditemukan lebih banyak planet-planet kerdil lainnya pada masa yang akan datang.

Jadi, alasan mengapa banyak buku yang menyebutkan bahwa Pluto adalah sebuah planet, karena selama 76 tahun hal ini memang benar adanya.

Semua orang yang berusia di atas 30 tahun sempat mengenal Pluto sebagai planet selama lebih dari separuh masa hidup mereka. Pada 2015, wahana antariksa New Horizons terbang melewati Pluto dan berhasil mengambil gambar dengan resolusi tertinggi dari planet kerdil tersebut.

Gambar-gambar menakjubkan ini menunjukkan bahwa Pluto merupakan planet yang memiliki pegunungan, gletser, kawah, dan memiliki atmosfer yang tipis.

Walaupun Pluto tidak lagi disebut sebagai sebuah planet, tapi ia tetap dianggap sebagai sebuah planet kerdil yang terletak di Sabuk Kuiper yang sangat disukai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya