7 Fakta Menarik Pluto, Benda Langit yang Pernah 'Dianggap' di Bima Sakti

Pluto secara umum mengorbit pada matahari secara langsung dan juga dikenal sebagai planet katai di sabuk Kuiper.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Apr 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2024, 05:00 WIB
Pluto
Sinar X yang muncul di permukaan planet Pluto. (Foto: New Horizons, NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Pluto pertama kali ditemukan pada 18 Februari 1930. Benda langit ini pernah dianggap sebagai planet ke-9 galaksi Bima Sakti.

International Astronomical Union (IAU) menurunkan status Pluto dari planet menjadi planet kerdil pada 2006. Pluto secara umum mengorbit pada matahari secara langsung dan juga dikenal sebagai planet katai di sabuk Kuiper.

Dikutip dari laman NASA pada Selasa (16/04/2024), berikut fakta menarik mengenai Pluto.

1. Terlalu Kecil untuk Jadi Planet

The International Astronomical Union (IAU) telah menurunkan status Pluto hanya sebagai planet kerdil. Sebab ternyata Pluto tak memenuhi tiga kriteria untuk disebut sebagai planet.

Hal inilah yang kemudian membuat Pluto hanya dianggap sebagai planet kerdil biasa dan tak masuk ke dalam jajaran planet utama di tata surya. Menurut IAU, Planet adalah benda langit yang ada di orbit mengelilingi Matahari, memiliki massa yang cukup untuk gravitasi diri dengan bentuk ekuilibrium hidrostatik (hampir bulat), dan “bersih” dari gangguan objek lain di sekitar orbitnya.

2. Asal Nama Pluto

Nama Pluto diusulkan oleh anak berusia 11 Tahun. Dia adalah Venetia Burney, seorang siswi dari Oxford, Inggris.

Ketika penemuan planet kesembilan ini diumumkan pada 13 Maret 1930, planet tersebut belum dinamai. Venetia yang tahu jika nama Planet sebelumnya diambil dari nama Dewa Yunani, mengusulkan nama ‘Pluto’ yang merupakan nama Dewa Yunani Dunia Bawah.

Atas usaha kakeknya, Falconer Madan, kepala pustakawan di Perpustakaan Bodleian di Universita Oxford di Inggris. Nama ‘Pluto’ yang dicetuskan Venetia terpilih dan digunakan hingga saat ini.

 

Suhu Rata-Rata Pluto

3. Suhu Rata-Rata Pluto

Pluto menjadi planet yang sangat sulit untuk ditebak sebab jaraknya yang jauh. Namun, jarak yang jauh tersebut jelas bisa membuat semua orang dapat menebak suhu yang ada di permukaannya.

Ssuhu rata-rata yang ada di permukaan Pluto bisa mencapai minus 232 derajat celsius. Suhu terhangat yang ada di sana hanya akan menurun 10 derajat, yaitu menjadi minus 232 hingga 242 derajat celsius.

Hal inilah yang membuat beberapa bagiannya ditutupi es. Secara struktur, justru Pluto hampir menyerupai bulan, yaitu terdiri dari bebatuan.

Suhunya yang sangat rendah membuat beberapa bagian bebatuan di Pluto ditutupi oleh es.

4. Memiliki Atmosfer

Ternyata atmosfer yang dimiliki Pluto jelas berbeda dengan Bumi, khususnya dalam ketebalan. Atmosfer pada Pluto secara umum hanya berisikan nitrogen dan sedikit kandungan karbon monoksida dan metana.

Namun, atmosfer yang ada tetap tipis sehingga tetap berbahaya apabila ada benda asing yang masuk menembus atmosfer tersebut.

5. Memiliki 5 Satelit

Pluto juga memiliki satelit tersendiri yang mengorbit padanya. Masing-masing satelit alami tersebut memiliki daya gravitasi yang berbeda-beda sehingga menjadi satu hal yang unik.

Lima satelit alami dari Pluto antara lain adalah Charon, Nix, Hydra, Kerberos, dan Styx. Semua memiliki orbit tersendiri dalam mengitari Pluto.

Namun, masih menjadi perdebatan bahwa ada kemungkinan bahwa Pluto bisa memiliki satelit alami yang lebih banyak.

 

Lebih Kecil dari Sejumlah Satelit

6. Pluto Lebih Kecil dari Sejumlah Satelit

Ganymede (satelit terbesar di Tata Surya), Titan, Callisto, Io, Europa, Triton, dan Bulan memiliki ukuran yang lebih besar daripada Pluto. Sebagai gambaran, diameter Pluto hanya sekitar 66 persen diameter Bulan dan massanya hanya 18% dari massa Bulan.

Meski begitu, Pluto tetaplah planet kerdil terbesar. Setelah selama sekitar 10 tahun, Eris memegang predikat tersebut.

7. Pluto Pernah Menjadi ‘Bukan Planet Terjauh’

Semenjak penemuannya, Pluto langsung dinobatkan sebagai planet terjauh. Namun, karena Pluto memiliki orbit yang eksentrik, miring 17 derajat, dan tumpang-tindih dengan Neptunus, membuat Pluto secara berkala menjadi lebih dekat dengan Matahari ketimbang Neptunus.

Pada 21 Januari 1979, orbit Pluto bergerak masuk ke dalam orbit Neptunus. Hal tersebut terjadi hingga Februari 1999 setelah Pluto kembali menjauh.

Dengan demikian, Neptunus sempat menjadi planet terjauh selama 20 tahun. Peristiwa ‘menyalipnya’ Pluto diperkirakan baru akan terjadi 200 tahun lagi.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya